21.9 C
Malang
Rabu, Januari 22, 2025

PLTS IKN Beri Cahaya Baru Ekonomi Negeri

PLN NP telah menuntaskan proyek PLTS IKN berkekuatan 50 MW guna meningkatkan perekonomian dan pemerataan industri.
SosokLika-liku Pendiri Zendo, Dari Perjuangan Hidup Sukses Jalankan Bisnis Sosial

Lika-liku Pendiri Zendo, Dari Perjuangan Hidup Sukses Jalankan Bisnis Sosial

Pendiri sekaligus CEO Zendo, Lutfy Azizah. Foto-foto: dok.Zendo

MAKLUMAT – “Bekerja adalah ibadah”. Itulah yang menonjol dalam diri Lutfy Azizah, selaku pendiri sekaligus CEO Zendo. Ia mendirikan startup ojek online dengan layanan utama kepercayaan antara Zendo dengan driver. Sebab ia harus berhadapan dengan perusahaan eksisting, yang membuatnya memutar otak dengan memberikan sesuatu yang berbeda.

Mendengar lika-liku Lutfy mendirikan Zendo hanya bisa geleng kepala. Usaha itu ia awali demi memenuhi kebutuhan hidup. Ia rela menghabiskan waktu untuk mengerjakan apa saja pada 2015 silam. Hard labor yang ia kerjakan dengan status yatim, misi utamnya menutup utang, memenuhi kebutuhan hidup, dan merawat ibu.

“Banyak yang saya kerjakan sepulang mengajar sebagai guru honorer. Kadang hanya istirahat empat jam dari total 24 jam sehari. Sampai rumah jam 12 malam, jam 4 pagi bangun, 5.30 antar sekolah, jam 7 sudah harus ngajar,” kata Lutfy kepada maklumat.id melalui sambungan telepon Rabu (15/1/2025) malam.

Pekerjaan sampingan wanita asal Tulungagung ini meliputi cuci piring, antar jemput sekolah dan les, ngelesi pelajaran, bersih-bersih, dan belanja. Lutfy mengakui semua pekerjaan ART (asisten rumah tangga) mampu ia lewati. Sebab ia hanya menerima gaji Rp150-200 ribu per bulan sebagai guru honorer.

Para driver Zendo dalam sebuah kegiatan amal.

Naluri Bisnis Tangkap Peluang

Namun demikian, ia menangkap peluang dari yang ia kerjakan. Sebab pekerjaan ini memiliki potensi menjadi sebuah usaha. Terlebih tahun 2015 sudah ada taksi online Grab, Gojek, dan Uber di kota-kota besar. Naluri bisnisnya muncul. Ia berharap pekerjaannya berkembang dan memberi manfaat bagi banyak orang.

“Mau tak mau saya memutar otak agar mampu menyediakan layanan yang berbeda dengan perusahaan lain,” terang alumni Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Muhammadiyah Tulungagung ini.

Dalam tempo satu tahun ia sudah memiliki partner dengan jumlah yang terus nambah. Selanjutnya Zendo menguasai Tulungagung, lantaran Kota Marmer ini belum tersentuh ojek daring pada 2015. Ia malah menjadikan Zendo sebagi Google kelas Tulungagung.

Hal yang membedakan Zendo adalah layanan yang tidak ada pada Grab, Gojek, Maxim, maupun InDrive. Layanan Zendo meliputi cleaning service, perbaikan, belanja, selain antar penumpang dan barang, dengan tarif maksimal 25 persen dari ongkos kirim.

“Misalnya nasi pecel Rp15 ribu, kami nambah ke customer ongkos kirim misal Rp10 ribu. Nah dari ongkos kirim itu, itu Zendo ambil 20-25 persen. Sisanya driver,” ujar kader Muhammadiyah Tulungagung ini.

Ilustrasi Zendo. Foto: SUMU/Zendo.

Titik Balik Usaha

Perjalannya mengembangkan usaha belum usai. Ia kerap keluar masuk kelas demi ikut diskusi, seminar, FGD, simposium dan sejenisnya. Hingga akhirnya bersua dengan Muhammad Ghufron Mustaqim, yang tak lain Sekretaris Jenderal Serikat Usaha Muhammadiyah (Sumu) pada 2023 silam.

Dari pertemuan itu Lutfy bergabung dengan Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) untuk berkembang bersama-sama. Ghufron kerap memberikan masukan terkait usaha yang ia geluti. Puncaknya ketika Zendo announce pada Juli 2024 dan langsung hadir di 25 kota.

Saat ini Zendo sudah ada di Tulungagung, Kediri, Malang, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Sidoarjo, dan Bangkalan (Jawa Timur). Indramayu (Jawa Barat) hadir lebih awal, sedangkan Jawa Tengah ada di Purwokerto, Wonosobo, Klaten, dan Kudus.

Selain itu, Bekasi dan Tangerang juga sudah hadir. Untuk luar Jawa menyapa Bali, Pekanbaru (Riau), Banjarbaru (Kalimantan Selatan), dan Batam (Kepualaun Riau). “Beberapa waktu lalu sempat viral, yang kemudian mendapat respons positif dari publik. Alhamdulillah,” tegasnya.

Modal Rp100 Ribu dan Suzuki Bravo

Zendo bukan perusahaan raksasa dengan modal jumbo, layaknya usaha mapan di Indonesia. Infrastruktur yang ia punya juga terbatas banget. Lutfy hanya menggenggam uang Rp100 ribu sebagai modal kerja dan Suzuki Bravo sebagai sarana transportasi. Ia juga mempersenjatai dengan BlackBerry sebagai sarana komunikasi.

Taksi online dari kota kecil ini juga tidak membakar uang layaknya usaha besar. Ia sadar betul membakar uang sangat dilarang. Pesan ini ia terima kala masih remaja dan dipegang betul ketika membesarkan usaha.

Business wisdom dari Helmi Yahya juga ia pegang kuat. “Helmi Yahya bilang, pengusaha harus tahu usaha yang ia jalankan. Tahu apa yang harus ia lakukan ketika usahanya rugi. Ini juga saya pegang,” urainya.

Lutfy tergolong struggle membangun usaha. Begitu gigih memperjuangkan periuk nasi keluarganya, yang kala itu seperti benar-benar hancur. Di tengah keterpurukannya, ia berjuang seorang diri bersama buah hatinya yang masih belia. Ia juga berkewajiban merawat ibu sekaligus menjaga adiknya yang disabilitas.

Tak sedikitpun rasa mengeluh peran yang ia jalani. Wanita kelahiran 1988 ini benar-benar menikmati sebagai survivor. Ia mengaku apa yang sudah dijalani adalah anugerah Allah SWT. “Mungkin ini sudah garis Allah SWT,” ucapnya.

Lutfy Azizah saat mengikuti pameran untuk mempromosikan Zendo.

Folosofi Nama Usaha

Penyematan nama Zendo tak lepas dari dua kata, yakni bersumber dari nama anaknya Abi Zein (13 tahun), sedangkan DO akronim dari delivery order. Sulung dari dua bersudara ini tidak memiliki message khusus terkait nama usaha.

Zendo yang berkantor pusat di Jalan MT. Haryono Tulungagung ini memiliki moto Apa Aja Di Mana Aja. Moto ini sesuai dengan jenis layanan yang membedakan dengan ojek daring lainnya. Secara prinsip, startup ini berusaha menerapkan Fastabikhul Khoirot dalam sebuah entitas bisnis untuk terus tumbuh bersama.

“Kami ingin tumbuh secara organik dan bisa melayani semua lapisan masyarakat dari segala level dan kemajumukan,” tutur mantan staf akademik STAIM Tulungagung ini.

Sedekahkan Motor Riwayat

Kini Lutfy masih punya harapan lain. Ia berharap, usahanya terus bermanfaat bagi banyak orang. Zendo juga melaksanakan corporate social responsibility (CSR) seperti bersih-bersih masjid gratis. Ia percaya rekan-rekan di daerah memiliki cara lain dalam bersedekah.

Zendo tidak akan mengemas usaha eksklusif. Sesuai nafas Muhammadiyah, ia ingin business social ecosystem berkembang alamiah. Tidak ada paksaan di dalamnya. “Seperti kisah Nabi Muhammad, yang kerap membantu sesama, tanpa memandang latar belakang orang,” tegas Lutfy memungkasi obrolan.

Kini motor Suzuki Bravo miliknya sudah berganti tangan ke driver yang belum memiliki motor. Ia berharap motor untuk mengawali usaha bisa bermanfaat bagi pemilik saat ini. Umumnya peralatan awal usaha akan menjadi kenangan sekaligus milestone. Namun Lutfy memilih bersedekah kepada yang membutuhkan. Subhannaluhu.

Ads Banner

Ads Banner

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer