Masuki Usia 107 Tahun, Bagaimana Hizbul Wathan Hadapi Tantangan Zaman?

Masuki Usia 107 Tahun, Bagaimana Hizbul Wathan Hadapi Tantangan Zaman?

MAKLUMAT – Hari ini, Hizbul Wathan genap berusia 107 tahun. Ketua Kwartir Wilayah Hizbul Wathan Jawa Timur, Ramanda Fathurrahim Syuhadi menjelaskan bahwa organisasi yang semula bernama Padvinder Muhammadiyah ini sedang dihadapkan pada tantangan zaman untuk tetap relevan sebagai gerakan kaderisasi Muhammadiyah dan pembinaan karakter bangsa.

“Seratus tujuh tahun bukanlah usia yang singkat bagi sebuah gerakan. Hizbul Wathan (HW), kepanduan Muhammadiyah, telah melewati lintasan sejarah panjang bangsa ini. Dari masa penjajahan, kemerdekaan, hingga era disrupsi hari ini. Milad ke-107 Hizbul Wathan pada 20 Desember 2025 harus dibaca bukan sekadar sebagai perayaan usia, tetapi sebagai momentum meneguhkan kembali jati diri dan arah gerakan,” ujarnya kepada wartawan Maklumat.id pada Jumat (19/12/2025).

Ia menjelaskan bahwa sejak awal berdirinya, Hizbul Wathan dirancang sebagai gerakan pendidikan dan kaderisasi. Kepanduan sendiri bukan tujuan akhir, melainkan jalan untuk membentuk manusia beriman, berakhlak, disiplin, dan berjiwa pengabdian. Dalam konteks inilah, Hizbul Wathan memiliki posisi strategis dalam sistem kaderisasi Muhammadiyah sekaligus dalam pembentukan karakter generasi bangsa.

Bukan Nasionalisme Simbolik

Fathurrahim juga memaparkan bahwa nasionalisme yang tumbuh dalam Hizbul Wathan bukan nasionalisme simbolik. Sebab nasionalisme semacam itu lahir dari kesadaran tauhid, kedisiplinan hidup, kepedulian sosial, dan kesiapsiagaan untuk hadir di tengah persoalan masyarakat. Di Hizbul Wathan, cinta tanah air tidak diajarkan sebatas slogan. Sebab semua itu dilatih melalui kebersamaan, kepemimpinan lapangan, kerja tim, dan pengabdian nyata.

Baca Juga  Buat Kejutan dengan Tumbangkan Korea, Timnas Indonesia Buka Asa Melaju Jauh di Piala Asia U17

“Pada Milad ke-107 ini, Pandu Hizbul Wathan perlu kembali meneladani dua sosok penting bangsa: KH Ahmad Dahlan dan Jenderal Sudirman. KH Ahmad Dahlan mengajarkan bahwa iman harus melahirkan keberanian berpikir maju dan bertindak untuk kemaslahatan umat dan bangsa. Pendidikan, pembinaan karakter, dan pembaruan pemikiran menjadi jalan dakwah yang membebaskan,” lanjutnya.

Fathurrahim menambahkan, bahwa Jenderal Sudirman juga memberi teladan bahwa kepemimpinan sejati lahir dari keteguhan prinsip, kedisiplinan, kesederhanaan, dan kesediaan berkorban. Dalam kondisi fisik yang lemah sekalipun, Jenderal Sudirman tetap memimpin perjuangan dengan keyakinan dan keberanian. Nilai-nilai inilah yang sejatinya sejalan dengan ruh kepanduan Hizbul Wathan.

Tantangan Zaman Semakin Kompleks

Kendati sudah berusia lebih dari seabad dan teruji zaman, Fathurrahim tetap menegaskan bahwa tantangan ke depan semakin kompleks. Menurutnya, generasi muda menghadapi krisis keteladanan, derasnya arus informasi, hingga godaan pragmatisme. Maka di sinilah Hizbul Wathan harus tampil sebagai ruang pembinaan yang menenangkan, mencerahkan, dan menguatkan karakter.

Ia menegaskan bahwa Hizbul Wathan tidak boleh terjebak menjadi sekadar kegiatan rutin. Namun harus terus dimaknai sebagai proses kaderisasi yang sadar tujuan dan nilai. Hizbul Wathan adalah kawah candradimuka. Dari sinilah diharapkan lahir kader Muhammadiyah dan kader bangsa yang siap memimpin sekaligus siap melayani. Kader yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga matang secara ideologis dan moral.

Baca Juga  Salat Idulfitri Rasa Staycation: View Ciamik, Udara Sejuk, Plus Spot Foto Keren!

“Milad ke-107 Hizbul Wathan menjadi pengingat bahwa api perjuangan harus terus dijaga. Setia pada nilai, kokoh dalam ideologi, dan adaptif terhadap perubahan zaman. Dengan meneladani KH Ahmad Dahlan dan Jenderal Sudirman, Hizbul Wathan diharapkan terus berkontribusi nyata dalam menyiapkan masa depan Indonesia yang berkemajuan,” tandasnya.​

*) Penulis: Ubay NA / M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *