Dahnil dan Masa Depan Penyelenggaraan Haji Indonesia

Dahnil dan Masa Depan Penyelenggaraan Haji Indonesia

MAKLUMAT — Senin (8/9/2025) sore, menjadi hari bersejarah bagi sahabat saya, Dr. H. Dahnil Anzar Simanjuntak, SE, ME — akrab disapa Bang Anin. Di sore itu, ia resmi dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka Jakarta sebagai Wakil Menteri Haji dan Umroh. Sebuah amanah besar yang tidak hanya menuntut kecakapan manajerial, tetapi juga integritas moral dan kedekatan spiritual dengan umat.

Penulis: Muhammad Syaikhul Islam

Saya merasa bahagia sekaligus bangga bisa menyaksikan perjalanan panjang Bang Anin hingga titik ini. Perkenalan kami dimulai sejak sama-sama berkiprah di Pemuda Muhammadiyah periode 2014–2018, di mana ia menjabat Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, sedangkan saya menjadi Bendahara PW Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur. Dari masa itu, saya melihat bagaimana kepemimpinan dan karakter Bang Anin ditempa: penuh keberanian, konsistensi, dan kepedulian pada umat.

Kini, ketika ia dipercaya mendampingi Menteri Haji dan Umroh, M. Irfan Yusuf (Gus Irfan), saya meyakini bahwa tanggung jawab ini akan dijalankan dengan sepenuh hati. Apalagi, penyelenggaraan ibadah haji adalah salah satu isu paling kompleks dan sensitif di negeri ini.

Peliknya Persoalan Haji

Siapa pun yang mengikuti dinamika haji di Indonesia pasti paham bahwa mengelola ratusan ribu jemaah setiap tahunnya bukan perkara mudah. Kuota yang terbatas, biaya yang fluktuatif, pelayanan yang sering dikeluhkan, hingga praktik korupsi yang pernah mencoreng wajah penyelenggaraan haji di masa lalu. Belum lagi tantangan eksternal: regulasi dari Pemerintah Arab Saudi yang terus berubah, kondisi iklim ekstrem, dan dinamika geopolitik kawasan Timur Tengah.

Baca Juga  Diaspora Kader Muhammadiyah: Bukti Nyata untuk Bangsa

Publik masih mengingat bagaimana kasus korupsi kuota haji di era Menteri Agama sebelumnya mencederai kepercayaan umat. Trauma itu masih terasa, dan menjadi pekerjaan rumah besar bagi Kementerian Haji dan Umroh. Karena itu, kehadiran sosok seperti Bang Anin di pucuk pimpinan sangat relevan. Ia dikenal bersih, tegas, dan konsisten dalam menjaga integritas.

Visi Tiga Sukses Haji

Di tengah kompleksitas itu, Bang Anin bersama timnya menggagas sebuah konsep besar yang patut diapresiasi: tiga sukses haji, yakni sukses ibadah, sukses ekonomi, dan sukses peradaban.

Pertama, sukses ibadah. Haji bukanlah perjalanan wisata, melainkan perjalanan ruhani. Karena itu, peningkatan kualitas bimbingan, manasik, hingga pendampingan di lapangan menjadi fokus utama. Setiap jemaah harus mendapatkan pengalaman ibadah yang khusyuk dan nyaman, tanpa diganggu problem teknis yang semestinya bisa diantisipasi.

Kedua, sukses ekonomi. Penyelenggaraan haji melibatkan aliran dana yang sangat besar, mulai dari akomodasi, konsumsi, transportasi, hingga suvenir. Jika dikelola dengan baik, haji dapat menjadi lokomotif ekonomi umat. UMKM bisa dilibatkan dalam pengadaan, industri halal bisa ditumbuhkan, dan dana haji bisa dikelola secara produktif dengan prinsip kehati-hatian syariah.

Ketiga, sukses peradaban. Haji adalah pertemuan tahunan terbesar umat Islam di dunia. Indonesia sebagai negara dengan jemaah haji terbesar memiliki peluang besar untuk menampilkan diri sebagai pusat peradaban Islam yang moderat, toleran, dan rahmatan lil ‘alamin. Di sinilah visi Bang Anin terasa progresif: haji bukan hanya soal ritual tahunan, tetapi momentum membangun citra dan kontribusi umat Islam Indonesia di kancah global.

Baca Juga  Apresiasi Kenaikan Gaji Guru, Komisi X DPR Siap Kawal Kebijakan

Belajar dari Jejak Kepemimpinan Bang Anin

Saya percaya konsep besar ini tidak lahir dari ruang kosong. Bang Anin sudah teruji dalam banyak medan. Dari Pemuda Muhammadiyah, ke Tim Kampanye Nasional Prabowo–Sandi di Pilpres 2019, hingga kemudian mendampingi Prabowo Subianto di Kementerian Pertahanan sebagai Staf Khusus bidang komunikasi.

Saya masih ingat betul bagaimana ia bercerita saat awal bertugas di Kementerian Pertahanan. Latar belakangnya sebagai dosen ekonomi membuatnya harus belajar keras memahami isu-isu pertahanan. Selama hampir tiga bulan pertama, ia membatasi diri tidak bicara ke publik, melainkan melahap puluhan buku tentang politik pertahanan. Sikap ini menunjukkan kerendahan hati sekaligus keseriusan untuk menguasai bidang baru.

Dengan gaya belajar yang sama, saya yakin Bang Anin mampu mengurai keruwetan persoalan haji. Ia bukan tipe pemimpin yang sekadar mengandalkan insting, melainkan yang mau bekerja keras, belajar mendalam, dan beradaptasi cepat.

Harapan Umat dan Amanah Besar

Kini, harapan umat Islam di Tanah Air tertuju pada Kementerian Haji dan Umroh. Tidak ada ruang untuk kesalahan besar, apalagi penyalahgunaan amanah. Gus Irfan dan Bang Anin membawa beban sejarah sekaligus peluang emas: memulihkan kepercayaan umat sekaligus menghadirkan wajah baru penyelenggaraan haji yang lebih transparan, profesional, dan berorientasi ibadah.

Sebagai sahabat, saya tentu turut menaruh harapan besar. Saya percaya, dengan integritas dan kepemimpinan yang sudah ia tunjukkan sejak lama, Bang Anin mampu mengemban amanah ini. Lebih dari itu, saya yakin ia akan menjadikan penyelenggaraan haji sebagai wahana membangun peradaban baru umat Islam Indonesia.

Baca Juga  Gus Irfan Akui Urusan Haji adalah Tugas Berat: Saya Tahu Persis Bagaimana Medan Haji

Penyelenggaraan haji selalu menjadi cermin kualitas sebuah pemerintahan dalam melayani umat. Amanah ini bukan hanya soal administratif, melainkan soal moral dan spiritual. Kehadiran Bang Anin di posisi strategis ini membuka optimisme baru.

Sebagai sahabat sekaligus bagian dari umat yang rindu pada pelayanan haji yang bersih dan berkualitas, saya ingin mengajak publik untuk mendukung langkah-langkah terobosan yang akan dilakukan. Kritik tentu tetap perlu, namun lebih penting lagi adalah doa dan dukungan agar amanah ini bisa ditunaikan sebaik-baiknya.***

*) Penulis: Muhammad Syaikhul Islam
Sekretaris Bidang Pendidikan PB Matahari Pagi Indonesia (MPI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *