MAKLUMAT – Ribuan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memadati Dome UMM wisuda ke-118, Kamis, (19/6/2025). Ini adalah prosesi Wisuda ke-118, mengukuhkan lulusan dari jenjang vokasi, sarjana, hingga pascasarjana. Bagi sebagian besar, hari ini adalah titik tolak menapaki babak baru perubahan di masyarakat.
Namun bukan prosesi kelulusan yang menjadikan acara ini istimewa. Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir, Dr. (HC) Luthfi Rauf, M.A., hadir dan menyampaikan orasi ilmiah. Ditemani jajaran KBRI Mesir dan tokoh-tokoh pendidikan nasional, ia membentangkan refleksi kritis soal makna pendidikan dalam dunia global yang kian kompleks.
“Pendidikan bukan sekadar proses memperoleh gelar, tetapi pintu masuk menuju peradaban yang maju dan manusiawi. Ilmu adalah obor peradaban,” tegas Luthfi dalam orasinya.
Mengutip Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11, Luthfi menegaskan bahwa orang berilmu memiliki kemuliaan tinggi. Dalam konteks itu, ia memuji UMM yang mengintegrasikan pendidikan umum dan agama secara terpadu, menjalankan gagasan KH. Ahmad Dahlan. Bahwa agama harus mendorong kemajuan, bukan mengekalkan keterbelakangan.
Pendidikan Islam Global
Menurut Luthfi, sistem pendidikan UMM telah bertransformasi menjadi kekuatan di dalam negeri hingga global. Ia menyinggung keberadaan Muhammadiyah Australian College sebagai bukti bahwa nilai-nilai Islam progresif yang dibawa Muhammadiyah dapat diterima dalam konteks internasional.
“Saya melihat pendidikan Islam yang holistik sangat penting. UMM menggabungkan aspek spiritual, moral, dan intelektual,” ia menambahkan.

Luthfi juga membentangkan tantangan yang kini mengadang generasi muda: rivalitas geopolitik, krisis iklim, hingga revolusi teknologi digital. Dalam pandangannya, lulusan universitas tak cukup cakap dalam bidang akademik. Mahasiswa harus mampu menavigasi perubahan dan menangkap peluang.
Ia mendorong lulusan UMM agar aktif membangun ekosistem ekonomi syariah, meningkatkan literasi digital, dan memperkuat posisi Indonesia di kancah global.
“Saya berharap lulusan UMM tidak sekadar menjadi pencari kerja. Jadilah pelaku perubahan di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan kemanusiaan. Wisuda ini bukan akhir, tapi awal perjuangan,” pungkasnya.
Ekosistem Pendidikan Adaptif
Rektor UMM, Prof. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si., menegaskan bahwa UMM tengah membangun ekosistem pendidikan yang adaptif dan berbasis sains serta teknologi. Ia menyebut pendekatan ini sebagai scientific living organism. Yakni kelanjutan dari program Center for Future of Work yang sudah berjalan dalam satu dekade terakhir.
Konsep ini, kata Nazaruddin, mengedepankan kolaborasi lintas sektor antara kampus, industri, pemerintah, dan masyarakat, sebagai kerangka quadruple helix. Harapannya, lulusan UMM menjadi agen perubahan yang mampu merespons dinamika sosial secara relevan.
“Kampus harus menjadi organisme yang hidup, terus belajar, dan berkontribusi. UMM berdiri untuk menghasilkan lulusan pembelajar sepanjang hayat. Inilah makna kampus berdampak yang terus kami perjuangkan,” ujarnya.
Kehadiran Dubes RI untuk Mesir dalam acara ini menegaskan ruang pendidikan bukan lagi terbatas secara geografis. Pendidikan bagian dari percakapan global tentang masa depan dunia Islam, Indonesia, dan kemanusiaan. Wisudawan membawa pesan: bahwa tugas keilmuan tak selesai di Dome UMM, tetapi baru saja dimulai.