MAKLUMAT— Seorang kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Aufklarung, Teknik UMM, mengalami luka-luka setelah diduga dipukuli aparat saat unjuk rasa menolak revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) di depan gedung DPRD Kota Malang, Ahad (23/3/2025). Ironisnya, dalam kondisi tak berdaya, tangan mahasiswa tersebut tetap dalam keadaan diborgol saat dievakuasi menggunakan tandu.
Dalam keterangan tertulis, pimpinan Komisariat IMM Aufklarung Teknik UMM mengecam keras tindakan represif yang dilakukan aparat keamanan terhadap peserta aksi bertajuk #SaatnyaMengatakanCukupTarikMiliterKeBarak. Mereka menilai kekerasan ini sebagai bentuk pelanggaran terhadap hak warga negara dalam menyampaikan pendapat di muka umum.
“Pemukulan yang dilakukan aparat dalam pengamanan aksi merupakan bentuk pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan. Namun, respons yang diberikan justru represif dan menyebabkan beberapa demonstran mengalami luka-luka. Ini mencerminkan kemunduran demokrasi di Indonesia,” tulis pernyataan IMM Aufklarung Teknik UMM melalui akun @immaufklarung dikutip Selasa (25/3/2025).
Sementara itu, Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri disebut telah menyampaikan permintaan maaf dan berjanji akan menindak tegas petugas yang terbukti melanggar prosedur dalam pengamanan aksi. Meski demikian, peristiwa ini menambah panjang daftar dugaan kekerasan aparat terhadap mahasiswa yang turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi mereka.
Saat ini, mahasiswa yang menjadi korban masih ditahan di Polresta Malang. Pihak IMM mendesak agar akses tim medis dan ambulans segera diberikan guna memastikan kondisi kesehatan mahasiswa tersebut.
