Israel Bombardir Gaza, 63 Warga Sipil Tewas, Krisis Kelaparan Kian Mengerikan

Israel Bombardir Gaza, 63 Warga Sipil Tewas, Krisis Kelaparan Kian Mengerikan

MAKLUMAT — Militer Israel kembali menggempur wilayah Gaza. Sedikitnya 63 warga sipil tewas dalam serangan udara terbaru yang terjadi di tengah janji jeda tembak harian selama 10 jam. Ironis, serangan ini diluncurkan hanya beberapa jam setelah pengumuman Israel untuk membuka akses bantuan kemanusiaan.

Dilansir Al Jazeera, Ahad malam (27/7/2025), Israel mengklaim akan menghentikan serangan pukul 10.00 sampai 20.00 waktu setempat di sejumlah wilayah seperti Al-Mawasi, Deir el-Balah, dan Kota Gaza. Jalur distribusi bantuan makanan dan medis juga dijanjikan beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 23.00.

Namun kenyataan di lapangan jauh berbeda. Kota Gaza yang disebut sebagai “zona aman” justru ikut dihantam rudal. Sebuah toko roti dilaporkan hancur rata tanah.

Warga Gaza Dikepung Lapar

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat enam kematian baru akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir, termasuk dua anak-anak. Sejak Oktober 2023, sudah 133 warga Gaza meninggal dunia karena kekurangan makanan. Salah satunya bayi berusia lima bulan bernama Zainab Abu Haleeb.

“Saya menunggu tiga bulan di rumah sakit, tapi akhirnya hanya bisa menerima kenyataan bahwa anak saya meninggal,” ucap Israa Abu Haleeb, ibunda Zainab. Sang suami terlihat memeluk jasad anaknya yang dibalut kain kafan putih.

WHO: Gaza Masuki Fase Kelaparan Massal

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui di Gaza mengalami malnutrisi parah. Data World Food Programme (WFP) mencatat satu dari tiga warga Gaza tidak makan selama beberapa hari berturut-turut. Sekitar 500.000 orang kini hidup dalam kondisi menyerupai kelaparan ekstrem.

Baca Juga  Komnas Perempuan Kritik Fadli Zon Soal Kekerasan Seksual 1998: Menyakiti Penyintas!

“Saya turun drastis dari 57 kg menjadi 42 kg. Anak saya juga kekurangan gizi parah. Kami tidak punya uang, dan makanan pun nyaris tak tersedia,” tutur Falestine Ahmed, warga Gaza.

Meski sempat dibuka koridor bantuan oleh Israel, distribusi tetap minim dan penuh risiko. Bantuan dari UEA dan Yordania sempat dijatuhkan lewat udara. Namun, satu insiden membuat 11 pengungsi luka-luka saat palet bantuan jatuh di dekat Jalan al-Rasheed.

Nyawa Dipertaruhkan Demi Sepotong Roti

Meski Israel membantah adanya krisis kelaparan, pengakuan warga berbicara sebaliknya. “Anak-anak saya sudah seminggu tidak makan. Saya rela mati demi sepotong roti,” ungkap Smoud Wahdan, seorang ibu pengungsi.

Keluhan juga datang dari Tahani, ibu dari anak penderita kanker. “Saya hanya ingin makanan untuk anak-anak saya. Dunia harus melihat penderitaan ini. Kami sedang sekarat,” katanya.

PBB Desak Percepatan Bantuan

Kepala bantuan PBB, Tom Fletcher, menyebut langkah Israel membuka akses bantuan masih belum cukup. “Diperlukan aksi besar-besaran agar bantuan kemanusiaan bisa masuk dengan cepat dan menyeluruh. Jika tidak, krisis kelaparan dan kesehatan akan semakin parah,” tegasnya.

Liz Allcock dari Medical Aid for Palestinians juga menyampaikan kekhawatirannya. “Saya belum pernah melihat Gaza seperti ini. Warga hanya tinggal kulit dan tulang. Uang tidak lagi punya arti karena tak ada makanan yang bisa dibeli,” ujarnya.

Baca Juga  Cawali Kota Kediri Vinanda Blusukan Sapa Kader Posyandu dan Pelaku UMKM
*) Penulis: Rista Erfiana Giordano

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *