Muhammadiyah Bukan Mengejar Kekuasaan, Tapi Membangun Keunggulan Peradaban Islam

Muhammadiyah Bukan Mengejar Kekuasaan, Tapi Membangun Keunggulan Peradaban Islam

MAKLUMAT — Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto, menegaskan bahwa arah perjuangan Muhammadiyah tidak berorientasi pada kekuasaan politik, melainkan pada pembangunan masyarakat Islam yang ideal dan peradaban unggul.

Pernyataan itu disampaikan dalam Pengajian Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta, Jumat (10/10/2025). Dalam ceramahnya, Agung menekankan bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah dan sosial kemasyarakatan berfokus pada kontribusi nyata, bukan pada perebutan jabatan atau posisi politik.

“Jika kader Muhammadiyah dipercaya menjadi menteri, itu baik. Namun, jika tidak, itu juga tidak masalah. Yang terpenting adalah menjadi manusia yang paling banyak memberikan manfaat bagi masyarakat luas,” tegasnya.

Menurut Agung, Muhammadiyah tidak menargetkan jumlah kader di pemerintahan, tetapi berkomitmen membangun peradaban Islam yang sejati, yakni peradaban yang berakar pada nilai-nilai moral, ilmu, dan kemaslahatan, bukan sekadar diaspora politik.

Tujuh Pilar Peradaban Islam Sejati

Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto, saat memaparkan pandangannya dalam Pengajian Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (10/10/2025). (Foto: Muhammadiyah)
Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto, saat memaparkan pandangannya dalam Pengajian Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (10/10/2025). (Foto: Muhammadiyah)

Dalam pandangannya, Agung menjelaskan bahwa fondasi membangun peradaban manusia sebagaimana dirumuskan oleh Imam al-Syatibi, yang terdiri dari tujuh pilar utama.

Pertama, nilai tauhid, yang kini menghadapi tantangan besar di era modern. Mengutip Surat Al-Jasiyah ayat 23, Agung menyebut bahwa kemusyrikan masa kini bisa berwujud “mempertuhankan hawa nafsu” seperti ego, kekuasaan, dan harta.

Kedua, keadilan, baik dalam hukum, ekonomi, maupun sosial. Ia menyayangkan bahwa keadilan di Indonesia masih jauh dari harapan karena ketimpangan yang semakin menganga.

Baca Juga  Silaturahmi ke Kantor PWM Jatim, Risma Mengaku Dekat dengan Muhammadiyah

Ketiga, persamaan dan kesetaraan, bahwa Islam menolak segala bentuk diskriminasi. Agung mengingatkan, Islam telah menjadi pelopor kesetaraan di masa perbudakan.

Keempat, kebebasan yang diiringi tanggung jawab. “Tidak ada paksaan dalam agama, tetapi batas antara haq dan bathil sudah jelas. Kebebasan harus diimbangi dengan konsekuensi,” ujarnya.

Kelima, al-khair dan al-maslahat, yaitu menegakkan kebaikan dengan menghilangkan kemunkaran. Keenam, rahmat atau kasih sayang, yang melampaui sekat warna kulit, suku, budaya, dan strata sosial.

Terakhir, ketujuh adalah kebijaksanaan, yang menjadi dasar setiap keputusan dan tindakan.

Pemuda Sebagai Pelanjut Peradaban

Lebih jauh, Agung menegaskan bahwa tujuh pilar tersebut harus menjadi peta jalan bagi generasi muda Muhammadiyah dalam membangun Indonesia yang berkemajuan. Ia mencontohkan peran para nabi yang menjadi simbol perjuangan moral dan peradaban.

Pemuda, kata dia, harus mengambil inspirasi dari Nabi Ibrahim yang berani melawan kemusyrikan, Nabi Yusuf yang menjaga integritas di tengah godaan, maupun Nabi Musa yang melawan kesewenang-wenangan.

Dengan meneladani nilai-nilai tersebut, lanjutnya, Muhammadiyah diharapkan mampu menghadapi tantangan zaman, baik di dalam maupun di luar kekuasaan, untuk mewujudkan masyarakat utama yang berkeadilan, setara, dan penuh kasih sayang.

*) Penulis: Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *