MAKLUMAT – Ketegangan geopolitik di kawasan Teluk memanas. Parlemen Iran menyatakan telah menyetujui langkah penutupan Selat Hormuz, menyusul serangan militer Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir di negara tersebut.
“Parlemen telah mencapai kesimpulan bahwa Selat Hormuz harus ditutup,” ujar Mayor Jenderal Esmaeil Kowsari, anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran, seperti dilansir Anadolu Agency, pada Ahad (22/6/2025).
‼️📝 Parlemen Iran menyetujui penutupan Selat Hormuz, yg berarti akses ke jalur minyak utama dunia diblokir.
🟡 Rantai Dampak Ekonomi Jika Selat Hormuz Ditutup
1️⃣ Selat Hormuz ditutup
→ Jalur ekspor minyak dan gas dunia terganggu, termasuk pasokan dari Arab Saudi, Iran, Irak,… pic.twitter.com/EkTbOOrDXa— Poin & Opini (@poin_opini) June 22, 2025
Namun, Kowsari menegaskan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran—lembaga dengan otoritas tertinggi dalam urusan keamanan dan kebijakan strategis negara.
Selat Hormuz dikenal sebagai jalur laut paling vital di dunia untuk ekspor minyak mentah. Lebih dari seperlima konsumsi minyak global melintasi selat sempit ini setiap harinya. Jika benar-benar ditutup, dampaknya terhadap stabilitas energi global akan sangat besar.
Langkah parlemen ini merupakan respons atas serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan. Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa serangan udara dilancarkan pada Minggu pagi waktu setempat.
Ketegangan semakin memburuk sejak 13 Juni lalu, ketika militer Israel—dengan dukungan logistik AS—meluncurkan serangkaian serangan ke wilayah Iran. Teheran kemudian membalas dengan serangan rudal ke wilayah Israel.
Menurut otoritas Israel, sedikitnya 25 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan rudal balasan dari Iran. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Iran melaporkan korban jauh lebih besar: 430 orang tewas dan lebih dari 3.500 lainnya terluka akibat serangan udara Israel.