MANTAN Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak berpendapat bahwa diskursus tentang anak muda dalam politik bukan hanya persoalan mengenai usia seseorang secara biologis semata.
“Diskursus pro anak muda, tua-muda, itu bukan hanya terkait biologis, bukan hanya sekedar terkait umur atau usia biologis, tapi juga terkait dengan gagasan, ide dan sebagainya,” kata dia.
Hal itu disampaikan Dahnil dalam sebuah acara Dialektika tvMu bertajuk ‘Dicari Paslon Pro Milenial’, yang tayang pada Sabtu (21/20/2023) malam).
Menurut Dahnil, jangan sampai kita terjebak hanya pada persoalan lahir kapan dan usianya berapa. Jika demikian, maka tidak akan ada perbedaan antara diskursus tersebut dengan diskursus-diskursus soal laki-laki dan perempuan atau semacamnya.
“Kalau kita terjebak hanya pada umur secara biologis, maka tidak akan ada bedanya dengan diskursus tentang laki-laki dan perempuan, atau diskursus-diskursus rasialisme, atau terkait dengan hal-hal lain yang sebenarnya itu adalah given,” jelasnya.
Politisi Partai Gerindra itu berharap agar diskursus yang dibangun terkait dengan anak muda bisa beranjak lebih maju. Misalnya, dalam kontek politik sudah tidak bilang lagi calon A berusia berapa, calon B berusia berapa, atau berapa usia minimal dan maksimal si kandidat.
“Kita ingin masuk pada diskursus yang lebih maju, yakni bagaimana ide dan gagasan itu lebih menjadi hal yang penting. Menjadi debat dan diskursus di ruang publik, bukan kemudian tentang umur anda berapa, bentuk tubuh anda seperti apa, gagah atau tidak, dan sebagainya,” terang Dahnil.
Lebih lanjut, Dahnil berpendapat, kalangan muda saat ini menyukai sesuatu yang otentik, sesuatu yang tidak berpura-pura. Namun, justru dalam kehidupan digital di dunia maya seringkali disuguhkan citra kepura-puraan, yang tidak otentik sama sekali.
“Sosial media kita hari ini, yang sangat akrab dan erat dengan kelompok muda, banyak menampilkan model-model perilaku yang monolog, sepi dari dialektika, atau sepi dari dialog-dialog. Kondisi seperti itu kemudian banyak menampilkan tampilan yang penuh kepura-puraan, pencitraan atau semacamnya,” ungkapnya.
Padahal, menurut Dahnil, kalangan muda suka yang tampil otentik dan memiliki komitmen kebangsaan, jiwa patriotisme yang tinggi.
“Anak-anak muda itu, milenial, gen z, dan sebagainya itu suka dengan mereka-mereka yang tampil dengan otentik, tidak berpura-pura, kemudian punya komitmen terhadap bangsa dan negara, patriotismenya tinggi, kemudian rela berkorban untuk kepentingan orang banyak, dan sebagainya,” tandas pria asal Sumatera itu. (*)
Reporter: Ubay
Editor: Aan Hariyanto