Fenomena Borong Emas Karena Cemas

Fenomena Borong Emas Karena Cemas
Ilustrasi masyarakat Indonesia menyerbu Logam Mulia Antam. Foto:ChatGPT

MAKLUMAT — Beberapa minggu ini terjadi fenomena di Indonesia. Masyarakat Indonesia sangat antusias untuk membeli Logam Mulia (Antam-red) pada saat harga terbang tinggi dengan harga yang juga jauh lebih mahal dari harga sebenarnya. Fenomena ini semakin menjadi tatkala di banyak platform media streaming menampilkan bagaimana masyarakat berebut menyerbu butik Antam di manapun yang mengakibatkan kosongnya ketersediaan Logam Mulia Antam di seluruh butik.

Penulis: Choirul Anam *

Hal inilah yang kemudian membuat para reseller Antam terus menaikkan harga jual LM yang mereka miliki jauh di atas harga resmi yang dikeluarkan oleh Antam. Misalkan pada saat artikel ini saya tulis Selasa (22/4/2025) pukul 18.00 WIB, harga LM Antam secara resmi dibanderol dengan harga 2.044.000 per 1 gram dengan ditambahkan keterangan stok kosong.  Sedangkan untuk harga yang dipatok oleh reseller memasang harga kisaran 2.500.000 per 1 gram atau lebih mahal 25 persen dari harga normal. Tetapi yang terjadi adalah masyarakat masih mau membelinya.

Apakah ini yang disebut hukum supply & demand? Di mana saat permintaan (demand) tinggi dan penawaran (supply) rendah makan harga akan naik. Jika melihat fenomena saat ini, rumus tersebut tidaklah berlaku. Hal ini karena fenomena beli LM bukan dikarenakan kebutuhan orang untuk berinvestasi atau sekadar mempertahankan nilai mata uang fiat yang semakin hari nilainya semakin turun, TIDAK.
Fenomena aksi beli LM yang terjadi saat ini adalah impulsive buying yaitu sebuah perilaku atau tindakan dalam membeli sesuatu barang atau jasa tanpa adanya perencanaan yang matang serta dipengaruhi oleh ketakutan atau kecemasan tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Fenomena saat ini juga bisa disebut dengan fear of missing out (FOMO) rasa takut ketinggalan sesuatu.  Tren jangka pendek atau juga bisa dikatakan sebagai keinginan untuk berinvestasi namun minim literasi…
Saat arttikel ini ditulis, harga emas dunia senilai 3455 $ per troy ounce (31.1 Gram) atau seharga 111.5$ per 1 gram yang kalau dikonversikan ke Rupiah menjadi Rp1.876.000,- per  1 gram emas. Sedangkan Antam menetapkan harga senilai Rp2.044.000,- per 1 gram atau ada selisih Rp168.000,- di mana selisih ini sangat wajar sebagai biaya produksi dan tentunya profit.
Nah dari sini mulai jelas, bagaimana cara berpikir sebagian orang yang membeli harga emas dengan harga 25 persen lebih tinggi dari harga semestinya. Sebagian dari mereka akan mengatakan bahwa menyimpan Emas tidak ada ruginya, harga pasti naik. Yah ini memang benar, tapi sekuat apa mereka mampu menyimpan emas mereka selama 5 atau 7 atau 10 atau puluhan tahun. Andai membeli masih dengan harga semestinya tentu masih hal ini tidak masalah, tapi bagaimana dengan mereka yang membeli diharga yang sudah dinaikkan 25 persen dari harga normal ?
Bagaimana kalau akhirnya harga emas kembali stabil atau bahkan turun dan seiring waktu ketersedian LM di Antam sudah normal ? Sebagian besar orang selalu menganggap bahwa harga emas selalu dan pasti naik. Yah, memang hal tersebut tidak salah, tapi juga tidak selalu benar, tergantung sudut pandang periode waktu yang dipakai.  Pada Tahun 2011, harga emas menyentuh harga 1900 $ per troy ounce akhirnya terus turun pada tahun tahun berikutnya. Bahkan penurunannya sangat signifikan sampai pada level terendah yaitu 1033$ per troy ounce di akhir tahun 2015. Pada akhirnya baru di tahun 2021, harga emas kembali mencapai 1900 $ per  troy ounce. Artinya saat itu butuh waktu 10 ttahun bagi emas untuk melakukan konsolidasi harga sampai kembali ke harga awalnya di tahun 2011.
Pertanyaannya, ada berapa persen masyarakat kita yang mampu menyimpan aset Emas mereka dalam rentang waktu Puluhan Tahun ? Faktanya saat itu banyak yang melakukan cut loss atau jual rugi, demi urusan perut, urusan sekolah anak, urusan rumah atau kebutuhan lainnya.
“Be fearful when others are greedy. Be greedy when others are fearful”. Kalimat ini disampaikan oleh investor awakan Warren Buffet yang menjadi prinsip investasi paling populer dan banyak diikuti oleh para investor dan trader dunia. Kalimat tersebut memiliki makna, saat orang lain panik dan menjual aset mereka adalah saat tepat untuk membeli, sebaliknya saat orang lain menjadi bersemangat untuk membeli adalah saat tepat untuk berhati-hati, diam atau kita jual untuk ambil profit. Apakah saat ini anda masih ingin membeli LM dengan harga upnormal ?, Ataukah anda saat ini ingin menjualnya dengan harga yang sedang “sangat tinggi” ? Atau cukup mengamati mawon sambil ngopi lan ngudud…..
Keputusan ada di tangan panjenengan masing masing…..
*Penulis adalah mantan Ketua KPU Jatim
Baca Lainnya  Film Jumbo dan Jejak Syirik Tersembunyi: Masih Layakkah untuk Ditonton Anak-anak?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *