MAKLUMAT — Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan dukungannya terhadap fatwa jihad Palestina melawan Israel yang dikeluarkan oleh sejumlah ulama internasional, namun menekankan bahwa jihad tidak harus dimaknai sebagai perjuangan bersenjata.
Muhammadiyah mendorong jihad dalam bentuk pemberdayaan, diplomasi, dan bantuan kemanusiaan untuk Palestina.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni menyebutkan bahwa jihad merupakan bagian dari amar makruf nahi mungkar, namun bentuknya bisa beragam sesuai konteks zaman.
“Jihad bisa dimaknai dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan,” ujar Syafiq dilansir dari laman Muhammadiyah, Jumat (11/4/2025).
Dalam konteks konflik Israel-Palestina, Muhammadiyah memandang jihad sebagai upaya untuk memberdayakan rakyat Palestina, menyerukan simpati global, serta mempromosikan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Palestina.
Muhammadiyah, lanjut Syafiq, juga menyerukan kepada dunia internasional untuk melawan zionisme dan segala bentuk penjajahan. Ia menegaskan bahwa pendekatan Muhammadiyah berbeda dari definisi jihad yang semata-mata dimaknai sebagai perjuangan bersenjata.
“Kami menyerukan penghapusan penjajahan, okupasi, dan segala bentuk kedzaliman di muka bumi,” kata Syafiq.
Sebagai langkah konkret, Muhammadiyah mendorong Pemerintah Indonesia agar aktif menggunakan jalur diplomasi untuk memengaruhi negara-negara lain dalam mendukung Palestina. Selain itu, Muhammadiyah terus menggalang bantuan kemanusiaan dan memperkuat jaringan solidaritas melalui lembaga-lembaga filantropi yang dimilikinya.
Syafiq juga menegaskan pentingnya memahami jihad dalam kerangka luas sebagai bentuk perjuangan multidimensi yang relevan dengan kondisi saat ini. “Fatwa jihad itu penting sebagai pernyataan sikap, namun aksi konkret jauh lebih penting,” ujarnya.
Muhammadiyah berencana mengadakan forum internasional bersama organisasi masyarakat sipil dari berbagai negara untuk memperkuat dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.
