MAKLUMAT — Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir pada Sabtu (4/1) siang yang teduh, di sela kunjungannya ke Kabupaten Garut, berhenti sejenak di sebuah toko kitab tua di Jalan Pasar Baru No 108.
Langkah kaki Haedar bersama rombongan kecilnya berhenti tepat di depan papan Toko Kitab ABC Utama. Bagi sebagian orang, Toko Kitab ABC mungkin hanya deretan rak kayu tua penuh buku-buku berdebu.
Namun bagi Haedar, toko ini adalah penanda penting perjalanan hidupnya—sebuah ruang yang menyimpan cerita empat dekade silam. “Dulu, setiap ada uang sisa, saya gunakan untuk membeli kitab di sini,” ujar Haedar mengenang masa remajanya saat menjadi santri di Pondok Pesantren Cintawana, Tasikmalaya.
Di usia yang baru belasan tahun, ia sering berkunjung ke toko itu, membolak-balik kitab kuning dengan tulisan Arab gundul yang dijual oleh pemilik lamanya.
Setelah 48 tahun berlalu, Haedar kembali menginjakkan kaki di tempat yang pernah menjadi bagian dari perjuangan kecilnya mencari ilmu. Haedar disambut hangat oleh Fauzi, putra penerus toko yang menggantikan ayahnya. Suasana penuh nostalgia pun menyelimuti pertemuan mereka.
“Senang sekali bisa kembali dan diterima Pak Fauzi. Dulu, banyak kitab yang saya hanya bisa lihat, belum mampu membeli,” katanya. Haedar tak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Ia memborong beberapa kitab yang dulu sempat luput dari genggamannya, menghidupkan kembali semangat santri yang tertanam sejak masa muda.
“Kesadaran untuk mencintai ilmu memang sudah ditanamkan sejak di pesantren dan keluarga. Masa depan waktu itu masih gelap—tidak tahu akan menjadi apa. Hari ini, saya sangat bersyukur atas anugerah Allah yang luar biasa ini,” ujar Haedar dengan mata menerawang, seolah menatap bayangan masa lalunya yang masih berdiri di sudut toko itu.
Sebuah Perjalanan Panjang
Haedar tidak datang ke Garut hanya untuk bernostalgia. Dalam kunjungan ini, ia juga meresmikan Klinik Darul Arqam Muhammadiyah Garut serta meletakkan batu pertama pembangunan Gedung Rektorat Institut Muhammadiyah Darul Arqam Garut.
Selain itu, ia meninjau proyek pembangunan SMK Muhammadiyah Kersamanah yang menjadi bagian dari kontribusi Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan.
Namun di antara semua kegiatan resmi tersebut, kunjungannya ke Toko Kitab ABC menyisakan kesan yang lebih personal. Bagi Haedar, toko itu adalah pengingat perjalanan panjang seorang anak muda yang berjuang dengan tekad sederhana—membeli ilmu dengan sisa uang di saku.
“Kitab-kitab ini menjadi saksi bahwa cinta terhadap ilmu membawa kita pada kebijaksanaan yang tak terbayangkan di masa depan,” pungkas Haedar.
Toko Kitab ABC mungkin kecil dan sunyi. Namun, bagi yang pernah singgah di sana dengan hati penuh mimpi, setiap halaman kitab yang berdebu menyimpan cerita tentang ketekunan, harapan, dan perjalanan panjang menuju terang ilmu.