MAKLUMAT — Hari Ibu, 22 Desember tahun ini menemukan maknanya bukan di panggung seremoni, melainkan di arena pertandingan SEA Games 2025 Thailand. Di tengah sorak penonton dan tekanan kompetisi, tiga atlet perempuan Indonesia berdiri sebagai simbol ketangguhan ibu, yakni bertanding, mengandung, dan menang.
Mereka bukan hanya mengharumkan nama bangsa dengan medali emas. Mereka juga menegaskan satu hal penting bahwa menjadi ibu tidak memadamkan prestasi, justru melahirkan kekuatan baru.
Dewi Laila Mubarokah: Stabilitas Seorang Ibu di Arena Menembak
Di arena menembak, Dewi Laila Mubarokah mengandalkan ketenangan dan kontrol diri. Dalam usia kehamilan sekitar empat bulan, ia mempersembahkan dua emas dari nomor 10 meter air rifle individu dan beregu putri.
Dewi memilih menyimpan rapat kondisi kehamilannya. Saat berangkat ke SEA Games, hanya sang suami yang juga atlet menembak yang mengetahui. Ia menahan rasa mual dan ketidaknyamanan demi menjaga performa.
Keputusan itu berbuah manis. Dua emas berhasil ia bawa pulang. Hal ini menegaskan bahwa stabilitas emosi dan mental ibu justru menjadi modal utama dalam olahraga presisi.
Diananda Choirunnisa: Dua Emas dari Recurve dan Rezeki Anak
Diananda Choirunnisa tampil tenang di lintasan panahan, meski tubuhnya menyimpan kehidupan lain. Dua pekan sebelum final, ia baru menyadari sedang hamil. Rasa mual sempat datang, tetapi fokusnya tak goyah.
Atlet panahan andalan Indonesia itu akhirnya menyabet dua medali emas dari nomor recurve individu putri dan beregu putri. Ia menyebut kemenangan itu sebagai “rezeki anak”, ungkapan sederhana yang menggambarkan keyakinan dan keteguhan hati seorang calon ibu.
Diananda tak hanya membidik target, tetapi juga menjaga harapan—bahwa pengorbanan ibu selalu menemukan jalannya sendiri.
Medina Warda Aulia: Konsentrasi Ibu di Usia Kehamilan 36 Minggu
Dari cabang catur, Medina Warda Aulia memperlihatkan kekuatan yang berbeda: ketenangan pikiran. Dalam usia kehamilan 36 minggu, ia memimpin tim catur putri Indonesia meraih medali emas.
Medina bukan nama baru di dunia catur. Ia telah menjadi tulang punggung tim nasional sejak usia belia, bahkan pernah memecahkan rekor Woman Grandmaster pada usia 16 tahun. Namun, penampilannya di SEA Games 2025 memberi makna baru bagi prestasinya.
Di tengah kondisi fisik yang tak ringan, Medina tetap menjaga fokus dan konsentrasi tinggi. Setiap langkah di papan catur mencerminkan disiplin, pengalaman, dan keteguhan seorang ibu yang memilih bertanggung jawab hingga akhir.
Hari Ibu dan Makna Ketangguhan Perempuan
Kisah Dewi, Diananda dan Medina menjadikan Hari Ibu lebih dari sekadar peringatan. Mereka menghadirkan teladan tentang ketangguhan perempuan Indonesia bahwa keibuan dan prestasi tidak saling meniadakan.
Dari rahim ke podium, mereka membawa pesan bahwa perjuangan ibu bukan sekadar pengorbanan, melainkan keberanian mengambil tanggung jawab penuh atas diri, keluarga, dan bangsa. Di SEA Games 2025, emas bukan hanya tentang angka di klasemen. Ia menjadi simbol cinta, daya juang, dan harapan yang lahir dari rahim para ibu Indonesia.