Matematika Tak Lagi Menyeramkan, Anak SD Kini Belajar lewat Taman Numerasi dan Congklak

Matematika Tak Lagi Menyeramkan, Anak SD Kini Belajar lewat Taman Numerasi dan Congklak

MAKLUMAT – Matematika tidak lagi identik dengan pelajaran bikin pusing. Peluncuran Gerakan Numerasi Nasional (GNN) di SD Negeri Meruya Selatan 4 Pagi, Jakarta, Selasa (19/8/2025) lalu, menjadi bukti bahwa berhitung bisa diajarkan dengan cara yang seru dan menyenangkan.

Program baru dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) itu mendorong lahirnya budaya numerasi sejak dini. Anak-anak diajak bukan hanya terampil berhitung, tetapi juga berpikir kritis, logis, dan adaptif dalam kehidupan sehari-hari.

Mendikdasmen Abdul Mu’ti menegaskan bahwa matematika harus dibawa ke ruang belajar dengan wajah ramah. “Dimulai dari menumbuhkan rasa cinta dan kegemaran kepada Matematika. Cara mengajarnya juga harus menyenangkan,” ujarnya.

Di SDN Meruya Selatan 04 Pagi, suasana belajar dibuat berbeda. Sekolah menghadirkan taman numerasi, sebuah ruang belajar kreatif dengan dinding dan lantai penuh hiasan angka. Kepala sekolah Tri Susilawati mengatakan, pendekatan ini membuat murid lebih semangat.

“Anak-anak tidak lagi bosan. Guru pun lebih mudah membuat pembelajaran menarik di luar kelas. Harapan saya, mereka tidak takut lagi dengan Matematika,” kata Tri.

Di SDN Tugu Selatan 03, guru Nilam Sarmaria memadukan pembelajaran numerasi dengan permainan tradisional seperti congklak dan dempla. Dari permainan itu, murid belajar menghitung, mengenal nilai tempat, sekaligus melatih logika.

“Belajar numerasi bisa dekat dengan budaya lokal. Anak-anak senang, pelajaran juga lebih mudah dipahami,” ucap Nilam.

Baca Juga  Program Beasiswa Pendidikan Tinggi Pemkab Sidoarjo Sudah Dibuka, Segera Daftar!

Pojok Angka

Guru lain, Vita Krisnasari dari SDN Meruya Selatan 04 Pagi, menuturkan bahwa numerasi bisa dipraktikkan lintas mata pelajaran. “Kami menghadirkan pojok numerasi di sekolah. Jadi numerasi tidak hanya di Matematika, tapi juga di pelajaran lain,” jelasnya.

Sementara itu, di Kepulauan Seribu, guru Hidayat dari SDN Pulau Kelapa 02 Pagi memilih cara sederhana. Ia mengajak murid membaca label gizi di bungkus makanan saat jajan. “Numerasi itu hadir di kehidupan nyata. Tugas guru menciptakan suasana belajar yang ramah dan menyenangkan,” ujarnya.

Para guru berharap, GNN tidak berhenti hanya sebagai program seremonial. “Kalau gerakan ini dilakukan bersama-sama di seluruh Indonesia, anak-anak kita akan tumbuh lebih cerdas, tangguh, dan siap menghadapi masa depan,” tutur Hidayat.

Peluncuran GNN di Jakarta pun menjadi simbol gerakan bersama membangun budaya numerasi di sekolah, keluarga, hingga masyarakat. Dari taman numerasi hingga congklak, matematika kini hadir dengan wajah baru: menyenangkan dan dekat dengan kehidupan anak.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *