Hari Perhubungan Nasional: Saatnya Akui Peran Pengemudi Ojol

Hari Perhubungan Nasional: Saatnya Akui Peran Pengemudi Ojol

MAKLUMAT — Hari Perhubungan Nasional yang diperingati setiap 17 September, bukan hanya momentum seremonial untuk merayakan pembangunan transportasi. Ia juga menjadi ruang refleksi tentang wajah perhubungan yang seharusnya menyatu dengan kehidupan rakyat kecil.

Di balik jalan raya yang ramai, bandara megah, dan pelabuhan sibuk, ada kisah manusiawi dari para pekerja transportasi. Salah satu yang kini menjadi nadi mobilitas perkotaan adalah para pengemudi ojek online (ojol).

Penulis: Saadiah Uluputty

Saya sering mendengar keluh kesah mereka, yang berjuang setiap hari bukan hanya menjemput rezeki, tetapi juga masa depan keluarga. Dalam hujan deras, panas terik, dan macetnya kota, mereka tetap hadir demi keberlangsungan hidup.

Pesan mereka sederhana: transportasi online selain kendaraan dan aplikasi, juga tentang manusia yang bekerja dan bertahan. Aspirasi ini penting untuk diakomodasi dalam kebijakan perhubungan nasional.

Hari Perhubungan tahun ini mengingatkan bahwa pembangunan transportasi yang adil harus memberi ruang bagi semua pelaku. Termasuk ojol, yang meski sering dipandang pinggiran, justru menjadi jembatan nyata mobilitas rakyat.

Mereka adalah ikon transportasi digital, sekaligus wajah kegigihan rakyat kecil yang beradaptasi dengan teknologi. Di tengah dinamika zaman, mereka hadir sebagai bukti ketahanan sosial masyarakat kita.

Aspirasi yang mereka sampaikan sederhana namun penuh makna. Mereka mendambakan perlindungan hukum yang kuat, tarif yang adil, dan kebijakan yang menyejahterakan pengemudi, bukan hanya perusahaan aplikasi.

Baca Juga  Respons Aksi Driver Ojek Online, Puan Tegaskan Bakal Cari Win-win Solution

Jika kebijakan transportasi hanya fokus pada infrastruktur fisik, maka pekerja transportasi informal akan terus jadi korban. Perhubungan harus dimaknai bukan sekadar jalan tol dan bandara, tetapi juga keselamatan dan martabat pengemudi.

Negara hadir untuk membangun jalan yang mulus. Negara juga harus memastikan ada keadilan sosial di atas jalan yang dilalui para pekerja transportasi.

Ojol adalah bagian penting dari sistem transportasi nasional. Mereka menunjukkan bahwa teknologi bisa membuka peluang, tetapi juga menghadirkan tantangan berupa ketimpangan relasi kerja.

Pemerintah mesti hadir memastikan keseimbangan antara kepentingan perusahaan besar dan hak pekerja kecil. Transportasi yang humanis hanya lahir jika kebijakan berpihak pada mereka yang berjuang di jalanan.

Regulasi khusus perlu disiapkan, termasuk asuransi kesehatan dan keselamatan kerja bagi pengemudi. Selain itu, tarif harus ditetapkan adil dan ruang dialog dengan komunitas ojol harus terus dibuka.

Aspirasi ini bukan tuntutan berlebihan, melainkan kebutuhan dasar agar roda perhubungan berputar dengan adil. Dengan itu, transportasi bisa menjadi penopang kesejahteraan, bukan hanya alat mobilitas saja.

Hari Perhubungan kali ini mengingatkan kita bahwa transportasi adalah urat nadi pemerataan pembangunan. Keberhasilan sejati bukan diukur dari beton dan aspal, melainkan dari seberapa manusiawi perlakuan terhadap pekerja transportasi.

Jika hanya membanggakan jalan tol baru dan bandara megah, sementara jutaan pekerja ojol hidup dalam ketidakpastian, maka perhubungan kita timpang. Kita perlu memandang mereka sebagai bagian penting dari roda pembangunan.

Baca Juga  Pagar Laut di Tangerang, Simbol Ketidakadilan untuk Nelayan

Hari ini, saya mengajak seluruh pemangku kepentingan menjadikan Hari Perhubungan sebagai titik balik. Dari sekadar seremonial, menjadi momentum merumuskan kebijakan yang benar-benar berpihak pada rakyat pekerja.

Pengemudi ojol bukan hanya penjabaran angka statistik atau ikon transportasi digital. Mereka adalah rakyat yang layak mendapatkan perlindungan dan penghargaan dari negara.

Pada akhirnya, transportasi adalah soal perjalanan yang menyatukan bangsa. Perjalanan ini akan kokoh jika semua pelaku transportasi merasakan keadilan, keamanan, dan kesejahteraan.

Hari Perhubungan adalah waktu yang tepat memastikan roda pembangunan berputar untuk semua. Dari sopir bus hingga pengemudi ojol, semuanya berhak dihargai sebagai penggerak utama wajah perhubungan kita.

*) Artikel ini sudah tayang pada laman Fraksi PKS.***

*) Penulis: Saadiah Uluputty
Anggota DPR RI Fraksi PKS, Dapil Maluku

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *