Filipina dan Vietnam Dihantam Topan, Ratusan Ribu Orang Jadi Korban

Filipina dan Vietnam Dihantam Topan, Ratusan Ribu Orang Jadi Korban

MAKLUMAT — Bencana beruntun melanda Asia Tenggara. Dua topan besar berturut-turut menghantam Filipina dan Vietnam dalam sepekan terakhir, menimbulkan kehancuran luas di kedua negara.

Filipina dan Vietnam porak-poranda setelah Topan Tino dan Topan Kalmaegi melanda kawasan itu. Bencana ini menelan ratusan korban jiwa, membuat ratusan ribu orang mengungsi, serta memicu banjir di berbagai wilayah.

Topan Tino Terjang Filipina

Topan Tino menewaskan sedikitnya 140 orang dan menyebabkan 127 orang lainnya hilang setelah memicu banjir besar di wilayah tengah Filipina pekan ini, menurut laporan ABS-CBN mengutip data resmi otoritas pertahanan sipil, Kamis (6/11/2025).

Banjir yang disebut sebagai yang “belum pernah terjadi sebelumnya” melanda berbagai kota di Provinsi Cebu, menyapu mobil, rumah, dan bahkan kontainer besar. Di kota Liloan, sedikitnya 35 jenazah ditemukan setelah air bah menenggelamkan pemukiman.

“Saya membuka jendela, lalu ayah dan saya berenang keluar. Kami menangis karena ingin menyelamatkan kakak perempuan saya,” kata Christine Aton, warga Liloan, menceritakan saat banjir tiba-tiba menerjang rumah mereka.

Di Pulau Negros, hujan lebat memicu lumpur vulkanik dari lereng Gunung Kanlaon, menewaskan sedikitnya 30 orang. Sejumlah korban lain termasuk enam awak helikopter militer yang jatuh dalam misi bantuan topan.

Hujan setinggi 18 sentimeter turun hanya dalam 24 jam di sekitar Cebu, jauh di atas rata-rata bulanan 13 sentimeter. Hampir 800.000 orang harus dievakuasi dari jalur badai.

Baca Juga  Banjir Bandang Landa Bali, Jatuhkan Korban Jiwa dan Puluhan Bangunan Ambruk

Tino Bergerak ke Vietnam, Disusul Kalmaegi

Setelah meninggalkan Filipina, Topan Tino menguat dan bergerak menuju Vietnam tengah, di mana pemerintah memperingatkan ancaman gelombang setinggi delapan meter dan angin hingga 190 km/jam.

Belum usai pemulihan akibat Tino, Vietnam kembali dihantam Topan Kalmaegi pada Kamis (6/11/2025), menurut laporan Reuters. Badai tersebut memaksa pembatalan ratusan penerbangan, menumbangkan pohon dan tiang listrik, serta menimbulkan gelombang setinggi 10 meter di pesisir Hoi An dan Hue.

Pemerintah Vietnam mengevakuasi lebih dari 260.000 orang di Provinsi Gia Lai dan menyiagakan sekitar 268.000 personel militer untuk operasi pencarian dan penyelamatan. Kalmaegi tercatat sebagai badai ke-13 yang melanda Vietnam tahun ini dan salah satu yang terkuat.

Sementara itu di Filipina, kerusakan akibat Kalmaegi semakin terlihat saat banjir mulai surut di Cebu. Rumah-rumah rata dengan tanah, kendaraan terbalik, dan jalan-jalan dipenuhi puing. Sedikitnya 114 orang tewas dan 127 lainnya masih hilang hingga Kamis malam.

“Puing-puing ini perlu segera dibersihkan, bukan hanya untuk mencari korban, tapi juga agar bantuan bisa segera masuk,” ujar pejabat pertahanan sipil Raffy Alejandro kepada radio DZBB.

Beberapa warga yang kembali ke rumah mereka mendapati hanya sisa lantai yang tersisa. “Semuanya hanyut. Anak-anak saya tidak punya apa-apa,” kata Liza Becus, warga Talisay, Cebu.

Ancaman Badai Belum Usai

Baca Juga  Haedar Nashir: Pilpres Ibarat Pertandingan Sepak Bola

Badan cuaca Filipina memperingatkan masih ada potensi tiga hingga lima badai tropis tambahan hingga akhir tahun. Para ilmuwan menegaskan, perubahan iklim memperburuk intensitas badai di kawasan ini, karena lautan yang lebih hangat membuat topan menguat lebih cepat dan membawa curah hujan lebih besar.

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *