MAKLUMAT – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tengah menyusun kebijakan pembatasan jam malam anak Surabaya. Kebijakan ini dirancang untuk menekan angka kenakalan remaja sekaligus mendorong ketahanan keluarga.
Pakar pendidikan Jawa Timur, Dr. Muhammad Sholihin Fanani, MPSDM, menyambut baik serta mengapresiasi langkah Pemkot Surabaya dalam menerapkan kebijakan tersebut bagi anak-anak usia sekolah.
“Tentu ini adalah sebuah ikhtiar yang sangat positif dari seorang kepala daerah yang memiliki tanggung jawab untuk menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia sebagai calon pemimpin bangsa,” ujar Abah Shol, sapaan akrabnya, kepada Maklumat.ID, Sabtu (21/6/2025).
Mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya ini berharap kebijakan tersebut disambut positif oleh semua pihak terkait, khususnya keluarga, masyarakat, dan dunia pendidikan.
“Perlu diketahui bahwa ranah pendidikan anak-anak tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah. Pendidikan juga menjadi tanggung jawab keluarga dan memerlukan peran serta masyarakat. Proporsinya, sekitar 60 persen perilaku anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, 20 persen dari sekolah, dan 20 persen dari masyarakat,” jelasnya.
Lebih lanjut, Abah Shol menekankan pentingnya pengawalan terhadap kebijakan ini secara maksimal. Menurutnya, jika tidak dikawal bersama, kebijakan ini akan kurang efektif dan berpotensi diabaikan oleh anak-anak maupun orang tua.
“Tentu harus ada tindakan tegas terhadap pelanggaran agar menimbulkan efek jera,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya sosialisasi menyeluruh terhadap kebijakan ini, melibatkan masyarakat, sekolah, orang tua, serta dinas-dinas terkait di bidang pendidikan, anak, dan keluarga. Hal ini untuk menciptakan kesamaan visi dan misi dalam menyelamatkan masa depan bangsa.
“Kebijakan ini juga perlu disosialisasikan kepada dunia usaha yang selama ini menyediakan tempat tongkrongan bagi anak-anak muda. Mereka juga harus diberi pemahaman agar turut mengawal kebijakan ini,” tambahnya.
Sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Abah Shol juga menyarankan agar pemerintah menggandeng organisasi keagamaan dan kepemudaan untuk melakukan sosialisasi serta mengadakan kegiatan edukatif bagi anak-anak muda.
Ia juga mengimbau dinas terkait agar mendorong satuan pendidikan menyelenggarakan kegiatan positif selama masa liburan sekolah. Hal ini penting agar anak-anak tidak dibiarkan menghabiskan waktu liburan tanpa aktivitas yang bermanfaat.
“Jangan biarkan anak-anak liburan tanpa kegiatan positif. Jangan hanya melarang saja,” tuturnya.
Saat ditanya apakah kebijakan pembatasan jam malam ini dapat diterapkan di seluruh Jawa Timur, tidak hanya di Surabaya, Abah Shol menyatakan dukungannya agar kebijakan baik ini bisa diterapkan secara lebih luas.
“Kalau memang positif, kenapa tidak? Bila perlu, akan lebih baik jika diterapkan se-Jawa Timur agar bisa dijalankan bersama-sama,” tandasnya.