Negeri Seribu Bid’ah

Negeri Seribu Bid’ah

MAKLUMATKaidah Ushulnya adalah: Kenyataan bahwa para salafus shalih tidak melakukan suatu perbuatan bukanlah merupakan dalil, melainkan hanya menunjukkan tidak adanya dalil.

Saya berkata : bahwa tidak semua yang tidak dilakukan para salaf saleh itu bathil. Kecuali ada larangan yang sharih dalam kitab dan sunah maqbullah.

^^^^
Berjarak selama 1400 tahun lebih dari Nabi Agung Muhammad saw. Kami tak mengerti bahasa Arab. Tidak mengenal tradisi. Tapi kami mengimani risalah tanpa syarat.

Kami bersaksi bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb Yang Ahad. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tidak bergantung pada yang lain. Yang menciptakan semesta. Taqdir baik dan buruk. Yang memiliki hari pembalasan. Mizan. Sirath. Surga dan neraka.

Kami juga bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan Nya. Penutup para nabi. Membawa al Quran. Dan ajaran Islam yang sempurna. Pembimbing dan penuntun menuju kebenaran. Nabi yang memberi syafaat di hari pembalasan.

^^^^
Hanya di Indoenesia orang berebut ‘urunan’ bangun masjid. Membentuk panitia. Bikin Proposal dan pengumuman lewat banner menyebar pamflet dimana-mana. Ada yang bantu uang, semen, bata merah, kayu, pasir hingga makanan dan tenaga untuk kerja bakti.

Hanya di Indonesia beragam halaqah dibuat. Pengajian selosoan digelar, Pengajian pendak jemuah legi, pengajian pendhak selapan, Ahad pon, Rebu Legi, Yasinan, Sepasaran dan kajian Ahad pagi. Ada MUHAMMADIYAH, ada NU. Ada Persis ada jamaah Yasin dan Jamaah tahlil bahu membahu sebarkan kalimat tauhid.

Baca Juga  Penagih Janji, Pemenuh Janji atau Penginspirasi

Ulama ditimbali kyai. Habib diaji-aji dicium tangan tanda ta’dzim. Sarung, baju taqwa juga peci.

Hanya di Indoenesia puluhan ribu orang hadir pada Majelis Maulid–rela antre duduk berjam-jam membaca shalawat cinta. Berdoa bersama para ulama, Kiai dan para salihin. Berendah hati berbaur bersama. Naik angkot sewa pick up dari jarak yang sangat jauh. Makan kembul nasi jagung lauk ikan asin.

***
Hanya di Indoenesia Ramadhan begitu indah. Buka diawali ta’jil–gorengan–kolak dan es buah. Suara adzan disambung bacaan Quran di mikrophoen indah bersahutan. Ada Taddarus dan berzanji. Buka bersama. Megengan, Malam selikuran–Malem Songo. Nyadran. Apem dan tumpeng. Khataman setelah usai baca 30 juz pada malam 29. Diakhiri mbruwah esok harinya.

Hanya di Indoenesia Hari Raya begitu ramai. Pakaian baru. Kue putihan–semprit dan jenang Gedhe. Puasa Nyawal diakhiri hari raya ketupat–lontong dan lepet. Galak gampil. Halalbihalal di hotel bintang lima kampung kampung meriah tiada terkira. Membuat kue dan membakar petasan dan kembang api. Tempat hiburan penuh pengunjung. Jalanan sesak karena macet. Takbir keliling, mengarak bedhug dan obor.

Hanya di Indoenesia hari raya kurban begitu meriah. Para jamaah patungan membeli kambing dan sapi, membentuk panitia, dimasak dan dimakan bareng. Orang tua dan anak-anak bahu membahu memotong dan membagi hewan kurban. Dicuci di kali.

Hanya di Indoenesia semua peristiwa diperingati. Hijrah Nabi saw. Nuzulul Quran. Lailatul qadar. Isra mi’radz. 1 Muharam hingga hari kelahiran atau Maulid. Anak-anak dibacakan Quran sebelum dikhitan. Para uwak haji dikarak ramai. Semua dilakukan sebagai tanda cinta dan syukur. Kami hanya mencintai Islam dan Nabi saw dengan cara sederhana. Itu saja.

Baca Juga  Momen Idul Fitri, Prabowo Silaturahmi ke Parpol Pendukung

^^^^
Semuanya tak ada yang dilakukan Nabi saw dan para salaf saleh — Kaidah keduanya adalah:
Dan tidaklah sah untuk menjadikan hal tersebut sebagai dalil bahwa perbuatan itu terlarang atau munkar, kecuali jika ada larangan dari Allah Ta‘ala dalam kitab-Nya yang mulia, atau larangan dari
Rasulullah ﷺ dalam sunahnya yang sahih dan jelas.***

 

*) Penulis: Nurbani Yusuf
Komunitas Padhang Makhsyar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *