MAKLUMAT — Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Sebastian Fischer menegaskan pentingnya mematuhi perjanjian gencatan senjata. Hal itu ia tujukan kepada semua pihak setelah Israel mengebom pinggiran kota Beirut, Lebanon selama akhir pekan ini
“Kami berkomitmen untuk memastikan gencatan senjata tetap berlaku, dan kami berulang kali meminta semua pihak untuk mematuhi perjanjian dan, yang terpenting, untuk menahan diri secara maksimal,” ujarnya kepada media di Berlin, Jerman pada Senin (28/4/2025).
Dikutip dari Anadolu Ajansi, Fischer menyatakan bahwa kembalinya eskalasi militer di Lebanon dapat berakibat fatal bagi rakyat di kedua sisi garis biru. Ia menegaskan bahwa sasaran utama yang diharapkan adalah tercapainya solusi yang dinegosiasikan secara politis di sepanjang garis tersebut.
“Kembalinya eskalasi militer di Lebanon akan berakibat fatal bagi rakyat di kedua sisi garis biru. Solusi (harus) dinegosiasikan secara politis di sepanjang garis biru,” tegas Fischer.
Sebagai informasi, sisi garis biru yang disebut dalam konteks itu merujuk pada Blue Line, yaitu garis demarkasi yang dibuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2000 untuk memastikan penarikan pasukan Israel dari Lebanon telah selesai.
Gencatan Senjata Rapuh
Pesawat tempur Israel juga melancarkan serangan udara di pinggiran selatan Beirut pada Ahad malam, tak lama setelah tentara mengeluarkan perintah evakuasi bagi penduduk di lingkungan Hadath di daerah tersebut.
Di media sosial, beredar video yang menunjukkan bangunan hancur dilalap api, dengan asap tebal dan debu mengepul di area tersebut. Serangan Hari Ahad menandai serangan ketiga Israel di pinggiran selatan Beirut dalam sebulan belakangan.
Gencatan senjata yang rapuh telah diberlakukan di Lebanon sejak November, mengakhiri perang lintas perbatasan selama berbulan-bulan antara Israel dan kelompok Lebanon, Hizbullah, yang meningkat menjadi konflik skala penuh pada bulan September.
Pihak berwenang Lebanon telah melaporkan lebih dari 2.764 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, termasuk kematian sedikitnya 194 korban dan cedera pada 485 lainnya.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan paling lambat tanggal 26 Januari, tetapi batas waktu diperpanjang hingga tanggal 18 Februari setelah Israel menolak mematuhinya. Israel masih mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan.