Ketua Umum PP Muhammadiyah Ingatkan Kaum Muda: Jangan Bersembunyi di Balik Kesuksesan Orang Tua

Ketua Umum PP Muhammadiyah Ingatkan Kaum Muda: Jangan Bersembunyi di Balik Kesuksesan Orang Tua

MAKLUMATKetua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan sejumlah pesan untuk generasi muda dalam Refleksi Sumpah Pemuda, Selasa (28/10/2025). Salah satu yang ia tekankan adalah pentingnya kaum muda keluar dari bayang-bayang kesuksesan dan proteksi orang tua agar siap menghadapi masa depan.

“Kaum muda Indonesia jangan bersembunyi di balik jubah kesuksesan dan proteksi para orang tuanya, sebab hal itu dapat melemahkan jiwa dan masa depannya yang sarat tantangan,” ujarnya, dilansir dari kanal YouTube Muhammadiyah Channel.

Ia mengajak para kaum muda untuk menjadi diri sendiri yang sukses meraih masa depan dengan jiwa mandiri. Hal itu, lanjutnya, juga harus dilakukan sembari menjaga sikap hormat kepada orangtua sebagai bukti keluhuran budi pekerti kaum muda Ibu Pertiwi.

Tahun ini sudah hampir satu abad momen perayaan Sumpah Pemuda. Haedar melihat banyak talenta muda tumbuh di berbagai bidang, termasuk penguasaan ilmu dan teknologi digital. Ia menyebut masih banyak anak bangsa yang menunjukan karakter positif dan etos kerja tinggi untuk meraih pendidikan dan kehidupan yang lebih baik.

“Dengan segala keterbatasan, banyak anak-anak Indonesia yang kondisi ekonominya tidak atau kurang berkemampuan namun menunjukkan prestasi dan semangat hidup yang tinggi. Terdapat banyak anak muda Indonesia yang jujur, terpercaya, cerdas, berilmu, berkeahlian, dan berkarakter kuat sebagai modal ruhaniah yang penting bagi masa depan bangsa,” katanya.

Baca Juga  Langsungkan Pertemuan Bilateral dengan PM Selandia Baru, Prabowo Tegaskan Komitmen Kerjasama

Haedar lalu mengutip pandangan Presiden Prabowo Subianto yang meyakini adanya jutaan pemuda dengan kemampuan intelektual tinggi di Indonesia. Dari populasi hampir 287 juta jiwa, potensi ini hanya berarti jika tersentuh pembinaan yang tepat oleh lembaga pendidikan dan pranata kebudayaan.

Ancaman Seiring Peluang

Namun ia juga mengingatkan ancaman yang seiring hadir bersama peluang. Ketersediaan lapangan kerja masih menjadi persoalan kesejahteraan yang harus menjadi pekerjaan rumah negara. Di sisi lain, tekanan di lingkungan sosial dan digital mulai mengganggu kesehatan mental generasi milenial dan Gen Z.

Haedar menilai polarisasi sosial yang mengeras di media sosial membuat pemuda rentan terjebak dalam konflik identitas. Perbedaan nilai, orientasi politik, dan ekspresi keagamaan kerap memecah interaksi anak muda hingga mengikis semangat persatuan.

Ia menyebut problem psikososial ini berpotensi menghambat kesiapan pemuda sebagai pewaris bangsa. Ketika tekanan hidup dibiarkan tanpa pendampingan, pemuda dapat terjerumus pada alienasi, frustrasi, hingga depresi yang menyeret mereka pada persoalan sosial lebih besar.

“Problem kesehatan mental akibat berbagai tekanan hidup yang sarat beban di kalangan kaum milenial dan Gen Z dapat menjadi ancaman sosial baru bagi masa depan pemuda Indonesia. Krisis dan tekanan mental ini dapat berujung pada penyakit alienasi, frustasi, depresi, dan segala aspek sosiapatik atau generasi muda yang mengalami sakit secara individual dan sosial,” jelasnya.

Baca Juga  Komisi E DPRD Jatim Soroti Proyek Rehabilitasi SMK Senilai Rp171 Miliar, Diduga Bodong
Literasi Digital Hingga Diaspora

Di saat yang sama, literasi digital masih rendah. Haedar merujuk temuan Microsoft pada 2022 tentang kapasitas masyarakat Indonesia di ruang digital yang belum memadai. Ia memperingatkan bahwa lemahnya etika digital dapat melahirkan disrupsi nilai dan moralitas seperti yang digambarkan Francis Fukuyama mengenai the great disruption.

The great disruption, yakni kerusakan dan perubahan dramatis dalam tatanan sosial dan moralitas, serta terjadinya kemunduran nilai-nilai dan etika kehidupan. Goncangan besar yang merusak struktur sosial dan kemanusiaan tersebut dapat mengancam masa depan umat manusia, termasuk di dalamnya generasi muda,” imbuhnya.

Ia juga menyoroti terkait kaum muda yang kini semakin memperluas peran dan jangkauan diaspora mereka di berbagai institusi publik. Termasuk dalam kepemimpinan mereka di dalam pemerintahan. Menurutnya, ini adalah perkembangan yang positif.

Namun, ia juga menyoroti bahwa pragmatisme, oportunisme, materialisme, dan hedonisme mulai muncul dalam kehidupan sebagian generasi muda Indonesia. Mentalitas instan, kecenderungan mengejar materi serta kesenangan inderawi, dan sikap yang membenarkan segala cara untuk mencapai tujuan dinilai dapat merusak jati diri serta keberadaan generasi muda yang seharusnya menjadi pewaris masa depan bangsa.

“Mentalitas menerabas, hidup dalam gelimang materi dan kesenangan inderawi, serta menempuh segala cara dalam mencapai tujuan dapat merusak jati diri dan keberadaan generasi muda Indonesia yang semestinya menjadi pewaris masa depan Indonesia,” jelasnya.

Baca Juga  Pertama Ada, Kompetisi Gema Cipta Lagu untuk Partai Gema Bangsa: Libatkan Juri Para Musisi Nasional
*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *