31.2 C
Malang
Selasa, April 15, 2025
KilasPemkot Blitar Akan Usir Blekok Alun Alun, Pemuda Muhammadiyah: Ini Bukan Solusi...

Pemkot Blitar Akan Usir Blekok Alun Alun, Pemuda Muhammadiyah: Ini Bukan Solusi Bijak

Pemkot Blitar akan mengusir ribuan burung blekok yang bersarang di Alun Alun Kota Blittar. Sebab, keberadaan burung-burung ini sudah mengganggu warga karena kotorannya bau menyengat. Foto:tangkapan layar @Antik_Stroy

MAKLUMAT — Ribuan burung blekok yang selama ini bertengger di pohon beringin di Alun-Alun Kota Blitar akan segera diusir oleh pemerintah kota. Dinas Lingkungan Hidup dikerahkan untuk menangani populasi burung yang dinilai sudah melebihi kapasitas dan mengganggu kenyamanan warga.

Burung blekok telah lama menjadi bagian dari lanskap Alun-Alun Blitar. Setiap pagi dan sore, suara mereka terdengar dari dahan-dahan pohon beringin yang menaungi kawasan tersebut. Namun, keberadaan mereka kini dipertimbangkan ulang oleh pemerintah kota.

Sekretaris Daerah Kota Blitar, Priyo Suhartono, mengatakan bahwa meskipun burung blekok telah menjadi ciri khas kota, peningkatan jumlahnya berpotensi menimbulkan masalah. “Kotorannya bisa mengganggu proses fotosintesis pohon,” ujar Priyo Suhartono seperti dikutip dari akun Instagram Radio Patria, Jumat (11/4/2025).

Pemkot Blitar menyebut pengusiran akan dilakukan secara halus, namun belum menjelaskan secara rinci bentuk tindakan tersebut. Priyo menambahkan, langkah ini bertujuan menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekologi dan kenyamanan masyarakat.

Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Blitar, Khabib Mulya AW. Foto:IST

Sejumlah warga mengeluhkan dampak dari keberadaan burung tersebut, terutama saat musim hujan. Novi, warga sekitar, mengatakan bahwa kotoran burung membuat jalanan licin dan mengeluarkan bau menyengat. “Kalau hujan, becek dan licin. Belum lagi bau yang bikin mual,” katanya.

Berbeda dengan Blitar, sejumlah daerah justru menjadikan burung blekok sebagai simbol konservasi. Di Kampung Ranca Bayawak, Kota Bandung, misalnya, kawasan seluas 2,17 hektare dilestarikan sebagai habitat burung air tersebut. Pemerintah setempat bekerja sama dengan komunitas dan lembaga swadaya masyarakat untuk menjaga populasi blekok.

Sementara itu, Pemerintah Kota Blitar memilih menata ulang kawasan alun-alun. Relokasi pedagang, pembangunan pusat kuliner (pujasera), dan penataan estetika kawasan menjadi prioritas. Dalam kebijakan ini, keberadaan blekok dinilai sebagai gangguan yang perlu ditangani.

Hingga saat ini, belum ada rencana jangka panjang yang disampaikan Pemkot Blitar terkait penanganan populasi burung blekok. Dinas Lingkungan Hidup hanya diminta melakukan pemantauan rutin dan membersihkan area terdampak.

Namun, rencana pengusiran ini menuai kritik dari sejumlah kelompok masyarakat. Pemuda Muhammadiyah Kota Blitar menilai kebijakan tersebut tidak berpijak pada prinsip konservasi dan justru menunjukkan minimnya komitmen pemerintah dalam menjaga keseimbangan ekologis kota.

Desak Tinjau Ulang

Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Blitar, Khabib Mulya AW, mengatakan bahwa blekok bukan sekadar gangguan, melainkan bagian dari identitas ekologis Blitar. Keberadaan burung blekok justru menjadi indikator bahwa kualitas udara di kawasan kota masih cukup baik. Selain itu, burung blekok telah lama menjadi bagian dari ekosistem dan identitas kawasan tersebut, sehingga alih-alih diusir, seharusnya mereka dijaga.

“Masalah utama bukan pada keberadaan burungnya, melainkan dampak pencemaran akibat kotorannya. Di sinilah peran pemerintah dibutuhkan, yakni untuk mencari solusi yang lebih bijak dan berkelanjutan, seperti pengelolaan kebersihan area atau penataan ulang habitat buatan, bukan dengan cara instan yang justru bisa merusak keseimbangan ekosistem yang sudah terbentuk sejak lama,” ujar Khabib kepada Maklumat.ID, Jumat (11/4/2025).

Pemuda Muhammadiyah mendesak Pemkot Blitar untuk meninjau ulang pendekatan yang digunakan dan mengajak komunitas serta akademisi untuk merancang solusi jangka panjang tanpa harus mengusir satwa liar. Mereka juga mempertanyakan transparansi istilah “pengusiran secara halus” yang hingga kini belum dijelaskan secara rinci.

“Kita tak anti pembangunan. Tapi pembangunan yang bijak adalah yang tidak meminggirkan makhluk hidup lain demi estetika semu,” tegas Khabib.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL LAINNYA

Populer