MAKLUMAT — Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Lampung mendorong langkah strategis guna memperkuat kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana (PRB) di Provinsi Lampung. Dorongan ini disampaikan dalam Lokakarya Kemitraan Sektor Swasta dan CSO untuk Pengurangan Risiko Bencana, yang diselenggarakan oleh Mitra Bentala di Hotel KYRIAD M2 Lampung, Selasa (28/10/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh 35 peserta yang berasal dari berbagai unsur, mulai dari organisasi masyarakat sipil (CSO), perusahaan swasta, BUMN, hingga lembaga pemerintah. Hadir sebagai narasumber Rizani dari Mitra Bentala, Bernad H. Simanjuntak dari Forum CSR Lampung, dan Wahyu Hidayat dari BPBD Lampung. MDMC Lampung diwakili oleh Tri Priyo Saputro.
Kegiatan ini dibuka oleh Abraham Abkaman, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Lampung. Dalam sambutannya, Abraham menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk memperkuat kesiapsiagaan di daerah rawan bencana.
Lokakarya tersebut dilatarbelakangi oleh kebutuhan mendesak untuk memperkuat peran dan kemandirian CSO dalam pengurangan risiko bencana. Selama ini, kolaborasi lintas sektor, terutama dengan sektor swasta, dinilai belum optimal. Karena itu, forum ini dirancang sebagai ruang dialog untuk memperkuat jejaring dan membangun pemahaman bersama tentang potensi kemitraan dalam kebencanaan.
Dalam kesempatan tersebut, Tri Priyo Saputro dari MDMC Lampung, mengusulkan dua langkah konkret kepada BPBD Lampung.
“Kami MDMC Lampung mendorong BPBD Lampung agar dapat mengintervensi atau mengadvokasi kepala daerah guna mendukung dua inisiatif strategis. Pertama, membentuk Forum PRB di daerah seperti kabupaten atau kota. Kedua, membentuk SEKBER untuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB),” tegasnya.
Priyo menjelaskan bahwa kedua usulan tersebut bertujuan agar semangat kolaborasi dalam lokakarya tidak berhenti pada tataran wacana. “Jika pembentukan Sekber SPAB secara serentak belum memungkinkan karena luasnya Provinsi Lampung, MDMC mengusulkan agar intervensi ini diprioritaskan pada wilayah-wilayah yang teridentifikasi sebagai zona merah rawan bencana, agar intervensi keamanan tepat sasaran,” jelasnya.
Selain penguatan kelembagaan, MDMC juga menyoroti pentingnya data kebencanaan yang akurat dan mudah diakses. Priyo menilai, data di portal InaRisk BNPB masih terbatas pada peta tanpa rincian informasi.
“Terkait hal ini, khususnya pemetaan, kami ingin memanfaatkan forum ini untuk memohon arahan kepada BPBD. Kami meminta dokumen kontingensi dan dokumen kajian risiko bencana yang resmi dan detail sebagai acuan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Priyo menegaskan bahwa MDMC sejak awal telah melaksanakan komitmen dalam seluruh siklus kebencanaan — mulai dari pengurangan risiko, mitigasi, kesiapsiagaan, hingga respon bencana. Ia berharap sektor swasta dapat terlibat lebih aktif.
“Kami berharap perusahaan dapat melibatkan NGO yang hadir saat Respon Bencana, Pengurangan Risiko Bencana, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan Bencana sesuai program yang dirancang,” ujarnya.
Usulan MDMC tersebut langsung mendapat respons positif dari Julian Arinaldi dari BPBD Lampung. “Forum PRB sudah dibentuk di tingkat provinsi. Jika dibentuk di tingkat kabupaten, ayo dibentuk, tapi dipikirkan bagaimana agar menghasilkan aksi nyata. Dibentuknya Sekber SPAB juga kami sepakat dan BPBD akan usahakan,” katanya.
Senada, Wahyu Hidayat dari BPBD Lampung turut mendukung inisiatif kolaboratif ini. Ia menyoroti peran strategis PT Bukit Asam sebagai koordinator Satgas Bencana BUMN di Lampung dan berharap ada forum lanjutan antara pihak swasta dan NGO.
“Kami berharap ada forum lanjutan dari Bukit Asam dan Forum CSR untuk mempertemukan perusahaan dengan NGO, sejalan dengan harapan MDMC Lampung,” tandasnya.
Lokakarya ini menjadi momentum penting di mana usulan taktis dari CSO seperti MDMC mendapat tanggapan langsung dari pemangku kebijakan. Jika gagasan pembentukan Forum PRB dan Sekber SPAB terealisasi di tingkat kabupaten dan satuan pendidikan, maka langkah ini akan menjadi tonggak penting menuju ketangguhan daerah dan masyarakat Lampung terhadap bencana.