P2KK UMM: Menempa Karakter, Merangkul Keberagaman

P2KK UMM: Menempa Karakter, Merangkul Keberagaman

MAKLUMAT – Awal Agustus menjadi bulan yang istimewa bagi Universitas Muhammadiyah Malang. Untuk tahun ini, Kampus Putih menggelar Pelatihan Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK) Batch 3 untuk mahasiswa baru, yang berlangsung 4-9 Agustus 2025

Selama enam hari, sebanyak 300 mahasiswa baru dari berbagai fakultas masuk karantina di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) UMM. Tujuannya bukan sekadar orientasi kampus, melainkan pembentukan cara pandang tentang siapa mereka dan untuk apa mereka kuliah di sini.

Acara pembukaan berlangsung hangat. Wakil Rektor II, Ahmad Juanda hadir bersama Kepala Pusdiklat Zen Amiruddin dan Kepala Divisi P2KK Dwi Setiawan. Bagi Zen Amiruddin, P2KK adalah fondasi.

Ciptakan Kebajikan dari Kebiasaan

“Jadikanlah kebaikan sebagai sebuah kebiasaan,” katanya di depan para peserta. Kalimat sederhana itu membawa pesan yang lebih besar: karakter tidak bersumber dari teori, tapi dari latihan sehari-hari.

“Mahasiswa dibiasakan untuk mengelola manajemen waktu, memiliki jiwa sosial tinggi, peningkatan nilai religiusitas, memiliki soft skill public speaking, dan pembentukan jiwa leadership,” tambahnya.

Artinya, P2KK bukan hanya hafalan materi. Ada proses holistik di baliknya: membiasakan kebiasaan baik, melatih empati, hingga mengasah kepemimpinan—sesuatu yang, menurut UMM, akan menentukan kualitas mereka sebagai manusia dewasa nanti.

Ahmad Juanda menggarisbawahi hal serupa, tapi dengan pendekatan berbeda. “Orang sukses tidak dengan tiba-tiba, tapi ada namanya proses. P2KK ini adalah proses di luar kebiasaan kalian,” ujarnya.

Baca Juga  Bakal Diluncurkan 14 Juli di 100 Titik Awal, Sekolah Rakyat Akan Dimulai dengan Cek Kesehatan

Toleransi untuk Semua Umat

Ia juga mengingatkan bahwa mahasiswa UMM bukan sekadar mahasiswa. Mereka adalah “bakal kader Muhammadiyah” yang akan ditempa untuk membawa nilai-nilai perjuangan ke masyarakat luas.

Namun, ada satu hal yang ia tekankan: inklusivitas. “Muhammadiyah untuk Bangsa,” katanya mengutip slogan organisasi ini.

“Universitas Muhammadiyah tidak hanya untuk mahasiswa muslim, tapi ada juga yang non-muslim,” ia menegaskan. Menurut Juanda pada P2KK kali ini terdapat mahasiswa non-muslim, dan pihak panitia sangat memberi toleransi kepada sesama peserta.

Di tengah wacana publik tentang eksklusivitas pendidikan berbasis agama, pesan ini penting. UMM ingin menunjukkan bahwa menjadi kampus Islami tidak berarti menutup diri. Sebaliknya, keberagaman dipandang sebagai kekuatan, bukan ancaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *