21.5 C
Malang
Rabu, Januari 22, 2025
SosokDewi Yull dan Seni Menunggu Jawaban Langit

Dewi Yull dan Seni Menunggu Jawaban Langit

Dewi Yull
Penyanyi legendaris Dewi Yull berbagi pengalaman mendidik anak berkebutuhan khusus pada Tanwir 1 Aisyiyah di Jakarta, Kamis (16/1/2025). Foto:IST

MAKLUMAT — Dewi Yull berdiri dengan aura keibuan yang hangat di bawah gemerlap lampu panggung hari kedua Tanwir I Aisyiyah di The Tavia Heritage Hotel, Jakarta, Kamis (16/1/2025).

Penyanyi legendaris yang juga dikenal sebagai aktris kawakan ini berbagi tentang kisah hidup yang membentuk hatinya: Manajemen Parenting dalam Keluarga: Praktik Baik Orang Tua. Sebuah kisah yang menembus batas formalitas, menyentuh relung, dan memahat kebijaksanaan.

Ibu dari Surya Sahetapy, seorang difabel inspiratif, membuka cerita dengan senyum yang menyimpan banyak perjalanan waktu. “Menjadi orang tua dari anak berkebutuhan khusus adalah perjalanan penuh pelajaran. Ini bukan soal hari atau bulan, tapi bertahun-tahun menunggu buah dari doa yang terus dipanjatkan,” ujarnya, menandaskan bahwa perjalanan penuh liku itu membutuhkan kesabaran yang lebih dalam dari sekadar waktu.

Ia mengisahkan bagaimana doa-doanya baru menemukan jawaban setelah tiga dekade penuh harap. “Tiga puluh tahun saya menunggu. Menunggu dengan hati yang tak pernah lelah berharap. Itulah seni dari menjadi seorang ibu,” kata Dewi Yull, nada suaranya bergetar ringan. Satu per satu, hadirin terdiam, terpesona oleh keheningan penuh makna yang memenuhi ruangan.

Berbaik Sangka sebagai Kunci

Dalam kesederhanaan yang mengesankan, Dewi Yull menekankan pentingnya percaya pada proses. “Tiap anak punya karakter, punya harapan yang berbeda. Mereka tidak sempurna, kita juga tidak sempurna. Tapi percaya pada anak-anak adalah bekal utama. Dengan kepercayaan itu, Insyaallah mereka akan bertanggung jawab pada pilihan hidup mereka sendiri,” jelasnya.

Lebih dari sekadar narasi keibuan, Dewi berbagi filosofi hidup yang lekat pada keyakinannya terhadap kehendak Ilahi.

“Tuhan memberi kita ujian bukan untuk menyesakkan dada. Tapi untuk membentuk jiwa yang teguh. Kalau kita merasa sedih atau terluka, percayalah bahwa ada waktu yang sempurna untuk semua itu. Jangan takut. Jangan cemas. Hidup ini, dengan segala tantangan dan air mata, adalah bagian dari kasih sayang-Nya yang agung,” tutur Dewi, mengalirkan pesan yang meresap hingga ke hati.

Ia mengakhiri dengan refleksi yang meninggalkan gema: bahwa tugas manusia, sesederhana apa pun, adalah saling mengingatkan akan kebesaran takdir-Nya. “Hidup adalah anugerah luar biasa. Setiap momen, baik maupun buruk, adalah bagian dari skenario Ilahi yang sempurna,” pungkasnya.

Tanwir I Aisyiyah menjadi panggung berbagi, dan Dewi Yull hadir sebagai pengingat bahwa di balik setiap perjalanan panjang seorang ibu, ada kisah iman yang menunggu waktu yang tepat untuk menggenap.

Kisah Dewi Yull adalah harmoni antara cinta, doa, dan waktu — sebuah simfoni kehidupan yang mengajarkan, bahwa menunggu jawaban adalah bagian dari seni percaya kepada Sang Illahi.

 

Ads Banner

Ads Banner

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer