Mahasiswa UMM Menyalakan Asa dari Minyak Jelantah

Mahasiswa UMM Menyalakan Asa dari Minyak Jelantah

MAKLUMAT – Limbah rumah tangga kerap luput dari perhatian. Di antara tumpukan masalah lingkungan yang membebani, minyak jelantah menjadi salah satu penyumbang terbesar. Sering dibuang sembarangan ke tanah atau saluran air, minyak bekas pakai ini tak hanya mencemari lingkungan, tapi juga membahayakan kesehatan manusia.

Namun, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mencoba menyulap masalah ini menjadi peluang. Mereka mengolah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi, produk kreatif yang tak hanya fungsional, tapi juga membawa pesan lingkungan.

Adalah Alvinda Wijaya, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional sekaligus koordinator tim, yang menggagas proyek ini melalui mata kuliah Gerakan Sosial di semester kelima.

Olah Sampah jadi Bahan Berguna

“Minyak jelantah ini sering dianggap remeh, padahal bahayanya nyata. Kami ingin memberikan alternatif pemanfaatan limbah yang bahan maupun pembuatannya mudah,” kata Jo, sapaannya.

Ia bersama timnya mulai mengembangkan lilin aromaterapi dari minyak jelantah dengan menggandeng warga Desa Kayu Kebek, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Proses pembuatannya memang memerlukan ketelitian.

Tim ini menggunakan arang aktif untuk menjernihkan minyak. Jika bau tak sedap masih tertinggal, mereka menghangatkannya sambil menumis bawang Bombay. Kemudian mencampurkan empat sendok bleaching agent agar endapan tak menggumpal.

Tantangan Produksi Massal

Tantangan teknis pun muncul sejak awal. Jo mengaku, mereka butuh waktu untuk menemukan formula ideal: berapa gram stearic acid sebagai pengeras, berapa banyak essential oil untuk mengimbangi aroma minyak jelantah, dan bagaimana cara menyatukan semuanya agar hasilnya menarik secara visual.

Baca Juga  Jangan Ketinggalan! KAI Segera Buka Pendaftaran Mudik Gratis untuk Lebaran 2025

Di luar aspek teknis, tantangan sosial juga muncul. “Awalnya saya gugup waktu harus bicara di depan ibu-ibu PKK. Tapi mereka ternyata antusias dan ikut membantu,” ujarnya.

Lilin aromaterapi ini bukan sekadar produk daur ulang. Dengan tambahan fragrance oil, lilin tersebut mampu menciptakan suasana relaksasi di dalam ruangan. Selain aroma, tim juga memperhatikan aspek estetika, dari bentuk, warna, hingga kemasan lilin yang variatif. Mereka melihat ini sebagai daya tarik tambahan, terutama bila menyasar konsumen dari hotel, spa, atau pasar daring.

Kampanye Peduli Lingkungan

Menurut Jo, produk lilin aromaterapi ini bukan hanya soal kreativitas, melainkan juga bentuk gerakan peduli lingkungan. “Kami ingin masyarakat sadar bahwa limbah rumah tangga masih berguna. Harapannya, masyarakat nggak berhenti di lilin saja, tapi mulai berpikir untuk mengolah limbah lain,” tuturnya.

Meski masih skala kecil, tim ini tengah merancang strategi pemasaran lebih luas. Mereka menargetkan kemitraan dengan industri perhotelan dan spa, sambil memperluas penjualan lewat platform digital. Namun, tujuan utamanya bukan sekadar menjual, melainkan membangun kesadaran ekologis dari dapur rumah sendiri.

Di tengah krisis iklim dan polusi yang terus mengancam, inisiatif kecil seperti ini layak mendapat ruang. Tidak hanya karena mampu menyulap limbah menjadi produk bernilai, tapi juga karena mengajak masyarakat kembali peduli pada lingkungan, dengan cara yang sederhana, namun berdampak.

Baca Juga  Kontroversi Serial Bidaah di Malaysia, Muhammadiyah Beri Penjelasan Tegas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *