MAKLUMAT — Anggota Komisi XII DPR RI, Syarif Fasha, mendorong Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk memperkuat riset, dalam rangka menopang visi besar dan Asta Cita yang dicanangkan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
“Jadi Presiden sudah menyatakan Asta Cita, bagaimana Menteri Energi, bagaimana Menteri Pertanian, ketahanan pangan. Ini BRIN harus maju, harus berada di depan,” ujar Syarif saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Kepala BRIN, Kepala Bapeten, dan Direktur Utama PT INUKI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (15/5/2025).
Ia menegaskan, BRIN semestinya menjadi garda terdepan dalam memperkuat riset dan pengkajian yang mendukung ketahanan pangan hingga energi nasional. Menurutnya, peran BRIN sangat vital dalam kaitannya untuk menyukseskan program-program prioritas dan unggulan pemerintah.
“Untuk mewujudkan ketahanan pangan, mandiri pangan, kita harus menciptakan spesies yang bisa ditanam di mana pun. Untuk energi, kita perlu energi nuklir. Kalau energi terbarukan terbatas, surya, angin, itu terbatas dengan kondisi alam,” kata politisi Partai NasDem itu.
Namun, Fasha justru melihat adanya kendala struktural dalam pelaksanaan tugas BRIN, terutama menyangkut peran lembaga tersebut yang dinilai terlalu luas. Ia menilai, perlu ada revisi terhadap Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
“Kita perlu mengajukan revisi, karena ada dua yang menjadi penyebab masalah menjadikan BRIN ini organisasi yang eksklusif. Ada di situ klausul bahwa BRIN melakukan pengembangan dan penerapan,” paparnya.
Menurut dia, struktur kelembagaan riset di Indonesia perlu dikembalikan seperti praktik yang berlaku di negara lain, di mana lembaga riset fokus pada penelitian, sementara pengembangan dan penerapan dilakukan oleh institusi berbeda.
“Kalau kita melihat di negara luar, badan riset itu hanya mengkaji, meneliti, riset. Tidak melakukan pengembangan dan penerapan. Pengembangan dan penerapan dilakukan badan yang lain, misalnya Bapeten, dulu ada Lapan, termasuk INUKI,” jelas Fasha.