21.3 C
Malang
Jumat, Januari 31, 2025
KilasHaedar Nashir: Islam Harus Hadir Mendalam, Kaya, dan Luwes

Haedar Nashir: Islam Harus Hadir Mendalam, Kaya, dan Luwes

Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir saat memberi materi pada Dialog Ideopolitor Muhammadiyah Regional Jawa-Kalimantan 1 di Dormitori UMY, Yogyakarta, Senin (27/1). Foto:Muhammadiyah

MAKLUMAT — Dormitory Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjadi saksi gagasan segar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, saat ia menegaskan pentingnya menghadirkan Islam yang mendalam, kaya, dan luwes di tengah arus zaman.

“Dalam beragama, kita harus menjadi suluh. Tetap kokoh dalam akidah, ibadah, dan akhlak,” ujar Haedar lugas pada Dialog Ideopolitor Muhammadiyah Regional Jawa-Kalimantan 1, Senin (27/1).

Namun, ia tak berhenti pada kekokohan individu. Menurutnya, agama yang hidup juga harus memberikan kontribusi nyata pada kehidupan bermasyarakat. “Pada saat yang sama, kita juga harus menyumbangkan kehidupan muamalah duniawiyah,” tambahnya.

Haedar mengingatkan, cara beragama yang diterapkan Kiai Ahmad Dahlan patut menjadi teladan. Sosok pendiri Muhammadiyah itu, katanya, kerap melakukan dekonstruksi atas pola pikir yang menghalangi kebenaran. “Kiai Dahlan membongkar alasan mengapa orang menolak kebenaran. Biasanya, karena manusia cenderung nyaman dengan pikiran mereka sendiri. Orang menolak kebenaran karena bodoh atau tidak suka dengan pembawa kebenaran itu,” jelasnya.

Dalam pandangan Haedar, Kiai Dahlan menawarkan konsep agama yang mencerahkan, bercahaya, dan membebaskan dari kebodohan. Sebaliknya, ia mengkritik mereka yang justru meredupkan cahaya agama karena keterbatasan pemahaman. “Padahal, ciri seorang Muslim sejati adalah ulil albab, yang mau mendengar dan menghargai pikiran orang lain,” tambahnya.

Peran Muhammadiyah

Lebih jauh, Haedar menegaskan bahwa Islam, termasuk melalui Muhammadiyah, berperan dalam membangun peradaban. “Islam itu membangun peradaban. Jadi, kalau Muhammadiyah merumuskan gerakan Islam pencerahan, Islam berkemajuan, dan membangun peradaban khaira ummah, itu semua bagian dari Islam,” ujarnya penuh semangat.

Ia juga mengutip sosiolog Peter Berger yang memperkenalkan konsep the sacred canopy—kanopi suci tempat manusia berlindung di tengah kegelisahan hidup modern. Haedar mengajak umat untuk menghadirkan Islam sebagai tempat perlindungan yang teduh, bukan alat penghakiman semata.

“Agama memiliki kekuatan sakralisasi dan glorifikasi hingga ke ilahi. Jadi, jika kita gegabah bertindak atas nama agama, dampaknya bisa meluas dan merusak,” tegasnya menutup sesi.

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer