Milad ke-113 Muhammadiyah: Bandung Siap Mengukir Sejarah!

Milad ke-113 Muhammadiyah: Bandung Siap Mengukir Sejarah!

MAKLUMAT – Tradisi perayaan puncak Milad ke-113 Muhammadiyah  tahun ini dipastikan pecah dari kebiasaan. Jika biasanya Kota Gudeg, Yogyakarta, yang menjadi saksi bisu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah kali ini memilih Kota Kembang, Bandung, sebagai panggung utama Milad ke-113 Muhammadiyah. Keputusan ini menegaskan bahwa semangat Persyarikatan tidak hanya berpusat di tanah kelahirannya, melainkan menyebar ke seluruh penjuru negeri.

Bandung bukanlah “orang baru” bagi Muhammadiyah. Organisasi Islam modernis ini telah menjejakkan kaki di Bandung sejak 1936. Bahkan, kota yang sempat dijuluki “Kota A.A” (Afrika Asia) ini pernah menjadi tuan rumah perhelatan akbar, yakni Muktamar ke-36 pada tahun 1965.

Mengenang Bandung, Kota ‘Allahu Akbar’

Muktamar ke-36 di Bandung yang berlangsung dari 20 hingga 25 Juli 1965 itu, menjadi salah satu yang paling dikenang. Kala itu, semangat Islam yang begitu kuat terasa, sampai-sampai inisial Kota A.A sempat diplesetkan menjadi Kota Allahu Akbar.

Mengusung tema “Muhammadijah membangun dibidang materiel/spirituel menudju masjarakat adil dan makmur jang diridloi Tuhan berdasar Pantjasila dengan adjaran Islam jang murni,” Muktamar ini dianggap sukses besar, terlepas dari situasi perekonomian Indonesia yang sedang lesu pasca-konflik G30S PKI.

Panitia hanya menargetkan 3.000 peserta dan penggembira. Namun, di luar dugaan, lebih dari 10.000 jiwa membanjiri Bandung! Saking membludaknya, panitia sampai kelabakan dan harus merombak ulang skema pemondokan para muktamirin.

Baca Juga  China Alami Lonjakan Kasus HMPV, Kemenkes RI Imbau Masyarakat Waspada

Sukarno Hadir, Sumbangan Mengalir Deras

Sebagai agenda organisasi terbesar, Muktamar ke-36 tentu membutuhkan dana yang tak sedikit. Meski taksiran awal mencapai Rp450 juta, panitia berhasil melakukan efisiensi ketat, menekan kebutuhan dana menjadi hanya Rp120 juta.

Momen dramatis terjadi saat pembukaan di Gedung Gubernuran Jawa Barat. Di hadapan sekitar 25.000 orang, Ketua PP Muhammadiyah saat itu, KH. Ahmad Badawi, dengan jujur dan bersahaja menyampaikan kondisi keuangan organisasi yang sedang sulit.

Responsnya sungguh luar biasa. Pidato tersebut langsung memicu penggalangan dana spontan dari para muktamirin. Hasilnya? Terkumpul Rp21 juta cash di tempat, belum termasuk sumbangan dalam bentuk cek!

Pembukaan ini semakin spesial karena dihadiri langsung oleh Presiden Soekarno. Kehadiran beliau, ditambah dengan berbagai hiburan seperti pawai, drumband Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah, serta Pekan Industri dan Niaga I, membuat acara ini menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat Kota Bandung dan para pelancong.

Pekan Industri dan Niaga I sendiri, yang digelar Majelis Ekonomi dan setara dengan bazar atau expo Milad Muhammadiyah modern, menjadi magnet bagi masyarakat umum yang ingin menyaksikan berbagai display dan kegiatan persyarikatan.

Resepsi Milad Muhammadiyah di Luar Yogya

Keputusan menggelar resepsi Milad Muhammadiyah di Bandung tahun ini melanjutkan tradisi PP Muhammadiyah yang memang beberapa kali mengadakan acara puncak di luar Yogyakarta. Tercatat, beberapa kota yang pernah menjadi tuan rumah adalah Jakarta, Surakarta, dan yang paling diingat adalah di Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang sekaligus menjadi tempat pelaksanaan Tanwir.

Baca Juga  5.000 Penggembira Bakal Padati UMB: Muhammadiyah Siap Ulang Sejarah Manis Bandung

Kini, Kota Bandung kembali dipilih untuk mengukir sejarah baru dalam perayaan Milad ke-113 Muhammadiyah. Kota Kembang siap membuktikan bahwa semangat ‘Allahu Akbar’ yang pernah membakar di tahun 1965 masih menyala terang, siap membawa Persyarikatan menuju masa depan yang lebih cemerlang.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *