Klinik Tarif Seikhlasnya, Ikhtiar dr. Rafika Augustine Bantu Warga Kurang Mampu

Klinik Tarif Seikhlasnya, Ikhtiar dr. Rafika Augustine Bantu Warga Kurang Mampu

MAKLUMATdr. Rafika Augustine, seorang dokter umum di Ponorogo, Jawa Timur, membuka praktik medis tanpa menetapkan tarif bagi pasien. Ia mengizinkan masyarakat membayar seikhlasnya, bahkan menerima hasil panen seperti sayuran dan buah sebagai bentuk pembayaran. Langkah ini ia tempuh demi meringankan beban pasien yang kesulitan secara finansial dalam mengakses layanan kesehatan.

Praktik tersebut dijalankan Rafika di klinik miliknya, Dokter R Medika, yang terletak di luar pusat kota Ponorogo. Meskipun belum genap dua bulan beroperasi, klinik itu hampir tak pernah sepi. Pasien datang tidak hanya di siang hari, tetapi juga malam hari, karena mengetahui bahwa di sana mereka bisa mendapatkan pelayanan medis tanpa harus mengkhawatirkan biaya.

“Kami hanya ingin memudahkan urusan orang lain. Harapannya, Allah pun akan memudahkan urusan kami,” ujar Rafika seperti dilansir laman Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Delapan tahun bekerja sebagai dokter umum di sejumlah daerah, termasuk Temanggung dan Ponorogo, memberikan pengalaman yang membekas. Rafika seringkali menemukan pasien yang kesulitan menjangkau layanan kesehatan dasar, terutama mereka yang tidak terdaftar dalam program jaminan kesehatan nasional.

Ia pun menyaksikan ironi yang tak jarang muncul: warga dengan latar belakang ekonomi yang relatif kuat justru menjadi penerima manfaat dari BPJS Kesehatan yang preminya ditanggung pemerintah. “Sementara ada masyarakat kecil yang bahkan tidak terdaftar BPJS, tetapi juga tak mampu membayar obat atau pemeriksaan,” katanya.

Baca Juga  Muhammadiyah dan Pendidikan: Refleksi di Hari Pendidikan Nasional 2025

Kondisi itu mendorong Rafika untuk membuka praktik mandiri yang berorientasi pada kebermanfaatan sosial. Kliniknya menyediakan layanan konsultasi, pemeriksaan medis, hingga pemberian obat—semuanya tanpa tarif pasti. Di ruang tunggu klinik, tersedia sebuah kotak infak, tempat pasien bisa memasukkan donasi sesuai kemampuan masing-masing.

“Saya percaya, dokter tidak hanya punya peran mengobati. Kita juga bisa menjadi penguat bagi masyarakat, terlebih mereka yang lemah secara finansial,” ujar Rafika.

Lebih dari sekadar pelayanan medis, klinik tersebut juga ingin menghadirkan semangat keteladanan. Rafika menyebut KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, sebagai sosok yang menginspirasi langkahnya. “Beliau mendirikan amal usaha yang terus bermanfaat hingga kini. Saya ingin sedikit meniru jejak itu,” katanya.

Ke depan, Rafika berharap klinik kecil ini bisa berkembang menjadi fasilitas kesehatan yang lebih lengkap, bahkan suatu saat menjadi rumah sakit dengan tenaga dokter spesialis dan layanan rawat inap. Ia juga mengaku masih terus belajar dan terbuka terhadap dukungan dari berbagai pihak.

“Saya percaya, banyak dokter lain juga punya semangat yang sama. Mereka membantu dengan caranya masing-masing, walau tidak selalu terlihat,” ujar alumni FK Kedokteran UMY itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *