22.7 C
Malang
Jumat, Oktober 4, 2024
KilasKetua LHKP PWM Jatim: Berpolitik Itu Berpihak

Ketua LHKP PWM Jatim: Berpolitik Itu Berpihak

Wakil Ketua PWM Jatim M. Khairul Abduh dan Ketua LHKP PWM Jatim Muhammad Mirdasy.

BERPOLITIK adalah berpihak, baik itu dalam konteks keberpihakan terhadap rakyat dalam kaitannya dengan kebijakan publik, maupun keberpihakan dalam konteks kontestasi.

“Politik dalam hal kontestasi itu berpihak, karena pemilihan, jadi pasti akan berpihak ke salah seorang kandidat, tidak mungkin tidak,” ujar Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PWM Jatim, Muhammad Mirdasy kepada Maklumat.id, Jumat (29/9/2023).

Dia menjelaskan, dalam sebuah Pemilihan Umum (Pemilu) tidak mungkin untuk berpihak ke semua kandidat. Sebab, yang dipilih oleh para konstituen hanyalah satu kandidat maupun partai politik (Parpol).

“Kalaupun kita dekat dengan semua calon, suka dengan semua calon, tapi kan tidak bisa kita coblos semua, itu tidak sah suaranya. Atau karena menjaga perasaan, akhirnya tidak dipilih semua, ya itu golput namanya,” terang Mirdasy.

Maka, menurut pria yang juga menjabat Ketua DPW Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Jatim itu, berpihak dalam kontestasi politik adalah keharusan, sehingga warga Muhammadiyah juga harus memahami hal ini dalam misi menopang para Caleg KaderMu.

Dalam kaitannya dengan LHKP, misi untuk mewujudkan satu dapil satu Caleg Kader muda, Mirdasy menegaskan, LHKP di mana pun dan di segala tingkat kepemimpinan harus memahami, bahwa kapitalisasi suara warga Muhammadiyah adalah untuk menyukseskan perolehan kursi di setiap dapil, di semua tingkatan.

“Kalau di satu dapil ada lebih dari satu Caleg KaderMu, ya tetap harus berpihak ke salah satu saja, dan itu yang harus disukseskan oleh warga Muhammadiyah,” tandasnya.

“Kalau kita berpikirnya karena semuanya adalah kaderMu, akhirnya untuk menjaga perasaan akhirnya suara warga Muhammadiyah dibagi rata ke semua kandidat itu, ya malah tidak akan sukses itu satu dapil satu Caleg KaderMu, malah nangis semua akhirnya,” kelakar Mirdasy.

Jadi, lanjut Mirdasy, potensi suara warga Muhammadiyah harus bisa dikapitalisasi dan didorong untuk bisa menyukseskan satu kader sebagai representasi persyarikatan di setiap dapil. “Itu semua untuk mengawal kepentingan dan misi-misi persyarikatan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Mirdasy menerangkan, pentingnya bagi warga Muhammadiyah untuk berserikat atau mengkapitalisasi suara persyarikatan dalam konteks politik, sehingga kekuatan dan kehadiran Muhammadiyah akan semakin dirasakan dan diperhitungkan.

“Kalau dulu para nabi dan rasul itu, semua nabi dan rasul itu, dakwahnya kan melawan kekuasaan. Mereka melakukan itu modal awalnya adalah kekuatan umat,” kisahnya.

Maka, kalau Muhammadiyah ingin berbicara banyak dalam gelanggang politik, menurut Mirdasy, harus memiliki umat yang bisa bersatu dan berserikat.

“Bahkan ada nabi yang meninggalkan umatnya, itu kan diingatkan Allah, dibuang ke laut dan ditelan ikan paus. Nah, jadi Muhammadiyah ini, kalau istilahnya Prof Zainuddin itu warganya, umatnya harus berserikat, bukan cuma berkumpul dan berkerumun,” pungkas Mirdasy. (*)

Reporter: Ubay
Editor: Aan Hariyanto

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer