22.1 C
Malang
Senin, Maret 17, 2025
OpiniMudik Aman, Nyaman, dan Murah. Mungkinkah?

Mudik Aman, Nyaman, dan Murah. Mungkinkah?

Ilustrasi arus mudik lebaran. Foto:AI/ChatGPT

MAKLUMATMudik Lebaran adalah tradisi tahunan yang selalu menjadi sorotan. Setiap tahun, jutaan orang meninggalkan kota-kota besar untuk kembali ke kampung halaman, membangun kembali silaturahmi dengan keluarga dan kerabat.

Penulis: H. Abdul Hadi, SE., MM

Namun, perjalanan yang seharusnya menjadi momen kebahagiaan sering kali berubah menjadi perjalanan panjang yang penuh tantangan.

Tahun 2025, diprediksi sekitar 146,48 juta orang akan melakukan perjalanan mudik, setara dengan 52% dari total populasi Indonesia. Dengan angka sebesar itu, pertanyaan besar yang muncul adalah: Apakah mungkin menciptakan mudik yang benar-benar aman, nyaman, dan murah?

Keamanan dalam perjalanan mudik masih menjadi isu krusial. Data dari evaluasi mudik tahun 2024 menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas masih menjadi ancaman utama.

Meski ada penurunan jumlah kecelakaan sebesar 8% dibanding tahun sebelumnya, jumlah korban luka berat justru meningkat 33%, menandakan bahwa masih banyak faktor yang belum terselesaikan.

Sebagian besar kecelakaan terjadi di jalur arteri, yang didominasi oleh kendaraan roda dua, menyumbang lebih dari 75% dari total kecelakaan lalu lintas.

Untuk mengatasi ini, pemerintah telah menerapkan berbagai strategi seperti rekayasa lalu lintas (contraflow, one way, dan ganjil genap) serta meningkatkan pengawasan melalui operasi keselamatan lalu lintas. Namun, langkah ini hanya efektif sementara dan tidak menyentuh akar permasalahan.

Banyak pemudik, terutama pengguna kendaraan roda dua, tetap memilih bepergian dengan cara ini karena keterbatasan akses terhadap moda transportasi lain yang lebih aman dan terjangkau.

Program mudik gratis untuk pemudik sepeda motor yang disediakan Kementerian
Perhubungan menjadi salah satu solusi yang patut diapresiasi. Dengan tersedianya 520 unit bus untuk 21.536 penumpang dan 10 unit truk untuk 300 sepeda motor, setidaknya ada upaya untuk mengurangi jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor.

Namun, angka ini masih jauh dari cukup jika dibandingkan dengan jumlah pemudik roda dua yang mencapai 12,74 juta orang pada tahun ini.

Selain kecelakaan, bencana hidrometeorologi juga menjadi ancaman serius dalam perjalanan mudik tahun ini. BMKG telah memprediksi bahwa pada periode mudik 2025, akan ada potensi hujan lebat, banjir, serta tanah longsor di beberapa jalur utama seperti Pantura, jalur selatan Pulau Jawa, serta sejumlah daerah di Sumatera dan Kalimantan.

Antisipasi terhadap faktor cuaca ini menjadi penting, mengingat kejadian banjir dan longsor pada tahun sebelumnya menyebabkan penutupan sejumlah ruas jalan nasional yang berdampak besar terhadap kelancaran arus mudik.

Pemerintah telah menyiapkan posko tanggap darurat dan alat berat di titik-titik rawan, namun pertanyaannya, seberapa cepat respons yang bisa diberikan ketika bencana benar-benar terjadi?

Koordinasi yang lebih erat antara Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR, BMKG, dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk memastikan kesiapan maksimal dalam menghadapi kondisi darurat ini.

Mudik Nyaman?

Di luar faktor keamanan, kenyamanan juga menjadi tantangan besar bagi para pemudik. Meskipun Pemerintah telah berupaya memperbaiki kualitas infrastruktur dan pelayanan transportasi publik, realita di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak hambatan yang membuat perjalanan mudik jauh dari kata nyaman.

Kemacetan di jalur tol dan non-tol masih menjadi permasalahan utama. Tahun 2024, meski terjadi penurunan mobilitas kendaraan di jalan tol, jumlah kendaraan yang menggunakan jalur arteri justru meningkat drastis.

Jalur arteri yang semakin padat ini menyebabkan kepadatan tinggi di banyak titik rawan seperti jalur Pantura, jalur tengah Jawa, dan jalur lintas Sumatera.

Di rest area, pemudik menghadapi antrean panjang untuk sekadar ke toilet atau beristirahat. Masalah ini terus terjadi dari tahun ke tahun tanpa ada solusi konkret. Rencana pemerintah untuk menambah rest area di Tol Cipali dan Merak, serta membangun buffer zone di pelabuhan penyebrangan, menjadi langkah yang baik. Tetapi apakah langkah ini bisa terealisasi sebelum puncak arus mudik tiba ?

Bagi pemudik yang menggunakan angkutan umum, ketersediaan tiket masih menjadi permasalahan klasik. Kereta api dan pesawat terbang menjadi pilihan utama karena lebih nyaman dibandingkan moda lainnya, tetapi kapasitas yang terbatas dan harga tiket yang tinggi menjadi hambatan tersendiri.

Untuk mengatasi ini, pemerintah telah berupaya menekan harga tiket pesawat dengan berbagai insentif, seperti potongan tarif layanan bandara hingga 50% dan diskon harga avtur.

Namun, meskipun harga tiket sedikit lebih terjangkau dibandingkan tahun lalu, tetap saja tidak semua masyarakat mampu memilih moda transportasi udara sebagai alternatif mudik.

Mudik Murah? 

Bagi banyak pemudik, biaya perjalanan adalah faktor penentu utama dalam memilih moda transportasi. Mudik gratis yang disediakan pemerintah memang membantu sebagian kecil masyarakat, tetapi masih banyak pemudik yang terpaksa menggunakan kendaraan pribadi karena terbatasnya pilihan transportasi umum yang murah dan memadai.

Tarif tol yang terus meningkat juga menjadi beban tersendiri bagi pemudik. Meskipun ada
kebijakan diskon tol selama periode mudik, tetap saja biaya yang harus dikeluarkan cukup besar.

Belum lagi harga BBM yang fluktuatif dan berpotensi naik menjelang musim mudik.
Pemerintah memang sudah mengupayakan berbagai kebijakan untuk menekan beban biaya pemudik, seperti penyediaan tambahan jalur tol fungsional tanpa tarif dan program diskon tarif tol di beberapa ruas utama.

Namun, apakah langkah ini cukup untuk membuat mudik lebih terjangkau bagi semua kalangan? Jika benar-benar ingin menciptakan mudik yang murah, pemerintah seharusnya lebih agresif dalam memperluas cakupan mudik gratis, baik melalui angkutan darat, laut, maupun udara.

Program ini tidak boleh hanya menjadi simbolis atau sekadar formalitas tahunan, tetapi harus diperbesar cakupannya sehingga bisa menjangkau lebih banyak masyarakat yang membutuhkan.

Mungkinkah Mudik yang Aman, Nyaman, dan Murah?

Menciptakan mudik yang benar-benar aman, nyaman, dan murah bukanlah hal yang mudah, tetapi juga bukan sesuatu yang mustahil.

Pemerintah telah berupaya melakukan berbagai perbaikan, tetapi masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat harus lebih diperkuat agar berbagai kendala yang selalu muncul setiap tahun dapat diminimalisir.

DPR RI, khususnya Komisi V, akan terus mengawal kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan mudik agar setiap kebijakan yang dibuat benar-benar berdampak bagi
masyarakat.

Mudik bukan hanya soal perjalanan, tetapi juga tentang hak setiap warga negara untuk bisa berkumpul dengan keluarga dengan selamat, nyaman, dan tanpa beban biaya yang berlebihan.

Apakah kita bisa mencapai mudik yang ideal? Jawabannya tergantung pada keseriusan semua pihak dalam memastikan bahwa setiap pemudik dapat menikmati perjalanan yang lebih baik dari tahun ke tahun.

*) Anggota Komisi V DPR RI, Fraksi PKS, Dapil NTB II

 

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL LAINNYA

Populer