Kurban di Titik-titik Konflik Agraria, LHKP PP Muhammadiyah: Perlawanan dengan Semangat Kemanusiaan

Kurban di Titik-titik Konflik Agraria, LHKP PP Muhammadiyah: Perlawanan dengan Semangat Kemanusiaan

MAKLUMAT — Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah melakukan penyembelihan hewan kurban di tiga wilayah yang hingga kini masih bergulat dengan konflik agraria, yakni di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah; Pakel, Banyuwangi, Jawa Timur; serta Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Diketahui, masing-masing titik tersebut menerima satu hingga dua ekor kambing sebagai simbol empati dan solidaritas.

Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, menegaskan bahwa ibadah kurban bukan sekadar ritual rutin tahunan umat Islam. Momentum kurban, kata dia, adalah gerakan spiritual untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang kian terkikis oleh situasi politik, hukum, dan keamanan yang kian carut-marut.

“Kurban mengajak kita untuk mengikis sifat rakus, kejam, keji, oportunisme, nepotisme, hedonisme, kemalasan, anti-ilmu pengetahuan, dan haus kekuasaan yang justru semakin menjadi-jadi dalam praktik polekkumhankam dewasa ini,” tandas Busyro, dalam keterangan yang diterima Maklumat.ID, Ahad (8/6/2025).

Sebagai informasi, LHKP PP Muhammadiyah telah cukup lama melakukan pendampingan dan advokasi terhadap tiga wilayah tersebut.

Keberpihakan dan Esensi Perlawanan

Sekretaris LHKP PP Muhammadiyah, David Efendi, menyebut bahwa konflik yang terjadi di wilayah-wilayah itu—serta di berbagai daerah lain di Indonesia—bukan hanya imbas dari regulasi seperti UU ‘Omnibus Law‘ Cipta Kerja dan UU Minerba, melainkan juga ujian kemanusiaan yang mendalam.

Melalui penyembelihan kurban dalam momentum Iduladha 1446 H/2025 tersebut, LHKP menegaskan dukungan dan keberpihakan terhadap korban ketidakadilan, yang tak harus selalu disuarakan dengan amarah, tetapi bisa diwujudkan lewat aksi nyata yang bernuansa spiritual.

Baca Juga  Emil Dardak: Nasyiatul Aisyiyah Mitra Luar Biasa dalam Berdayakan Masyarakat

Menurut dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu, kurban di tiga titik konflik tersebut merupakan manifestasi nyata dari komitmen Muhammadiyah untuk senantiasa hadir di tengah masyarakat yang terpinggirkan.

“Ini bukan sekadar bantuan material, melainkan juga penguatan spiritual untuk melawan segala bentuk dehumanisasi,” kata David, yang juga Koordinator Program Al-Maun Goes to Village.

Kurban kali ini, kata dia, menjadi semacam oase kemanusiaan di tengah carut-marut konflik yang dipicu oleh Proyek Strategis Nasional (PSN) dan sejumlah kebijakan yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat.

Mengutip kalimat dari Busyro Muqoddas, David menyebut kurban di titik-titik konflik tersebut sebagai salah satu bentuk dan esensi dari perlawanan terhadap ketidakadilan.

“Bersyukur masih bisa berkurban bersama rakyat yang menjadi korban, karena inilah esensi sebenarnya dari perlawanan—bukan dengan kebencian, melainkan dengan semangat kemanusiaan yang mengangkat martabat,” tegasnya.

Lewat gerakan ini, LHKP PP Muhammadiyah berharap api spiritualitas akan terus menyala, menerangi perjuangan masyarakat untuk mendapatkan kembali hak-haknya yang dirampas, dan menjaga kemuliaan martabat sebagai manusia.

*) Penulis: Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *