Membaca Ulang Arus Logistik lewat Terminal Booking System

Membaca Ulang Arus Logistik lewat Terminal Booking System

MAKLUMAT – Pemandangan umum di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya lekat dengan kemacetan ketimbang efisiensi. Deretan truk mengular sebagai akibat kedatangan kapal sarat muatan baik peti kemas maupun kargo.

Buntutnya waktu tunggu tak menentu dan ruang gerak terbatas menjadi pemandangan lazim di kawasan yang mestinya menjadi nadi kelancaran arus barang nasional. Tapi kini, ada upaya untuk membongkar pola lama itu. Namanya: Terminal Booking System (TBS).

TBS segera beroperasi di Terminal Petikemas (TPK) Nilam dan TPK Berlian dalam waktu dekat. Implementasi ini hadir setelah PT Terminal Teluk Lamong (TTL) mempertemukan operator terminal, pengguna jasa, hingga pejabat otoritas pelabuhan dalam satu meja. Pertemuan ini membicarakan satu hal penting: bagaimana membuat pelabuhan bekerja lebih masuk akal.

Pola Operasi dan Efisiensi TBS

Sistem TBS bukan barang baru. TTL sudah menggunakannya di TPK Teluk Lamong sejak 11 Juni 2025. Tapi penerapan di dua terminal besar lain ini jadi momentum penting. Ini bukan cuma soal aplikasi baru, melainkan soal mengubah pola pikir logistik yang selama ini terlalu bergantung pada keberuntungan dan antrean.

TBS bekerja dengan prinsip sederhana: truk tidak bisa lagi datang sesuka hati. Ada enam time slot yang menerima layanan per hari, masing-masing berdurasi empat jam.

Pengguna jasa memilih jadwal, menyesuaikan kapasitas terminal, dan datang sesuai waktu. Tak ada lagi rebutan lahan parkir. Tak ada lagi dalih “macet karena antre”.

Baca Juga  ALFI Maluku Apresiasi Transformasi TPK Ambon

“Penerapan TBS merupakan langkah strategis mewujudkan sistem pelayanan yang lebih tertata, efisien, dan berorientasi pada keselamatan serta kenyamanan semua pihak,” ujar Agustinus Maun, Kepala KSOP Utama Tanjung Perak.

Ia juga menegaskan bahwa sistem ini bukan sekadar urusan teknis, tapi komitmen untuk menghindari penumpukan kendaraan. juga meredam kekacauan yang kerap menghantui pelabuhan besar.

Perlu Konsistensi Implementasi

Pernyataan senada datang dari Direktur Utama TTL, David Pandapotan Sirait. Menurutnya, TBS tak hanya menekan waktu tunggu kendaraan, tapi juga jadi kunci untuk meminimalkan kemacetan yang selama ini jadi langganan di sekitar terminal.

“Dengan Terminal Booking System ini, kedatangan truk menjadi lebih teratur,” katanya.

Lebih dari sekadar efisiensi lokal, penerapan sistem ini menjadi bagian dari digitalisasi logistik nasional. Sebuah jargon besar yang, jika benar-benar berjalan, bisa memperbaiki wajah logistik Indonesia yang selama ini mendapat label lambat, mahal, dan tak terintegrasi.

Namun pertanyaannya tetap sama: apakah sistem ini bisa konsisten dijalankan? Apakah semua pemangku kepentingan—dari operator terminal hingga sopir truk—siap berubah? Waktu akan menjawab. Tapi untuk saat ini, Terminal Booking System adalah harapan yang layak mendapat ujian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *