21.5 C
Malang
Kamis, Maret 20, 2025
KilasIHSG Anjlok 3,84%, Deflasi 0,09%; Hanif Dhakiri: Alarm Serius Perekonomian Nasional

IHSG Anjlok 3,84%, Deflasi 0,09%; Hanif Dhakiri: Alarm Serius Perekonomian Nasional

IHSG Anjlok
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M. Hanif Dhakiri, menilai situasi ini sebagai alarm bagi pemerintah dan pelaku pasar.

MAKLUMAT — Pasar keuangan domestik kembali menghadapi tekanan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tajam, turun 3,84% ke level 6.223,39 pada penutupan perdagangan. Di sesi pertama, IHSG bahkan sempat terkoreksi hingga 7,1%, memicu penghentian sementara perdagangan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) guna meredam volatilitas.

Di tengah tekanan di pasar saham, ekonomi riil juga menghadapi tantangan serius. Deflasi tahunan sebesar 0,09% pada 2024 yang seharusnya memberikan angin segar justru mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat.

Perlambatan konsumsi rumah tangga, meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK), serta tertundanya pengangkatan 1,2 juta calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) turut memperburuk kondisi.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M. Hanif Dhakiri, menilai situasi ini sebagai alarm bagi pemerintah dan pelaku pasar. “Pasar saham dan sektor riil sama-sama tertekan. Investor kehilangan kepercayaan, masyarakat menahan belanja. Jika tidak segera diatasi, dampaknya bisa semakin luas,” ujar Hanif dalam keterangan resmi Fraksi PKB, Rabu (19/3/2025).

Menurut Hanif, kejatuhan IHSG mencerminkan ekspektasi pelemahan pertumbuhan ekonomi, sementara deflasi menunjukkan permintaan yang lemah. Untuk itu, kepastian kebijakan menjadi kunci dalam menghadapi tekanan ini.

“Stimulus ekonomi harus dipercepat. Bantuan sosial, insentif pajak, dan pencairan tunjangan hari raya (THR) harus dilakukan tepat waktu guna menjaga daya beli masyarakat,” kata Hanif, yang juga Wakil Ketua Umum DPP PKB.

Ia menekankan pentingnya langkah cepat dan tepat dari pemerintah agar pasar kembali stabil. Kepercayaan investor perlu dipulihkan, investasi harus didorong, serta kebijakan moneter dan fiskal harus berjalan selaras.

“Ekonomi membutuhkan kepastian, bukan sekadar wacana. Jika tidak ditangani dengan tepat, risiko perlambatan lebih dalam bisa menjadi kenyataan,” pungkasnya.***

Ads Banner

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL LAINNYA

Populer