Ketika Anies Baswedan Tersentuh dengan Sebuah Film

Ketika Anies Baswedan Tersentuh dengan Sebuah Film

MAKLUMAT — Anies Baswedan membagikan kesan pribadinya setelah menonton film Sore: Istri dari Masa Depan. Lewat akun X pribadinya, Senin (28/7/2025), mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengungkapkan perasaan yang membuncah usai menyaksikan karya sutradara Yandy Laurens tersebut.

“Saya bukan kritikus film, jadi izinkan saya berbagi perasaan dan pengalaman pribadi saja untuk menjawab pertanyaan ini. Tentang film Sore, amat jarang ada film yang membuat kita kesulitan menampung luapan pikiran dan berbagai emosi sekaligus,” ujarnya.

Bagi Anies, film ini tidak hanya bekerja di level cerita, tapi juga menyentuh indra, logika, dan jiwa dalam satu waktu yang bersamaan. Ia menyebut film ini meninggalkan jejak rasa yang kuat dan bertahan begitu lama setelah layar padam.

Film yang sebagian latarnya berada di Kroasia, Finlandia, dan bahkan Tebet Eco Park ini menurut Anies menyuguhkan pengalaman visual yang memesona. Tak hanya itu, telinga penonton juga dimanjakan oleh pilihan musik yang mengikat suasana.

Salah satu lagu yang ia soroti adalah “Terbuang Dalam Waktu” oleh Barasuara. Lagu itu, katanya, menjadi semacam jembatan memori yang bisa mengembalikan perasaan saat menonton film, meski belum sempat mengulanginya. Anies juga merasakan bagaimana film Sore mendorong penontonnya untuk merenung jauh setelah film usai.

“Begitu banyak mengapa dan bagaimana yang terus menerus muncul dalam pikiran, membuat kita mencoba merajut sendiri makna yang lebih dalam dari setiap adegan dan rangkaian kisahnya. Tapi tak hanya logika, perasaan pun ikut terpantik oleh film ini. Manis, getir, luka, bahagia, nestapa, dan cinta memenuhi hati hingga sulit diungkapkan dengan kata,” katanya.

Baca Juga  Siapa Pun Presidennya, Sukseskan Caleg dari Warga Muhammadiyah

Ia mengapresiasi kerja kolektif di balik film ini, terutama para pemeran dan kru yang membentuk kesatuan rasa yang utuh. Menurutnya, Sheila Dara dan Dion Wiyoko berhasil menghadirkan performa yang membuat penonton larut dalam alur dan konflik batin para tokohnya. Namun perhatian utamanya tertuju pada Yandy Laurens, sang sutradara yang menurutnya pantas disebut maestro.

Anies mengaitkan pengalaman menonton film ini dengan metafora dari film itu sendiri. Ia menyebut Sore sebagai “Jo”, karakter dalam film, sedangkan dirinya adalah “Sore”, yang enggan berlalu dari pengalaman emosional film tersebut. Sementara Yandy Laurens ia ibaratkan sebagai “Waktu”, yang memberi ruang bagi semua emosi itu hadir dan berulang.

“Bisa menikmati film ini adalah sebuah privilese, sebuah kemewahan, dan kita berterima kasih pada mereka yang telah bekerja menghadirkan mahakarya ini. Maju terus perfilman Indonesia!” tandasnya.

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *