29.2 C
Malang
Sabtu, Mei 18, 2024
OpiniMusywil XVII Pemuda Muhammadiyah Jatim: Pemuda Negarawan, Impian atau Khayalan?

Musywil XVII Pemuda Muhammadiyah Jatim: Pemuda Negarawan, Impian atau Khayalan?

PIMPINAN Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur mengangkat tema ”Pemuda Negarawan Harmoni Memajukan Jawa Timur” pada Musywil ke-17 Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur yang digelar di Banyuwangi, 14-15 Juli 2023. Diperkirakan agenda 5 tahunan ini melibatkan 1.500 peserta, yang berasal dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.

Setidaknya terdapat dua hal penting dalam kegiatan ini, yaitu memilih 13 anggota formatur —yang selanjutnya bertugas untuk menyusun struktur kepengurusan PWPM untuk satu periode ke depan— dan pengevaluasi program kerja kepengurusan sebelumnya serta merekomendasikan program kerja untuk kepengurusan berikutnya.

Pemuda Negarawan

Menyadari perhelatan di Bumi Blambangan ini momentumnya beririsan dengan momentum perhelatan politik nasional atau yang lazim disebut sebagai ”tahun politik” —menyongsong Pemilu 2024 mendatang— tentu jargon atau tema tersebut tidak asal usung, namun ada keinginan dan sekaligus tantangan yang cukup besar. Meski disadari pula, tema tersebut merupakan tema turunan dari perhelatan Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-18 di Balikpapan pada 21-24 Februari lalu.

Namun (meski terkesan utopis) gagasan untuk menghadirkan ”pemuda negarawan” harus menjadi keniscayaan yang tidak patut dinafikan. Sebaliknya, semangat untuk melahirkan pemuda negarawan harus terus digaungkan.

Untuk menjadi ”pemuda negarawan” paling tidak kita bisa kembali berguru pada sosok negarawan dan tokoh Muhammadiyah almarhum Buya Syafii Maarif. Beliau telah banyak memberikan keteladanan yang ideal untuk bisa disebut sebagai sosok negarawan yang baik. Buya menampilkan diri sebagai pribadi yang mampu hadir melintasi berbagai tingkatan, mulai dari tingkat bawah sampai atas, dan tingkat lokal sampai internasional.

Pandangan Buya Syafii relatif sangat futuristik dan selalu menghadirkan solusi yang ideal untuk mengurai berbagai problem keagamaan, kemanusiaan dan kenegaraan. Sebagai seorang cendekiawan dan intelektual Muslim, pikiran-pikiran Buya sangat substantif — untuk tidak menyebut jauh dari riak-riak politik yang pragmatis. Kecintaan Buya Syafii keutuhan bangsa yang dilandasi dengan kesadaran religiusitasnya yang tinggi, Buya mampu mengabaikan berbagai kepentingan-kepentingan pragmatis personal maupun komunal (kelompok).

Buya Syafii merupakan sosok yang patut diteladani dalam menyuguhkan nilai-nilai kemanusiaan dalam Islam secara universal. Buya Syafii benar-benar mampu melakukan harmonisasi antara nilai-nilai Islam dan Pancasila dalam satu ruang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal penting harus digarisbawahi untuk tampil menjadi sosok negarawan sebagaimana yang diteladankan Buya Syafii ialah mau dan mampu menghadirkan diri melalui nilai-nilai religiusitas yang universal, yang mampu melampaui sekat-sekat penghambat dalam menterjemahkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin dalam kehidupan.

Menjadi sosok negarawan seperti Buya Syafii memang bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Namun bukan tidak mungkin jika sudah tumbuh tekad dan komitmen kuat untuk mewujudkannya.

Empat Pilar Gerakan

Cita-cita mewujudkan “Pemuda Negarawan” merupakan amanah Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan, Kalimantan Timur. Cita-cita itu kemudian dirumuskan secara ilmiah menjadi 4 (empat) bagian, yang kemudian dikenal dengan istilah “Empat Pilar Gerakan Pemuda Negarawan”. Keempat pilar itu meliputi: 1) Pilar Islam Berkemajuan, dengan mendorong Pemuda Muhammadiyah sebagai penopang utama gerakan pembaharuan (tajdid) untuk menjawab tantangan zaman. Maka, konteks keislaman Pemuda Muhammadiyah — baik dalam hal pemikiran maupun perbuatan — harus membawa keberkahan bagi semesta alam;  2) Pilar Keilmuan, dengan mendorong Pemuda Muhammadiyah untuk menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bagian penting dalam menyokong keberlangsungan hidup peradaban umat dan bangsa. Maka Pemuda Muhammadiyah harus berani menyemai ilmuwan-ilmuwan baru untuk mencapai tujuan hidup yang dicita-citakan; 3) Pilar Kewirausahaan Sosial, dengan menjadi penggerak aset-aset ekonomi masa depan. Kader Pemuda Muhammadiyah perlu mengenali dan memahami potensi-potensi ekonomi untuk menciptakan peluang kehidupan sosial yang baik. Pemuda Muhammadiyah harus mampu merumuskan tindakan-tindakan inovatif untuk mengatasi berbagai persoalan sosial-ekonomi umat dan bangsa. Dan 4) Pilar Politik Kebangsaan dengan berkontribusi nyata melalui keterlibatannya secara langsung dalam merumuskan arah masa depan bangsa. Kader Pemuda Muhammadiyah yang berada dalam pergulatan politik praktis harus berani keluar dari jeratan politik tanpa nilai (permisif) yang hanya mengejar kebutuhan materialis semata (materialisme) dengan menghalalkan segala cara (pragmatis).

Berangkat dari empat pilar gerakan tersebut, Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur harus bertekad menjadikannya sebagai impian atau cita-cita (idealitas) yang harus diwujudkan menjadi kenyataan realitas. Jika tidak ada tekad dan upaya serius untuk menjadikan sebagai kenyataan, maka cita-cita itu pun akan menguap dan hanya menjadi seonggok khayalan belaka.

Mudah-mudahan Bumi Blambangan menjadi saksi bahwa Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur dalam mencanangkan tekad dan komitmen untuk menjadi Pemuda Negarawan, pemuda yang tidak berpikiran sempit, jumud, yang hanya ‘berjuang’ untuk kepentingan pribadi dan golongan/kelompoknya. (*)

Abd Sidiq Notonegoro, Penulis adalah Aktivis Muhammadiyah

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer