WAKIL Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Muhammad Sholihin Fanani mengajak umat Islam, serta para pemimpin bangsa untuk meneladani Nabi Ibrahim AS dalam momentum Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah.
Seperti diketahui, Idul Adha atau Hari Raya Kurban pada 10 Zulhijah 1445 Hijriah di Indonesia jatuh bertepatan dengan hari Senin, 17 Juni 2024.
Abah Shol (panggilan akrabnya) menjelaskan, Idul Adha bukan hanya soal penyembelihan dan pembagian hewan kurban. Apalagi hanya berlomba-lomba mencari hewan kurban sebanyak-banyaknya.
Menurut dia, ada hikmah lain di balik Idul Adha, khususnya keteladanan perjuangan, ketunduk-patuhan dan keikhlasan Nabi Ibrahim beserta keluarganya.
“Nabi Ibrahim itu kan sejak remaja sudah berkelana (spiritual) mencari Tuhannya, sesungguhnya yang berhak untuk disembah dan dijadikan tempat untuk bergantung. Akhirnya Nabi Ibrahim AS menemukan jawaban bahwa Tuhan adalah zat yang menciptakan alam semesta,” kisahnya kepada Maklumat.id, Ahad (16/6/2024).
Menurut Abah Shol, Idul Adha adalah momentum untuk memperbaiki tauhid, termasuk dalam konteks berbangsa dan bernegara. Umat Islam, kata dia, harus betul-betul menjaga dan mengaplikasikan nilai-nilai tauhid dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Di antaranya kejujuran, tolong menolong, welas asih. InsyaAllah dengan menerapkan nilai-nilai tauhid dalam kehidupan sehari-hari maka hidup akan menjadi tenang dan sejahtera,” jelas mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang, Kota Surabaya tersebut.
Masih menurut Abah Shol, Idul Adha juga merupakan momentum taqarub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). Dengan mendekatkan diri kepada Allah maka hidup akan selalu dibimbing dan diarahkan kepada kebaikan, kebahagiaan, ketenangan dan kesejahteraan.
Selain itu, muballigh Muhammadiyah itu juga menyebut, Idul Adha sebagai momentum mengendalikan diri dari keinginan nawa nafsu hewani yang dapat menghinakan diri manusia dari derajat yang mulia.
“Memotong hewan (kurban) itu adalah simbol supaya kita bisa memotong hawa nafsu hewani kita masing-masing dengan mengganti nafsu mutmainnah (nafsu yang baik),” terangnya.
Lebih lanjut, Abah Shol berpendapat, Idul Adha juga sebagai momentum untuk saling berbagi dan menebar kasih sesama manusia, momentum untuk mengedepankan dan menegaskan prinsip-prinsip kemanusiaan.
“Apalagi dengan kondisi ekonomi masyarakat yang semakin sulit seperti saat ini berbagi kepada sesama manusia adalah hal yang sangat penting,” kata dia.
Tak hanya itu, dalam kaitannya dengan konteks politik dan kepemimpinan, seharusnya Idul Adha menjadi saat yang tepat untuk melakukan refleksi dan mengambil pelajaran berharga. Terlebih, kata Abah Shol, bagi para pemimpin untuk meneladani sifat-sifat dan perilaku Nabi Ibrahim AS.
“Sebagai pemimpin harus betul-betul bisa mencontoh perilaku Nabi Ibrahim AS. Bagaimana beliau bisa menjadi seorang ayah dan sekaligus pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan umat dan negara,” tandasnya.
Hal tersebut, lanjut alumnus IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya itu, karena Nabi Ibrahim memiliki landasan tauhid yang sangat kuat, sehingga dalam setiap menjalankan tugasnya di muka bumi selalu didasari oleh nilai-nilai ketauhidan.
“Nabi Ibrahim AS selalu menebarkan semangat bertauhid kepada Allah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin,” pungkas Abah Shol.
Reporter: Ubay NA
Editor: Aan Hariyanto