Inovasi Mahasiswa UMM Bantu Siswa Slow Learner Belajar Peta Lewat Kotak Pintar

Inovasi Mahasiswa UMM Bantu Siswa Slow Learner Belajar Peta Lewat Kotak Pintar

MAKLUMAT – Di kelas 4 SDN Sukun 2 Kota Malang, ada sembilan siswa yang kerap tertinggal saat pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). Terutama ketika materi menyentuh soal peta. Mereka adalah siswa slow learner—anak-anak dengan kebutuhan khusus yang memerlukan waktu lebih lama untuk memahami konsep.

“Nilai akademik mereka rata-rata jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),” kata Fadhilah Aulia, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Masalah semakin kompleks karena SDN Sukun 2 adalah sekolah reguler tanpa guru pendamping khusus. Guru kelas harus menyiapkan perangkat ajar yang bisa sekaligus mengakomodasi siswa reguler dan siswa slow learner.

Kotak Pintar dari Mahasiswa PGSD UMM

Berangkat dari keprihatinan itu, Fadhilah bersama empat rekannya—Merlin Siti Khodijah, Dea Saputri, Putri Novita Sari, dan Khalimatus Zahro Assovia—menciptakan Interactive Smart Box Explorer Map. Proyek ini lahir melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM).

Kotak tanpa tutup itu dilukis menyerupai peta tiga dimensi (3D) wilayah Jawa Timur. Kota dan kabupaten dibedakan dengan warna, sementara lokasi tertentu ditandai dengan tutup botol berkode huruf. Misalnya, “M” untuk Malang. Ada pula miniatur 3D gunung, serta flashcard untuk menjelaskan simbol dan komponen peta.

“Desain ini menarik secara visual, interaktif, dan cukup fleksibel penggunaannya, baik kelas 4 maupun kelas 5,” ujar Fadhilah. Bagi kelas 4, fokusnya peta 3D Jawa Timur, sedangkan kelas 5 bisa memanfaatkan sisi kotak yang menampilkan peta Indonesia.

Baca Juga  Urgensi Label Halal di Tengah Gempuran Produk Global

Respon Positif di Sekolah

Produk ini sudah rampung 100 persen dan sudah melewati uji coba langsung di SDN Sukun 2. Hasilnya, siswa slow learner menunjukkan antusiasme yang meningkat signifikan. Mereka tampak lebih bersemangat saat belajar menggunakan kotak pintar ketimbang metode konvensional.

Meski uji kuantitatif berupa pre-test dan post-test belum selesai, hasil kualitatif sudah terlihat jelas: media ini efektif meningkatkan perhatian dan minat siswa.

“Harapan kami, media ini bisa memotivasi guru agar tak lagi membedakan siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus,” tambah Fadhilah.

Inovasi untuk Pendidikan Inklusif

Bagi tim mahasiswa UMM, keberhasilan ini baru langkah awal. Mereka berencana mengembangkan media dengan tambahan unsur permainan, sekaligus mempersiapkannya untuk Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS).

Di tengah keterbatasan fasilitas sekolah, inovasi sederhana seperti Interactive Smart Box Explorer Map menjadi bukti, bahwa pendidikan inklusif bisa terwujud melalui kreativitas. Lebih dari sekadar media belajar, kotak pintar ini adalah jembatan bagi siswa slow learner untuk menikmati proses pembelajaran yang setara dan menyenangkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *