MAKLUMAT — Pada satu malam di Kampung Seruni, Don berdiri di panggung pertunjukan dengan tubuh tambunnya, menentang tawa para pengejek dan menantang batas rasa percaya dirinya sendiri. Tepuk tangan meledak. Ia menang. Ia berhasil. Namun pada saat yang sama, langit cerita di film Jumbo mulai kelam.
Disutradarai oleh Ryan Adriandhy dan diproduksi oleh Visinema Studio, film animasi Jumbo yang tayang perdana 31 Maret 2025 ini langsung merebut 4 juta penonton pada pertengahan April 2025. Bukan semata karena kualitas animasinya yang mengagumkan, tapi karena ia menyentuh—atau mengguncang—sesuatu yang lebih dalam dari sekadar nostalgia masa kecil.

Kisah Don, bocah yatim piatu berusia 10 tahun yang tumbuh bersama dongeng warisan orang tuanya, menjadi cermin dari generasi yang sedang mencari tempat dalam dunia yang keras. Buku dongeng itu bukan hanya milik Don, tapi milik kita semua yang pernah percaya pada keajaiban.
Namun, Jumbo tidak berhenti di keajaiban. Ada bagian cerita yang secara halus, nyaris tak disadari, membuka pintu kepada tafsir yang lebih gelap—sebuah perjanjian antara dunia nyata dan yang tak terlihat.
Ketika Don bertemu Meri—gadis dari dunia lain yang mencari kedua orang tuanya—terjalinlah kesepakatan. Jika Meri membantunya dalam pertunjukan seni, maka Don akan membantu Meri menyelamatkan roh orang tuanya yang ditawan oleh kepala desa. Perjanjian itu terdengar polos, bahkan mengharukan. Namun, benarkah demikian?
Di titik inilah, penonton dewasa mengernyitkan dahi. Sebab bagi sebagian masyarakat Jawa, struktur cerita ini sangat menyerupai narasi pesugihan: perjanjian antara manusia dan entitas tak kasatmata demi kekuatan atau keberuntungan, dengan kompensasi tertentu yang kadang tak masuk akal—tumbal.

Bila ditarik ke akar kebudayaan lokal, terutama di Tanah Jawa, pesugihan bukan sekadar mitos, tapi realitas simbolik yang masih hidup. Prof. Wasino, Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Semarang, menyebut bahwa konsep pesugihan berkembang sejak akhir abad ke-19, dipicu kecemburuan sosial dan ketimpangan ekonomi.
Masyarakat pun mencari jalan pintas menuju kesejahteraan. Maka lahirlah kisah-kisah tentang tumbal orang yang dibenci, tukar janin, jual diri kepada jin, bahkan memelihara tuyul. Semua demi satu hal: kekayaan instan atau kesuksesan instan —seperti dilakukan Don saat tampil dalam pentas seni..
Cerita Don dan Meri, dalam kacamata ini, tiba-tiba menjadi alegori —-cerita yang dipakai sebagai lambang (ibarat atau kias) perikehidupan manusia yg sebenarnya untuk mendidik (terutama moral) atau menerangkan sesuatu (gagasan, cita-cita, atau nilai kehidupan, seperti kebijakan, kesetiaan, dan kejujuran).
Meri menjanjikan kemenangan—Don memperoleh panggung dan kemasyhuran. Tapi ketika tiba giliran menunaikan janjinya, Don ingkar. Dan Meri, yang semula penuh kasih, berubah murka. Meski Meri tidak mengutuk Don, namun Mae dan Naurman berhasil mengingatkan Don.
***
Apakah sutradara Jumbo sedang menyisipkan mitos pesugihan dalam bungkusan dongeng anak-anak? Apakah film ini tak sadar telah mengulang narasi perjanjian mistis yang bertentangan dengan nilai-nilai religius, terutama Islam?
Dari sudut pandang teologi Islam, narasi pesugihan adalah bentuk syirik—dosa terbesar yang tak terampuni kecuali dengan tobat sejati. Dalam QS An-Nisa ayat 48 disebutkan: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni dosa yang selain dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”*
Dalam kerangka ini, pesan dari film Jumbo memang perlu untuk diluruskan? Bukankah perbuatan syirik juga harus dijelaskan kepada anak-anak yang ikut menyaksikan film Jumbo?
***
Barangkali sutradara Film Jumbo mungkin tidak bermaksud menarasikan pesugihan. Tapi ia tanpa sadar menyentuhnya, dan dari situlah pentingnya membaca ulang dongeng yang kita wariskan pada anak-anak. Sebab di balik dongeng, tersembunyi nilai. Dan di balik nilai, hidup kepercayaan.
Dalam masyarakat yang masih akrab dengan dunia jin dan ritual, garis tipis antara dongeng dan mistik bisa sangat mudah dilangkahi.
Di tengah gemuruh tepuk tangan atas pencapaian Jumbo sebagai animasi karya anak negeri, kita perlu menaruh telinga dan hati pada bisik halus yang menyelinap di balik adegan-adegannya. Sebab, pesan itu bukan hanya tersirat—ia tersurat.
Bahwa kerja sama dengan makhluk tak kasatmata, entah disebut jin, peri, atau apa pun bentuknya, adalah jalan licin yang menyesatkan. Maka biarlah Jumbo menjadi pemantik diskusi, bukan sekadar tontonan manis.
Semoga para orang tua cukup bijak, tidak sekadar membiarkan anak larut dalam keajaiban animasi, tapi hadir—mendampingi, menjelaskan, menanamkan nilai. Sebab lebih dari sekadar hiburan, film adalah cermin dari nilai yang kita wariskan.
Selamat menyaksikan Jumbo, karya membanggakan anak bangsa, sambil tetap menjaga akal dan iman kita bersama.
__________________
*) Catatan Redaksi: Tulisan ini bertujuan sebagai kajian budaya dan tidak dimaksudkan untuk menuduh ataupun menjustifikasi isi film. Tafsir adalah hak setiap penonton. Namun, diskusi adalah hak masyarakat.
Terimakasih ilmu nya..menambah wawasan. Sempat terpikir juga seperti itu ketika menonton..oh ada hantunya yah ada perjanjian nya yah..wkwkkw..oh namanya film imajinasi..
Dan kalaupun anak saya tanya.. terimakasih saya sudah mempunyai jawabannya.
Tulisan ini saya rasa perlu disimak oleh setiap insan perfileman karena melalui film paling mudah untuk menanamkan nilai2 di dalamnya.Alih- alih flm animasi yg biasa identik dengan film anak-anak tetapi di dalamnya terselip sesuatu yg bisa merusak aqidah anak .
Penulis pintar, tapi terlalu kolot hingga sebuah kesepakatan yang bersifat simbiosis di bawa ke ranah Suudzon. Inilah yang membuat kreatifitas masyarakat terkurung dalam kebodohan agama.
Pendapat anda benar, penulis memang pintar membaca sesuatu yang tersirat dalam film, yang secara sengaja atau tidak sengaja, mengerti atau tidak dimengerti oleh pembuat film itu sendiri. Kalau kata su’udzon terlalu jauh penilaian anda, jangan sampai anda yang terjerumus oleh prasangka buruk anda sendiri kepada penulis, menurut hemat saya penulis hanya menyampaikan penilaian dan mengingatkan hal2 yang baik untuk akidah anak2 kita.
Dan yang terakhir penilaian anda sangatlah melenceng, agama anda anggap adalah kebodohan, perlu anda ketahui ajaran Agama Islam adalah ajaran paling mulia dan selalu relevan sampai akhir jaman, mungkin kebodohan anda yang membuat anda terkungkung dalam pemikiran dan prasangka buruk anda sendiri.
Setuju , belenggu atas nama Agama …
Lebayyy , apa apa di jadiin isu , ini lebih parah dari syirik , iri , dengki , dan fitnah , buat karya pak jenggot , jangan buat fitnah mulu
Bro c’mon is just a cartoon gak bakal ada yang serius dan Sampai memaknai bahkan mengikuti adegan² syirik karna mereka yang gak mikir serius itu cuman mikir ini cuman kartun gak nyata
Para habib2 ba’alawi yg tiap hari bikin dongeng bohong ko ga di permasahkan eee malah film bocah yg di ributin.
Ini film buat bocil umur 10 tahun kebawah, bkn untuk umur 400bulann woi
Banyak yg bilang lebay tp mereka sendiri gak tau bahwa media itu menjadi alat untuk mempengaruhi alam bawah sadar manusia apalagi ini menyentuh dunia gaib yang sangat kental dengan islam yg memang salah satu rukun iman ya percaya kepada yang gaib dan semua harus diluruskan sesuai ajaran islam karena indonesia mayoritas islam jd jgn alergi klo ada kritik krn ini bersinggungan dgn ajaran islam
Hmmmm…….
Yeelllahhhh, yang nulis kayak ga pernah nonton kartun CASPER aje?!
Nonton dulu filmnya, apakah semata mata tdk ada unsur pendidikannya atau pesan moralnya dlm film ANIMASI KARTUNnya?
Yang betul film HOROR HOROR INDONESIA YA?
Kalau anak2 itu harus punya imaginasi yang tinggi (tentunya hal2 positif) untuk bisa nenentukan cita2,minat dan bakatnya nanti.
Benar sekali menurut saya yang awam.
Setidaknya ada penilaian tentang itu dan org² mengetahuinya. Yang tdk serta merta ikut²an yg sedikit² bs merusak akidah kita dan keluarga kita
Peran orang tua memang tetap harus hadir tuk mendampingi anak-anak tetapi InshaAllah ini hanya sebuah film animasi seperti film Doraemon, Thinker bell yang memang ada unsur mistisnya.
Too far pak untuk penafsiran. Pengartiam film ini jauh banget untuk orang dewasa kalo dilihat dari opini bapak. Sedangkan film ini, segmentasi nya untuk 18 tahun kebawah.
Nah, seperti ini juga yg saya rasakan ketika selesai menonton film jumbo. kenapa harus pakai arwah untuk menjadi penolong jumbo. Selesai menonton film itu, saya pun meriview bersama anak2. agar anak2 tidak berpikir, bahwa boleh berteman dgn arwah, boleh minta tlg dgn arwah, dan boleh melakukan perjanjian dgn arwah atau setan lah ya.. Jangan sampai anak kita mempresentasikan hal yang berbeda setelah menonton film tersebut.
Betul sekali, saat saya menontonpun semopat kaget…kok alurnya melibatkan di luar kemampuan maksimal usaha Don untuk sukses, padahal itu yg saya harapkan ingin tanamkan ke anak-anak dimana generasi sekarang lebih rentan dan kurang dalam berjuang, seperti dongeng klasik lainya dimana untuk mendapatkan keajaiban dengan pertolongan sesuatu yang tak kasat mata atau benda ( Aladin, Cinderela, timun mas dll)
Kadrun ada be, wong kartun kok kadrun kadrun
Masya Allah tabarakallah..tks byk pak atas reviewnya…
Saya ingin berpendapat, tentu ini karena penulis membuka ruang diskusi seperti yang ditulis di akhir artikel.
Ya, kita bisa menemukan hal-hal berbau seperti itu selama film. Namun, bukannya itulah tugas kita sebagai orang dewasa untuk menjelaskan konteks kepada anak-anak?
Jumbo adalah film animasi yang tentunya mengandung banyak unsur imajinasi dan khayalan. Coba kita cek animasi lain: Upin Ipin; bahkan masih ada unsur sihir, yaitu Nenek Kebayan. Namun, toh masih ada pesan moral yang ingin disampaikan, bukan?
Saya kira, kita bisa berfokus pada pesan-pesan positif dari Jumbo yang tentunya sesuai dengan Islam. Ada banyak sekali yang sudah mention hal ini dan penulis artikel pun juga sering mendengarnya. Saya baru saja menemukan konten yang membahas keterkaitan lirik salah satu lagu film ini dengan ayat-ayat al-Quran. Ini jelas bagian positifnya.
Selain itu, Jumbo ini juga dibuat untuk segmentasi umum—semua etnis, semua agama, semua usia—begitu pula animasi-animasi lainnya. Jika memang ingin tayangan yang benar-benar sesuai Islam, masih ada pilihan lain, misalnya saja Nussa.
Sebagai bahan diskusi dengan anak, kita bisa saja menyampaikan bahwa apa yang dilakukan seperti pada artikel ini kurang sesuai dengan syariat Islam, sehingga anak diharapkan tidak menirunya. Mungkin juga ini menjadi pembelajaran bagi anak bahwa di kehidupan nyata, masih banyak terjadi praktik-praktik seperti ini—tentu saja ia tidak dapat mengontrol semua yang terjadi di sekitarnya—yang bisa ia kontrol adalah dirinya sendiri.
Setuju..memang tugas kita orgtua utk memasukkan prinsip dan keyakinan sesuai pedoman hidup/agama yg kita pilih. Film adalah bahasa universal utk semua golongan , jika belum usia dan kemampuan nalar anak maka bs kita pilih utk tdk kita sampaikan terlebih dahulu namun jika sang anak sdh mampu menyimak dr setiap cerita mk disinilah peran kita menyampaikan pesan yg baik utk diikuti dan membuang yg buruk sesuai nalar dan prinsip keyakinan kita masing2 agar lbh yakin pd keyakinan kita tanpa merugikan orglain
Saya juga sudah berkomentar di berbagai platformnya sosmed, kalo film animasi anak yg di balut kuat bgt unsur syirik nya, anak anak saya tidak saya perbolehkan menonton film ini karena bisa merubah padangan dan menafikan nilai ke Tauhidan..
Uda nonton belum? Film Horor klenik2, acara2 rukiah2an, uji nyali nantangin setan, minta restu ke makam ulama yg uda mati ga bs ngapain, biasa aja kalian kerjakan kan… Baru film animasi yg banyak makna & pesan luhur.. Di-syirik2in.. Drun druunnn
Yang gobloknya adalah orang islam sibuk komentar, bikin kagak dengan alasan agama.. haram.. giliran di isi sama kelompok lain ribut.. bikin.. dunia udah berubah
Betul papak, sirik sirak, tinggal ada yg ngaku cucu nabi kelakuan dajal, memecah belah umat, nyembah kuburan dibilang ahli surga, suka cabuli santriwati
Ini cuma sebuah film dimana adegannya cuma rekayasa hiburan saja, kecuali film yang kisahnya pernah ternjadi dan nyata.
Sudah lihat filmnya secara utuh?
Hargailah karya anak bangsa, kalo memang bisa buat animasi tanpa adanya celah berdasarkan versi anda buatlah, kita tunggu kapan terbitnya
Dunia anak adalah imaginer. Pendampingan waktu nonton jumbo, Insya Allah tidak membuat deposit awal pendangkalan iman untuk percaya Allah. Bangsa ini perlu belajar tiap waktu, setidaknya tema film tidak di dominasi seks atau horor. Bagian pembelajaran adalah dunia animasi kedepan terus mengupgrade menjadi humanity. Lebih wise tanpa menyampingkan nilai nilai religi yang mayoritas di tanah air. Selamat berkreasi makin baik para sineas muda Tanah Air 😘
Benar sekali ,ini seharusnya perlu bimbingan orang tua agar mereka tidak tersesat dg alur cerita fiksi tsb
Bagaimana dengan Film Bidaah…tolong pencerahannya
ada ada aja bikin berita, dihubungkan ke sesuatu yg jelas tidak terhubung. ini jelas” film fiksi bukan kisah nyata jadi tidak perlu dihubungkan dengan kisah nyata, kalau mau menjatuhkan film bukan seperti ini caranya.
Bener , malah dizaman kita sekarang yang katanya islam itu , banyak melakukan kesyirikan baik disadari maupun tidak disadari , yah itu dikarenakan minimnya ilmu agama atau dia tau itu dilarang namun demi dunia dia rela menjual agamanya dengan murah . Barakallahu fikum
Mungkin dari adanya pesan tersirat ini, emang harusnya kita yang sadar betul. Bisa jadi film ini dimaksudkan untuk kita berpikir dan bertindak layaknya kriminolog. Mempelajari kejahatan untuk mengetahui hal tersebut agar kita bisa menghindarinya. Wallahualam.
alah indonesia dikit” syirik dikit” kafir.pikiran yang ngk maju” ,saya sebagai orang islam kecewa ,islam di indonesia sekarang ikut budaya arab bulan ke islamanya
Terima kasih sudah mengingatkan kami pak 🙏
Terima kasih Pak untuk tulisannya. Alhamdulillah saya belum menonton Jumbo & setelah membaca tulisan Bapak saya tidak menyesal tidak menonton Jumbo hingga hari ini. Semoga ke depan kisah Jumbo bisa lebih inspiratif & tidak mengandung mistis/syirik.
Terima kasih Pak untuk tulisannya. Alhamdulillah saya belum menonton Jumbo & setelah membaca tulisan Bapak saya tidak menyesal tidak menonton Jumbo hingga hari ini. Semoga ke depan kisah Jumbo bisa lebih inspiratif & tidak mengandung mistis/syirik.
Maa Syaa Allah terimakasih banyak untuk tulisannya
Ini sangat memberi kesadaran terhadap kami sebagai orang tua.
Hanya orang tua overthingking yg menginterpretasikan film ini sebagai film syirik. Sebelum ada isu ini gak ada tuh anak-anak yg atau orang-orang yang berfikiran dan jadikan ini inspirasi untuk syirik. Hanya orang-orang dg pikiran tertutup lah yg membuat isu ini tercuat dan bikin orang mengasosiasikan film ini dg syirik.
Hanya orang tua overthingking yg menginterpretasikan film ini sebagai film syirik. Sebelum ada isu ini gak ada tuh anak-anak yg atau orang-orang yang berfikiran dan jadikan ini inspirasi untuk syirik. Hanya orang-orang dg pikiran tertutup lah yg membuat isu ini tercuat dan bikin orang mengasosiasikan film ini dg syirik.
secara garis besar setuju dengan tulisan ini, dari pandangan kekristenan juga mengajarkan supaya mengandalkan hanya pada Tuhan Yesus dan roh Kudus , bukan pada dunia orang mati atau arwah. karena konsekuensinya cukup besar.
Masya Allah, semoga Allah berkahi penulis ini dengan kajian yang menohok dalam bingkai menjaga marwah kemurnian iman kita dan generasi anak² islami kita semua.
Setuju prof.mg masysrakat sadar
Buat orang yg suka mikir ilmu hitam, timbullah pemikiran itu.
Tetapi orang yg hatinya murni, ga suka mikir ilmu hitqm, maka ini adalah murni film anak yg penuh imaginasi. Tidak ada perjanjian pesugihan. Yg ada adalah pelajaran untuk tanggung jawab menepati janji.
Lebih baik Anda memgkritisi film2 horor indonesia lainnya yg jelas2 menampilkan berbagai bentuk setan yg malah digemari buanyak penonton. Apalagi adegan2 kekerasan dan pembunuhan yg sadis.
Itu imajinasi anak anak bos, cari panggung yaaa ?
Bukankah di film si Atta sudah bilang secara terang-terangan kalau si Don curang karena dibantu sama hantu? Bukankah berarti sang penulis cerita juga menyisipkan pesan ke penonton bahwa yang dilakukan Don adalah hal salah?
Terlepas dari cara Don yang dianggap curang, apakah saling menolong sesama makhluk Allah dalam kebaikan bisa dianggap syirik ya? Misal karena Don sudah dibantu sehinggan dia pun membantu Meri agar dia dan keluarganya bisa rest in peace, tidak gentayangan, apakah itu secara eksplisit dianggap syirik dan mengganggu keimanan?
Saya sepemikiran dengan sampeyan pak awalnya istri yg getol ngajakin nonton sama anak2 tp waktu baca sinopsisnya kok ada yg aneh dengan ceritanya yg berhubungan dgn hal gaib dan tak sesuai ajaran islam
Heran deh…dikit2 dikaitkan ama agama…
Positif thinking ajjah lah, anggap isi ceritanya soal tolong menolong…
Ini cerita anak2 loh…
Kenapa jadi pesugihan sih, gak jelas, banyak film yang mengisahkan pertemanan dengan makhluk dari dunia lain, saling membantu, menolong, kenapa malah dihubungkan dengan pesugihan?? Kalau begitu film sekelas marvel yg memiliki banyak entitas juga syirik??? Film film imajinasi seperti harry potter, narnia, lord of the rings yg memiliki kekuatan mistis syirik ya???
Kenapa jadi pesugihan sih, gak jelas, banyak film yang mengisahkan pertemanan dengan makhluk dari dunia lain, saling membantu, menolong, kenapa malah dihubungkan dengan pesugihan?? Kalau begitu film sekelas marvel yg memiliki banyak entitas juga syirik??? Film film imajinasi seperti harry potter, narnia, lord of the rings yg memiliki kekuatan mistis syirik ya??? Knp sih giliran ada film sukses dari indonesia malah di kritik sama rakyat sendiri
[email protected]. assalamualaikum saya tidak setuju jika film jumbo di cap sebagai kesyirikan,karena film itu hanyalah cerita fiksi yg memiliki nilai moral dan kesimpulan yg bisa kita ambil.sebagaimana dongeng nenek moyang kita terdahulu,masyarakat terlalu mabuk agama sehingga lupa bahwa dongeng dan cerita rakyat yg mereka percayai sebagian juga ada yang mengandung kesyirikan.saya rasa masyarakat harus tau yg mana cerita fiksi dan non fiksi,cerita fiksi hanya lah imajinasi emosional yg ditulis oleh penulis untuk kita supaya dijadikan pelajaran,INGAT JUMBO HANYALAH FILM FIKSI ,JIKA KALIAN MENGATAKAN FILM ITU MENGANDUNG KESYIRIKAN COBA LIHAT DONGENG DAN CERITA RAKYAT YG KALIAN PERCAYAI
Agree, banget dengan tafsir Mas Edi, seolah-olah ada hidden messages untuk pendidikan usia dini mengenai Okultisme, sehingga bagi dampak bagi Anak-Anak akan berbeda, dampaknya mungkin tidak secara tidak langsung, namun secara alam bawah sadar, karena dengan packaging yang halus dan menarik.
Terlepas dari LSF melabeli dengan SU (Semua Umur), alangkah bijaknya lebih melihat Kultur Sosial dan Agama yang tercermin di Indonesia seperti apa.
Selain itu juga, Masyarakat Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Mayoritas ajaran agama tidak memperbolehkan komunikasi dengan roh atau mempercayai arwah gentayangan. Maka, film seperti ini berpotensi menimbulkan kebingungan spiritual dan konflik nilai dalam diri anak.
* ini sekedar berpendapat, boleh Agree to disagree, its my poy and your pov.
Sampe segitunya menela’ah sebuah film animasi. Bagaimana dengan Film2 terdahulu seperti Jin dan Jun, Jini oh jini, dll. Yang perlu di perkarakan justru adalah Gus2 yg ajaran nya byk yg sesat saat ini
Banyak yang komen negatif tentang artikel ini, ndak papa pak.. lanjutkan kritis dan hati hati, serta sebarkan.. saya sependapat dengan anda.. tugas kita hanya menyampaikan.
Banyak yang komen negatif tentang artikel ini, ndak papa pak.. lanjutkan kritis dan hati hati, serta sebarkan.. saya sependapat dengan anda.. tugas kita hanya menyampaikan.
Yg di film itu bukan roh tapi jin. Roh itu kalo orang udah mati ga akan gentayangan. Nah kalau disitu ada perjanjian lah antara don dan Meri , itu Don kan anak kecil gatau kalo Meri itu jin. Dan berteman dengan jin itu dilarang. Pada realitanya jin ada di sekitar kita, banyak anak anak kecil yg sering liat jin karena jiwa mereka masih murni. Tinggal gimana orang tua ngasih pengertian kalau manusia ga bole berteman sama jin.
Yaudahlah ambil positifnya aja.
Tak ada yg sempurna di dunia ini, sutradara juga manusia yg punya kekurangan
Iri ya sama kesuksesan film Jumbo ? Iri ?bilang boss
Njir ini kan film. Film anak. Animasi. FIKSI. Film ringan. Napa jd lari ksna cok goblog emg org” mabuk ini.
WKWKWK KALO MAU FAIR-FAIRAN, COBALAH KRITIK FILM YANG LAIN YANG NGGA MASUK AKAL KAYAK KRISNA, FILM FILM SUPERHERO YANG ENTAH DARIMANA SUPERPOWERNYA, DAN KARTUN FIKSI LAIN. ANDA BERANI?SILAHKAN, JANGAN SAMPAI KRITIK ANDA HANYA MENYUDUTKAN SALAH SATU PIHAK. SUDAH JELAS INI FILM UNTUK ANAK-ANAK, NAMANYA JUGA DONGENG, YA WAJARLAH KALAU NGGA REALISTIS, SIAPA JUGA YANG MAU BERSEKUTU SAMA ARWAH ANAK KECIL TOLOL
Sumpah pak saya nonton dulu Inuyasha yang setengah iblis dari kecil itu film dan saya juga nggak percaya,doraemon,samurai x, apalagi cesper itu dulu sering banget saya juga sering nonton horor tapi saya menolak keras logika mistika karna nonton esensi hiburan kalau ada yang bagus silakan ambil tapi entertainment ya entertainment. Kalau masalah jadi syirik itu orang tuanya dan guru nggak dikasih pemahaman dulu tentang konteks, lagian yang nonton udah dipastikan minimal menengah keatas nonton di bioskop, udah pasti bisa berfikir logis.
Sumpah pak saya nonton dulu Inuyasha yang setengah iblis dari kecil itu film dan saya juga nggak percaya,doraemon,samurai x, apalagi cesper itu dulu sering banget saya juga sering nonton horor tapi saya menolak keras logika mistika karna nonton esensi hiburan kalau ada yang bagus silakan ambil tapi entertainment ya entertainment. Kalau masalah jadi syirik itu orang tuanya dan guru nggak dikasih pemahaman dulu tentang konteks, lagian yang nonton udah dipastikan minimal menengah keatas nonton di bioskop, udah pasti bisa berfikir logis.
Tolol sih ini, dia berharap sebuah film animasi hanya orang sedang shalat dan tentang anak anak yang berbakti. Padahal ada kartun Nusa Rara yang juga diproduksi Visinema, kenapa si wartawan senior ini nggak nonton Nusa Rara daripada berharap religiusme di produk Visinema lainnya.
Intinya, orang ini terbelenggu dengan cara pandang puritanistik dan gagal melihat karya animasi sebagai hiburan yang universal. Parahnya, karena dia juga gagal menggunakan otaknya.
Saya sependapat dengan penulis.
Orang tua harus kritis. Hak orang untuk menentukan pilihan sebuah film cocok atau tidak dalam membentuk narasi anak anaknya.
Kami duduk mendampingi anak – anak tetapi tidak mengira akan disodorkan narasi Spiritisme (Percaya bahwa orang mati bisa berkomunikasi dengan orang hidup) dalam filmm Jumbo.
Dua jam dalam ruang gelap dan tak mungkin skip atau beranjak anak anak akan mendapatkan makanan otak yang bisa membentuk doktrin baru apa lagi bagi anak anak di usia golden age.
“Boleh kan Pa/Ma kita berteman dengan arwah orang mati?”.
“Boleh kan Pa/Ma kita minta tolong pada arwah orang mati?”
Bagi orang tua itu bukan hal sepele. Percaya pada yang mati akan menjauhkan pada percaya pada yang hidup.
Lebih jauh lagi akan menjauhkan pada percaya kepada satu satunya SUMBER KEHIDUPAN.
Menjauh Dari SUMBER KEHIDUPAN hasilnya adalah kematian.
Kami tidak menuduh siapapun.
Yang kami bisa pilih bagi anak anak adalah menjelaskan kembali nilai nilai baik maupun yang keliru dalam film Ini.