MAKLUMAT – Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) bersama Bappenas dan Unicef secara resmi meluncurkan Buku Situasi Analisis Fortifikasi Pangan Berskala Besar (FPBB) dalam sebuah forum lintas sektor yang digelar di Surabaya.
Dokumen ini menjadi tonggak penting dalam penguatan kebijakan ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat di provinsi dengan lebih dari 41 juta penduduk ini.
Acara ini menghadirkan jajaran pemerintah pusat dan daerah, akademisi, mitra pembangunan, sektor swasta, serta perwakilan dari 12 kabupaten/kota yang menjadi wilayah kajian, termasuk Sumenep, Bangkalan, Sampang, Surabaya, Lamongan, Gresik, Jombang, Bondowoso, Lumajang, Kediri, dan Ngawi.
Buku yang diluncurkan memotret kondisi terkini fortifikasi pangan di Jawa Timur—khususnya pada beras dan garam—dan menawarkan peta jalan kolaboratif antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat.
Fortifikasi pangan dinilai sebagai salah satu strategi paling cost-effective dalam mengatasi kekurangan zat gizi mikro, terutama pada ibu dan anak. Setiap USD 1 yang diinvestasikan dalam fortifikasi disebut mampu menghasilkan manfaat kesehatan dan sosial hingga USD 17.
Dalam sambutannya, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, menekankan pentingnya menjadikan fortifikasi pangan sebagai bagian dari strategi pembangunan manusia Jawa Timur.
“Jawa Timur berkomitmen menjadikan fortifikasi pangan bukan hanya sebagai isu kesehatan, melainkan strategi pembangunan manusia. Dokumen ini menjadi panduan penting bagi kami dalam memperkuat kolaborasi lintas sektor. Tujuannya jelas: memastikan setiap anak Jawa Timur mendapatkan gizi yang cukup, agar mampu menyongsong masa depan dengan sehat, cerdas, dan tangguh,” ujarnya, Kamis (31/7/2025).
Sementara itu, Chief of Field Office Unicef di Surabaya, Tubagus Arie Rukmantara, menyampaikan apresiasi atas kepemimpinan dan komitmen Jawa Timur yang dinilai bisa menjadi contoh praktik baik nasional dalam upaya multisektor mengatasi kekurangan gizi:
“Fortifikasi pangan adalah fondasi pembangunan sumber daya manusia, Generasi Emas 2045. Tidak hanya untuk menurunkan angka anemia atau stunting, wasting, obesity, tapi juga untuk menciptakan generasi yang siap bersaing.
Unicef bangga bisa mendampingi Jawa Timur dalam proses ini, dan kami percaya provinsi ini dapat menjadi model bagi daerah lain dalam kebijakan pangan bergizi yang terintegrasi dan berkelanjutan, untuk setiap anak di Jawa, di Indonesia, dan inspirasi dunia,” tegas Arie.
Unicef menilai inisiatif ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 dan Sustainable Development Goals (SDG), khususnya SDG 2 (Tanpa Kelaparan), SDG 3 (Kesehatan yang Baik), dan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas).
Dengan peluncuran buku ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berharap akan tercipta aksi konkret, mulai dari penguatan regulasi fortifikasi, dukungan bahan baku, fasilitasi sertifikasi produk, kampanye publik yang masif, hingga penguatan sistem pemantauan.
Seluruh pihak diharapkan dapat bersinergi untuk mewujudkan akses pangan bergizi yang merata bagi seluruh masyarakat Jawa Timur, terutama bagi kelompok yang paling rentan.