MAKLUMAT — Rosyad berkata lirih seperti dikutip dari IB Times, “Hati ini bukan buku, yang bila usai dibaca bisa langsung ditutup. Tapi kuyakini, ketika langkah sudah kuayunkan, harus mantap.” Kalimat itu bukan sekadar kutipan. Ia semacam wasiat hidup yang terpatri dalam jejak Abdul Rosyad Sholeh, tokoh Muhammadiyah yang dikenal bersahaja dan penuh dedikasi.
Rabu (30/7/2025), di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Rosyad menutup usia dalam senyap. Tapi cahaya perjuangannya justru menyala lebih terang. Almarhum dikenal sebagai sosok penting dalam sejarah organisasi otonom Muhammadiyah, khususnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Bersama Mohamad Djazman Al-Kindi dan Sudibyo Markus, Rosyad termasuk perintis IMM sejak awal kelahirannya.
Pada 1964, Rosyad menjadi Wakil Ketua IMM Yogyakarta. Setahun kemudian, menurut Suara Muhammadiyah, dia dipercaya sebagai Sekjen DPP IMM. Ia tetap aktif di organisasi ini hingga 1977, membuktikan bahwa loyalitasnya tak sebatas periode formal, tapi melekat pada nilai-nilai gerakan.
Putra pasangan KH Ahmad Soleh Hasyim dan Hj Siti Mursyidah ini dikenal tidak hanya sebagai organisator ulung, tapi juga sebagai pribadi yang tenang dan kuat dalam prinsip. “Seratus persen Muhammadiyah,” begitu banyak kader menggambarkannya.
Perjalanan panjangnya di tubuh Persyarikatan mencerminkan komitmen itu. Ia menjadi anggota PP Muhammadiyah sejak 1975 hingga 2000. Kemudian naik menjadi Sekretaris PP Muhammadiyah (1985–1990), Wakil Ketua PP Muhammadiyah (2000–2005), lalu Sekretaris Umum PP Muhammadiyah (2005–2010). Di masa terakhirnya, ia juga menjabat Wakil Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah.
Tokoh kelahiran Bojonegoro 7 Februari 1944 ini tak hanya dikenal di kalangan elite Muhammadiyah, tapi juga oleh kader akar rumput sebagai panutan. Gaya kepemimpinannya tenang, tetapi selalu tepat arah. Ia tak pernah ingin menonjol, tapi kehadirannya selalu menguatkan.
Rencananya, jenazah disalatkan di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta. Setelah itu, dikebumikan di Makam Karangkajen, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta, Kamis (31/7/2025).
Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Muhadjir Effendi dalam laman Facebook pribadinya, menyatakan kehilangan teladan. “Sumber keteladanan dalam hal keikhlasan, kesederhanaan, ketulusan, totalitas dalam pengabdian dan laku asketis. Almarhum adalah administrator tekun yang berkecakapan ensiklopedis,” lanjut Muhadjir.
Tak hanya itu, Muhadjir juga mengingat kontribusi besar Rosyad dalam pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke-45 pada 2005 di Universitas Muhammadiyah Malang. Saat itu, untuk pertama kalinya muktamar Muhammadiyah digelar sepenuhnya dengan fasilitas milik sendiri. “Selamat jalan sang teladan,” tulisnya.
Banyak yang percaya, tokoh sepertinya tak benar-benar pergi. Meski buku kehidupannya telah ditutup, cahaya dari nilai-nilai yang ia tanam masih menyala dalam organisasi dan hati para kader yang pernah disentuhnya. Rosyad Sholeh memang telah pergi, tapi langkahnya tetap mantap dalam ingatan.***