28.2 C
Malang
Selasa, Desember 10, 2024
KilasDiaspora Kader Politik Jadi Salah Satu Agenda Utama Muhammadiyah

Diaspora Kader Politik Jadi Salah Satu Agenda Utama Muhammadiyah

Prof Achmad Jainuri PhD.

PERSOALAN diaspora kader Muhammadiyah ke berbagai bidang kehidupan merupakan salah satu agenda penting Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022-2027. Itu disampaikan Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah Prof Achmad Jainuri PhD, Sabtu (5/8/2023).

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) itu mengungkapkan, diaspora kader ke berbagai bidang masih menjadi hal yang sulit dilakukan persyarikatan. Salah satu penghambat diaspora kader adalah sikap warga Muhammadiyah yang dinilai terlalu kaku ketika menyikapi jalan pilihan kader yang berbeda-beda, termasuk dalam urusan politik.

Wong (orang, red) aktif keluar Muhammadiyah saja dirasani nangdi-nangdi (ke mana-mana). Kok, gak aktif di Muhammadiyah saja,” tuturnya dalam acara Capacity Building PDM se-Jawa Timur.

Kegiatan tersebut diadakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Grand Whiz Hotel Trawas, Mojokerto. Agenda tersebut bertajuk ‘Revitalisasi Ideopolitor (Ideologi, Politik dan Organisasi)’.

Prof Jainuri menambahkan, problem lain penghambat dispora kader adalah sikap ambigu warga Muhammadiyah yang menginginkan kadernya bisa terdiaspora ke berbagai bidang kehidupan, namun sikap warga Muhammadiyah sesungguhnya tidak mau kemana-mana.

“Kita ingin ada dimana-mana, tapi sesungguhnya tidak mau kemana-mana, terutama dalam konteks politik. Yo gak iso,” tegas pria kelahiran Lamongan, Jawa Timur itu.

Maka dari itu, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya itu menyarankan, supaya kader-kader yang memiliki potensi dan peluang untuk berjuang di jalur lain, yakni berjuang di luar Muhammadiyah patutnya justru didukung, diberi jalan dan difasilitasi. Bukan sebaliknya, malah dikucilkan.

“Biarkan mereka yang punya potensi untuk aktif dimana-mana. Ikhlaskan saja mereka yang mau aktif di luar Muhammadiyah. Harus difasilitasi, jangan malah dimarahi. Kita kasih jalan. Ini penting, terutama dalam konteks perpolitikan sekarang ini,” tutur Jainuri.

Pria yang juga alumnus University of Canada tersebut menyebutkan, sebenarnya Persyarikatan Muhammadiyah berkeinginan untuk menaruh ‘telur’ di banyak keranjang. Terutama kader yang berjuang dijalur politik. “Sayangnya, kita belum pernah panen hasilnya,” ungkapnya

Lebih lanjut Prof Jainuri menegaskan, dalam politik, Persyarikatan Muhammadiyah memilih politik kebangsaan daripada politik kekuasaan. Dijelaskan, politik kebangsaan itu mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan kelompok. Juga bersifat jangka panjang, dan menjangkau jauh ke depan.

“Nah, politik kekuasaan itu mementingkan kelompok dan bersifat jangka pendek untuk meraih kekuasaan. Itu bukan pilihan politik Muhammadiyah,” tegasnya.

Prof Jainuri kemudian memaparkan perbedaan antara demokrasi yang berjalan di negara maju dibandingkan dengan demokrasi di Indonesia. “Kalau demokrasi yang berjalan di Amerika Serikat itu tanpa ada embel-embelnya. Berbeda dengan demokrasi yang berjalan di Indonesia, yang ada embel-embelnya. Di sana demokrasi ya demokrasi saja,” jelasnya.

Selain itu, di barat, orang mengkritik penguasa adalah hal lumrah dsn biasa. Sedangkan di sini, kritik dianggap sebagai penghinaan. “Kritik itu sebenarnya adalah jalan tengah. Kalau ekstrim kanan itu mereka yang iya-iya saja atau menghamba terhadap penguasa. Sedang ekstrim kiri itu mereka yang lakukan pemberontakan untuk menjatuhkan penguasa,” tandasnya.

Setelahnya, Prof Jainuri memaparkan tujuh agenda Muhammadiyah 2022-2027. Pertama adalah peneguhan paham keislaman dan ideologi Muhammadiyah.

Kemudian, kedua adalah penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam Berkemajuan. Ketiga adalah memperkuat dan memperluas basis umat di akar rumput dan keempat adalah mengembangkan AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) unggulan dan kekuatan ekonomi.

Berturut-turut kemudian kelima adalah berdakwah bagi milenial, generasi z dan generasi alpha, serta keenam adalah reformasi kaderisasi dan diaspora ke berbagai lingkungan dan bidang kehidupan. Terakhir ketujuh, adalah digitalisasi dan intensitas internasionalisasi Muhammadiyah. (*)

Reporter: Ubay NA

Editor: Aan Hariyanto

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer