Ekosistem Kesehatan Muhammadiyah: Membangun Integasi Pendidikan dan Pelayanan

Ekosistem Kesehatan Muhammadiyah: Membangun Integasi Pendidikan dan Pelayanan

MAKLUMAT — Persyarikatan Muhammadiyah memiliki lebih dari 170 Perguruan Tinggi Muhammadiyah–Aisyiyah (PTMA) dan 130 lebih Rumah Sakit Muhammadiyah–Aisyiyah (RSMA) di seluruh Indonesia.

dr. M. Asro Abdih Y, Sp.U., M.B.A.
dr. M. Asro Abdih Y, Sp.U., M.B.A.

Kiprah PTMA dan RSMA telah lama menjadi penopang pelayanan kesehatan dan pendidikan, tumbuh dan berkembang atas inisiasi warga Muhammadiyah dengan dukungan masyarakat setempat, bahkan di daerah tertentu di Indonesia menjadi satu-satunya tumpuan.

Cakupan layanan kesehatan RSMA dan kontribusi PTMA di bidang pendidikan meluas dari aspek promotif sampai dengan kuratif, dari mendidik calon sarjana guru mengaji, memproduksi pekerja di bidang teknis praktis, menghasilkan perawat, bidan, dokter, dan sebentar lagi dokter spesialis, sampai dengan mencetak para peneliti dan pakar di bidang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan peradaban.

Dengan modal intelektual dan praktikal yang demikian, ada peluang besar untuk membangun ekosistem kesehatan (health ecosystem) Muhammadiyah, yang akan menyatukan pendidikan, penelitian, pelayanan kesehatan, dan inovasi secara integratif.

PTMA dan RSMA dalam banyak aspek memang telah bekerja sama, tetapi belum terorganisasi dalam ekosistem yang utuh, end-to-end meliputi perencanaan sampai dengan evaluasi yang terus menerus.

Pendekatan Multidisipliner Berbasis Akademik

Kondisi nasional dan global saat ini dan di masa yang akan datang menuntut respon cepat dan dinamis. Digitalisasi, integrasi layanan, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan, dan pemanfaatan riset klinis adalah fokus transformasi sistem kesehatan Indonesia saat ini.

Baca Juga  Mihnah dan Reformasi Daulah Abbasyiyah

Di saat yang sama, tantangan kesehatan masyarakat modern, peningkatan insiden dan prevalensi penyakit kronis (stroke, kanker, penyakit jantung, gagal ginjal), dan pola kebutuhan layanan yang berubah sesuai dengan perubahan konfigurasi populasi masyarakat Indonesia membutuhkan pendekatan multidisipliner berbasis akademik yang kuat dan kredibel.

Dalam satu sesi seminar online yang diselenggarakan oleh Majelis Pembina Kesehatan Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (MPKU PWM) Jawa Timur pada Selasa (30/12/2025) lalu, di hadapan para Direktur RSMA se-Indonesia, Dr. H. Agus Samsudin, M.M.—Ketua MPKU PP Muhammadiyah—mengusulkan ekosistem kesehatan Muhammadiyah sebagai solusi masa depan, atas beragam disrupsi yang sedang dan akan terus menimpa Amal Usaha Kesehatan Muhammadiyah (AUMKes).

Menurut Agus, Muhammadiyah memiliki kemampuan strategis untuk beradaptasi dengan lingkungan nasional dan global secara lebih efisien karena memiliki jaringan akademik dan cakupan layanan kesehatan yang luas.

Penguatan ekosistem Muhammadiyah merupakan tindakan yang adaptif dan visioner karena integrasi pendidikan dan pelayanan telah menjadi dasar sistem kesehatan berkelanjutan di seluruh dunia.

Banyak penelitian dan inovasi medis yang dihasilkan, misalnya oleh akademisi dan praktisi di Harvard Medical School yang langsung diaplikasikan di Harvard Medical Center. Di Jepang, riset stem cell dan regenerasi jaringan oleh Universitas Tokyo diaplikasikan secara langsung dan total pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Universitas Tokyo. Contoh lain seperti Melbourne University dan Melbourne Health di Australia, Charite-Universitatsmedizin dan Humboldt University Berlin di Jerman, National University Hospital (NUH) dan National University of Singapore (NUS) di Singapura, hingga Hospital Sultan Abdul Aziz Shah dan Universiti Putra Malaysia (UPM) di Malaysia.

Baca Juga  Peringati Milad ke-35, RSU Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Gandeng PERDAMI Gelar Operasi Katarak Gratis

Memperkuat Layanan Kesehatan Muhammadiyah

Ketika PTMA dan RSMA diintegrasikan, siklus pengetahuan terbaik di ranah akademis dan best practices di realitas pelayanan kesehatan yang berkelanjutan dapat dibuat. Pengalaman RSMA adalah feedback untuk peningkatan kualitas pada sesi pengajaran, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian di PTMA. Ada korelasi kuat antara praktik klinis di RSMA dengan Tridharma Perguruan Tinggi yang dijalankan oleh PTMA.

Pada sisi operasional, capaian standarisasi tata kelola klinis yang diminta oleh regulator, kepastian jaminan mutu, daya serap teknologi, dan digitalisasi layanan kesehatan di seluruh RSMA dan PTMA akan lebih mudah didapatkan bila keduanya bekerja dalam kerangka yang sama. Tiap-tiap mata rantai operation process di PTMA dan RSMA adalah pemasok sekaligus end-user. Akan terjadi konsolidasi rantai pasok yang ujungnya adalah pengurangan biaya dan peningkatan dayasaing secara nasional bahkan global.

Pada akhirnya, ekosistem kesehatan yang telah terbangun itu akan terus memperkuat posisi Muhammadiyah sebagai penyedia layanan kesehatan yang berbasis kredibilitas keilmuan yang kuat, pengalaman terbaik, yang mampu merespons seluruh dinamika sepanjang zaman.

Kendala dan Tantangan yang Menghadang

Namun demikian, pasti akan ada banyak masalah saat membangun ekosistem kesehatan yang dimaksud.

Konflik kepentingan dan ego sektoral bisa diatasi dengan tata kelola yang berbasis shared-value. Ada kontrak kinerja yang melibatkan struktur Persyarikatan sebagai pemilik. Hal paling penting dalam ketahanan sebuah organisasi dalam menghadapi konflik adalah adanya komunikasi yang aktif dan terbuka.

Baca Juga  Wabup Bangkalan Harapkan Gagasan dan Masukan Warga Muhammadiyah untuk Pembangunan Daerah

Perbedaan kapasitas antara PTMA dan RSMA bisa diatasi dengan pendampingan sistematis dan alokasi program capacity building yang prosposional dan terjadwal. Arsitektur digital yang interoperable dan standardisasi platform diperlukan untuk mengatasi fragmentasi data dan perbedaan sistem informasi.

Keterbatasan dana pengembangan dapat diatasi melalui pemanfaatan dan penyaluran dana bersama, atau kolaborasi strategis external financing.

Prinsip Al Ma’un yang diinisiasi KH Ahmad Dahlan—pendiri Muhammadiyah tahun 1912—adalah modal utama yang dapat mengubah seluruh tantangan menjadi peluang demi mewujudkan ekosistem kesehatan Muhammadiyah.

Transformasi Paradigma: Kolaborasi Berkelanjutan

Pada akhirnya, ekosistem kesehatan Muhammadiyah adalah transformasi paradigma menuju kolaborasi yang berkelanjutan dalam pendidikan, penelitian, dan pelayanan.

Lebih dari sekadar integrasi struktural, ekosistem kesehatan Muhammadiyah merupakan kesempatan besar untuk membangun sistem kesehatan modern yang efisien, berdaya saing, dengan visi yang kuat, tata kelola yang solid, dan komitmen kolektif.

Ekosistem ini adalah implementasi nyata cita-cita Muhammadiyah mewujudkan islam yang sebenar-benarnya. Wallahua’lam.

*) Penulis: dr. M. Asro Abdih Y, Sp.U., M.B.A.
Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *