MAKLUMAT– Gemuruh sorak-sorai di Stadion Rajamangala, Bangkok, Sabtu malam (20/12) menandai berakhirnya pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara, SEA Games 2025. Thailand resmi mengukuhkan diri sebagai penguasa baru kawasan dengan status juara umum. Di sisi lain, kontingen Indonesia pulang dengan kepala tegak setelah mencetak sejarah baru: membawa pulang 91 medali emas dari negeri orang.
Thailand menutup kompetisi dengan performa yang sulit tertandingi. Mengoleksi total 233 medali emas, 154 perak, dan 112 perunggu, tuan rumah mengamankan gelar “King of Gold Medals” untuk ke-14 kalinya sepanjang sejarah.
Prestasi ini memiliki makna ganda bagi Thailand. Selain mengakhiri paceklik gelar juara umum selama satu dekade sejak 2015, mereka juga memecahkan rekor perolehan emas terbanyak sepanjang masa. Angka 233 emas ini melampaui catatan 205 emas milik Vietnam pada edisi 2022 lalu. Dari 50 cabang olahraga yang mereka pertandingkan, atlet-atlet Thailand menunjukkan kedalaman skuat yang luar biasa di hampir seluruh nomor.
Indonesia Pecahkan “Kutukan” 32 Tahun
Meski berada di posisi kedua, raihan Indonesia justru menjadi sorotan utama. Pasukan Merah Putih mengakhiri perjuangan dengan total 333 medali (91 emas, 112 perak, dan 130 perunggu). Angka 91 emas ini bukan sekadar statistik; ini adalah bukti kebangkitan olahraga nasional di kancah tandang.
Jumlah tersebut melampaui target awal pemerintah yang mematok 80 emas. Lebih jauh lagi, raihan di Thailand ini menjadi koleksi emas terbanyak ketiga Indonesia saat bermain di luar negeri sejak partisipasi perdana pada 1977. Indonesia hanya pernah meraih hasil lebih baik saat bertamu ke Kuala Lumpur 1989 (102 emas) dan Manila 1991 (92 emas).
Keberhasilan ini sekaligus menghapus “mimpi buruk” selama 32 tahun. Sejak SEA Games Singapura 1993, Indonesia belum pernah lagi menembus angka 88 emas saat berstatus sebagai tamu. Kini, rekor itu resmi pecah.
Apresiasi dan Evaluasi Menuju Asian Games
Pengamat olahraga Gatot S. Dewa Broto menilai Indonesia kini berada di jalur yang tepat. Ia menyebut keberhasilan lepas dari bayang-bayang kegagalan masa lalu sebagai momentum krusial.
“Kita sudah berhasil lepas dari mimpi buruk selama 32 tahun terakhir saat menjadi peserta tamu. Ini saatnya kita kembali ke masa kejayaan,” ujar Gatot seperti dilansir laman Kemenpora. Ia mendesak para pemangku kebijakan segera melakukan evaluasi menyeluruh untuk memetakan kekuatan menuju Asian Games 2026 yang hanya menyisakan waktu sembilan bulan.
Senada dengan Gatot, tokoh olahraga Noviantika Nasution menyebut 91 emas ini sebagai “pengobat rindu”. Mantan Ketua Umum PB Perbasi ini mengaku bangga melihat lagu Indonesia Raya berkumandang berkali-kali di cabang-cabang bergengsi. “Hasil ini memberikan kepercayaan diri baru bagi atlet kita untuk berbicara lebih banyak di level Asia,” ungkapnya.
Penutupan Megah di Rajamangala
Upacara penutupan (closing ceremony) berlangsung kolosal. Permainan cahaya berteknologi tinggi menyulap Stadion Rajamangala menjadi lautan warna. Prosesi pemadaman obor secara simbolis mengakhiri rivalitas panas di lapangan selama dua pekan terakhir.
Chef de Mission (CdM) Indonesia, Bayu Priawan Djokosoetono, memimpin langsung defile kontingen Indonesia. Atlet ice skating muda, Kierana Alexandra Laut, tampil memukau sebagai pembawa bendera Merah Putih.
“Aku sangat terhormat dan bersyukur. Jujur sempat gugup, tapi ini kesempatan luar biasa mewakili negara,” kata Kierana dengan mata berbinar.
Tongkat estafet kini berpindah ke tangan Malaysia. Sebagai tuan rumah SEA Games 2027, Negeri Jiran memikul beban untuk menandingi kemegahan yang telah Thailand sajikan. Bagi Indonesia, 91 emas di Thailand adalah fondasi kuat untuk kembali merebut takhta juara umum di masa depan.***