SUKAR dimungkiri bahwa bangsa Indonesia kaya akan sumberdaya alam (SDA). Namun, anugerah Tuhan kepada bangsa Indonesia itu kebermanfaatannya belum terdistribusikan secara merata kepada masyarakat. Kekayaan alam Indonesia masih dieksploitasi segelintir elite.
Kondisi itu mendorong Dedi Irwansah SPd, MM mantap berjuang di jalur politik praktis. Dedi pun mendaftarkan diri sebagai calon anggota legislatif (caleg) pada pemilihan umum (Pemilu) 2024. Hal itu dilakukan Dedi sebagai ikhtiar untuk mengikis kesenjangan sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat.
”Anugerah alam Indonesia yang kaya raya itu belum terdistribusikan secara merata kepada masyarakat. Kekayaan alam Indonesia hanya dinikmati dan dieksploitasi oleh segelintir elite saja,” kata Dedi.
Politikus partai Demokrat itu menerangkan, kesenjangan yang terjadi di masyarakat salah satunya berakar dari permasalahan pendidikan. Faktor yang berperan besar dalam membentuk mindset seseorang untuk tumbuh dan berkembang.
Sayangnya, tidak semua anak bangsa bisa mengenyam pendidik yang baik dan layak. Terutama, bagi anak-anak yang hidupnya berada di luar Jawa seperti halnya dirinya.
“Saya melihat sendiri potret kesenjangan pendidikan di masyarakat Indonesia.
Saya ini kan asalnya dari keluarga perantau dari luar Jawa, yakni dari Palembang. Saya juga bukan dari keluarga yang berada. Saya mengalami sendiri kesulitan itu ketika ingin bersekolah. Akhirnya saya minta ke orang tua untuk pindah ke Jawa agar saya bisa sekolah yang bagus,” jelasnya.
Selama bersekolah di Jawa, Dedi menuturkan, untuk bisa bersekolah dengan baik dirinya harus berjualan makanan dan minuman. Hal itu dilakukannya hingga kuliah semester tiga. “Saya sambil ngasong (berjualan) sampai sekitar semester tiga saat kuliah, hanya supaya bisa mengenyam pendidikan yang baik,” kisahnya.
Alumnus Universitas Negeri Surabaya (UNESA) itu mengaku, dari potret kehidupan yang dialaminya itu kemudian dirinya belajar dan memahami bahwa segala hal ditentukan melalui proses politik. Akhirnya dirinya mantap menggeluti dan terjun langsung di dunia politik praktis. Hal itu ditujukan untuk dapat berbuat dan memberi kebermanfaatan secara langsung bagi masyarakat.
“Dengan terjun langsung sebagai pelaku di dunia politik, saya hanya ingin bisa membantu masyarakat dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Sebab, saya tau betul potret ketimpangannya itu dan untuk mengubah itu menjadi lebih baik adalah melalui proses politik. Maka saya harus terjun langsung di dalamnya,” ungkapnya
Sebagai seorang pengusaha dan politisi, Dedi mengaku merasakan kebanggaan tersendiri yang tak bisa dijabarkan ketika bisa membantu masyarakat. “Itu perasaan yang tidak bisa digambarkan gimana rasanya, ada kelegaan, ada kebanggaan tersendiri ketika kita bisa membantu seseorang. Untuk itulah saya berjuang di politik praktis, agar apa yang saya lakukan itu nanti bisa membawa manfaat bagi masyarakat luas,” tegasnya.
Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu menjelaskan, ada dua hal yang menjadi fokus perhatiannya selama menggeluti dunia politik praktis, yakni fokus pada sektor pendidikan dan sektor ekonomi.
“Saya ini kan basic-nya ekonomi, pengusaha, jadi cukup tau betul bahwa masalah penguatan ekonomi itu adalah salah satu fondasi yang harus kokoh dalam masyarakat, terlebih bagi umat muslim,” paparnya.
“Sedangkan, di sektor pendidikan juga harus menjadi perhatian serius, sebab dari masyarakat yang terdidik itulah perubahan-perubahan besar akan terjadi, maka pendidikan harus didorong untuk terus maju,” sambungnya.
Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD Partai Demokrat Jawa Timur itu menceritakan, pengalaman politiknya sebelum aktif di Partai Demokrat. Yakni, dirinya pernah bergabung dengan PAN cukup lama, dan sekitar tahun 2017-2018 memutuskan untuk bergabung dengan Partai Demokrat.
“Saya bersyukur bisa bersama orang-orang hebat dan baik selama dulu di PAN. Kini, saya di Partai Demokrat banyak menempa diri, terutama bagaimana bersikap dan memberikan pengaruh positif melalui proses politik,” urainya.
Dedi menegaskan, kegagalannya ketika menjadi Caleg DPRD Kabupaten Sidoarjo pada Pemilu 2019 lalu, dengan hanya selisih 137 suara juga banyak memberikannya pelajaran berharga. Sehingga kini mantap menatap Pemilu 2024 dengan mencalonkan diri sebagai Bacaleg DPRD Provinsi Jawa Timur di daerah pemilihan (dapil) Jatim II yang mencakup Kabupaten Sidoarjo.
“Intervensi politik itu sangat penting dalam melakukan perubahan. Dengan saya berkecimpung langsung atau jika semoga nanti terpilih, ruang intervensi itu akan semakin kuat. Sehingga dari situ harapannya saya bisa melakukan kebaikan-kebaikan dan membawa manfaat lewat hal-hal itu tadi, kebijakan pendidikan dan penguatan ekonomi,” tegas Dedi.
Bagi Dedi, dalam segala hal hanya ada tiga rumus yang harus dilakukan. Pertama adalah turun tangan, yang artinya sebagai seseorang yang memiliki kesadaran dan kemauan untuk berbenah dan berubah. “Kita harus turun tangan secara langsung sebagai pelaku dalam proses menuju perubahan itu,” terangnya.
Kemudian yang kedua, lanjut dia, ketika sudah turun tangan, maka harus bisa menggalang campur tangan dengan sekitarnya. “Setelah kedua hal itu dilakukan secara maksimal, maka yang ketiga adalah berserah, mengikuti dan memenuhi garis tangannya,” jelasnya. (*)
Reporter: Ubay
Editor: Aan Hariyanto