Kisah Spiritual “Tak Kenal Maka Ta’aruf” Hadir di Layar Lebar, Siap Tayang 13 November 2025

Kisah Spiritual “Tak Kenal Maka Ta’aruf” Hadir di Layar Lebar, Siap Tayang 13 November 2025

MAKLUMAT – Industri film religi Indonesia kembali bergeliat. Film terbaru Tak Kenal Maka Ta’aruf menggelar pemutaran perdana yang hangat di Studio 1 XXI Epicentrum, Jakarta, pada Kamis (6/11) malam.

Acara ini mempertemukan para kru, pemain utama, dan tamu undangan. Film adaptasi novel karya Mim Yudiarto seperti dilansir laman Jakartamu, akan menyapa penonton bioskop seluruh Indonesia mulai 13 November 2025.

Film ini menawarkan tema yang relevan bagi generasi muda muslim: cinta yang sehat dan spiritual melalui proses ta’aruf. Sutradara mencoba memadukan nilai-nilai agama, keluarga, dan perjalanan emosi pribadi secara ringan namun reflektif.

Tak Kenal Maka Ta’aruf berpusat pada kisah Zoya, seorang mahasiswi kedokteran yang teguh memegang prinsip agama. Ia menyimpan trauma mendalam, bukan karena pengalaman cintanya, tetapi akibat melihat kegagalan hubungan orang terdekatnya.

Konflik dimulai ketika sang ayah—seorang kiai di pesantren—mengusulkan proses ta’aruf dengan pemuda pilihannya. Zoya, yang belum siap, justru meminta bantuan Fariz. Fariz adalah pemuda populer dan agamis yang ia minta untuk berpura-pura menjadi calonnya.

Perjalanan ke Ponorogo untuk menemui keluarga Zoya pun dimulai. Bersama sahabat-sahabat mereka, perjalanan itu penuh warna. Film ini mengisi adegan dengan kelucuan, keharuan, dan momen reflektif yang menyentuh hati.

Penonton akan menyelami dinamika emosi yang jujur dan hangat. Film ini ingin menunjukkan bahwa cinta bisa tumbuh dengan cara yang lebih tenang dan bermartabat, tanpa kehilangan sisi manusiawinya.

Baca Juga  Dua Lipa Putus dengan Agen Gara-Gara Isu Palestina-Israel

Sinematik Datar, tapi Emosi Kuat

Meski punya pesan kuat, film ini bukannya tanpa catatan. Beberapa dialog terdengar terlalu formal dan monoton, seolah naskah seminar pranikah. Alur cerita juga cenderung datar dengan konflik yang kurang menanjak. Hal ini mungkin membuat sebagian penonton sulit terhubung secara mendalam dengan batin para tokoh.

Namun, penonton tetap bisa mengapresiasi bangunan narasi cinta yang sehat dan religius. Film ini sukses membuka ruang diskusi tentang bagaimana Islam memandang cinta, bukan sebagai nafsu liar, tetapi sebagai amanah.

Bagi penggiat narasi Islam progresif, kehadiran Tak Kenal Maka Ta’aruf adalah sebuah capaian. Lima belas tahun lalu, gagasan film bertema cinta syar’i hadir di bioskop besar mungkin hanya mimpi. Kini, mimpi itu menjelma kenyataan.

Lebih dari sekadar film, Tak Kenal Maka Ta’aruf menjadi simbol tumbuhnya sinema Indonesia ke arah yang lebih reflektif dan bermakna. Ia tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik penonton tentang pemahaman spiritual yang lebih dalam.

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *