MENJELANG Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Koordinator Wilayah (Korwil) Gerakan Muda Inklusif (Masif) Nusa Tenggara Timur (NTT), Abdullah S. Toda mengajak agar seluruh elemen masyarakat bisa saling menghargai, bertoleransi dan tidak terpecah belah hanya karena perbedaan pandangan politik.
Menurut dia, masyarakat Indonesia sudah memahami dan melakukan praktik-praktik toleransi sejak dulu, bahkan sebelum muncul istilah toleransi tersebut. Maka, akan menjadi sebuah kemunduran besar jika karena perbedaan sikap politik membuat masyarakat terpolarisasi dan saling membenci satu sama lain.
“Kita sudah bertoleransi dalam bentuk tindakan sebelum kata toleransi itu ada dan dibicarakan di seminar-seminar di dalam gedung-gedung yang mewah,” ujar pemuda yang akrab disapa Toda itu.
Jika, kata Toda, karena perbedaan pandangan politik membuat kita terpolarisasi, maka sebenarnya kita mundur sekitar 2 juta tahun lalu ketika mungkin kita masih menjadi manusia goa.
Pemuda yang juga menjabat sebagai Ketua DPP IMM Bidang Organisasi itu berpendapat, moderasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus diimplementasikan dalam kehidupan, bukan hanya sebagai slogan atau jargon-jargon penyemangat dalam pidato-pidato atau diskusi-diskusi pemanis semata.
“Sikap moderat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak boleh hanya menjadi pemanis di bibir saja, namun juga harus hadir dalam kehidupan. Laksana lautan Indonesia yang dengan bijak menerima saat ditaburi ribuan pulau di atasnya,” tandasnya. (*)
Reporter: Ubay
Editor: Mohammad Ilham