MAKLUMAT — Sudan merupakan negeri yang kaya di benua Afrika bagian timur laut. Sudan menjadi penghubung Eropa dengan Timur Tengah. Garis lautnya adalah Laut Merah yang merupakan laut tersibuk di dunia. Begitu pula Sudan dipisahkan oleh sungai Nil Putih dan sungai Nil Biru. Dengan letak yang strategis, Sudan bisa menopang jalur perdagangan dan ekonomi internasional. Sudan sendiri kaya akan minyak mentah dan tambang seperti emas, uranium dan lainnya.
Wajar jika Sudan menjadi incaran bangsa-bangsa imperialis.Yang pertama menjajah Sudan adalah Inggris dimulai tahun 1899. Inggris berhasil mengambil Sudan dari kekuasaan Islam.

Inggris bisa meraih simpatik kalangan islamis. Walhasil representasi pemerintahan Inggris pasca 1956 adalah ketua Partai Umma Nasional, Al-Shadiq al-Mahdi.
Hanya saja memasuki tahun 1980-an, pengaruh AS mulai menguat di Sudan. Melalui anteknya, Omar al-Bashir, AS berhasil menggulingkan pemerintahan Al-Shadiq di tahun 1989. Selama 30 tahun, Omar al-Bashir memerintah Sudan.
Selain mempunyai tentara resmi Sudan, SAF, Omar al-Bashir perlu membentuk pasukan bayangan yang disebut RSF (Rapid Support Forces). RSF dibentuk dari kalangan non militer dan dipersenjatai. RSF langsung di bawah rejim al-Bashir. Kepentingan RSF dibentuk adalah untuk memadamkan gerakan-gerakan pemberontakan.
Di masa jelang akhir pemerintahannya, terjadi gerakan sipil untuk mengakhiri rejim al-Bashir. Tentunya bagi AS, mempertahankan al-Bashir tidaklah menguntungkan. Al-Bashir harus digulingkan dan digantikan dengan bonekanya yang baru.
Kontrol pemerintahan baru pasca al-Bashir dilakukan oleh AS dengan menciptakan konflik berkepanjangan. Dengan begitu, AS bisa membendung ambisi Inggris untuk mempengaruhi pemerintahan baru.
SAF yang dikomandani oleh Abdul Fattah al-Burhan berkonfrontasi dengan RSF yang dipimpin oleh Muhammad Daglao (Hemmedti). Hemmedti sejatinya adalah asisten dari Al-Burhan. Akar konflik keduanya adalah terkait pembagian kekuasaan dan sumber daya.
Strategi AS ini seperti yang dilakukannya saat mengakuisisi lepasnya Sudan Selatan di tahun 2011. Waktu itu AS mengakomodir pembentukan Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan. Gerakan ini dibentuk untuk menjadi wadah semua bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Sudan dengan dipimpin oleh John Garang. AS menyatakan bahwa gerakan-gerakan perlawanan tidak akan ada lagi jika Sudan Selatan dipisahkan. Artinya Sudan Selatan sepenuhnya di bawah kontrol AS. Al-Bashir sendiri mendiamkan aksi AS tersebut. Diketahui AS mengincar SDA minyak yang melimpah di Sudan Selatan. Sudan Selatan bisa memproduksi 3,5 milyar barrel minyak setiap tahun. Produksi minyak sebesar ini telah menjadikan Sudan sebagai penghasil minyak terbesar ketiga di Benua Afrika.
Skenario AS di Darfur
Konflik antara SAF dan RSF sejak April 2023 telah memakan banyak korban. Tercatat korban oleh kedua pihak yang bertikai adalah 150 ribu orang meninggal dunia, 70 ribu orang mengalami luka-luka, jutaan orang mengungsi dan 70-80 persen fasilitas kesehatan rusak.
Pertanyaannya, kapan konflik Sudan ini berakhir? Jawabnya adalah saat AS menghendakinya berhenti. Trump tinggal melambaikan tangannya agar perang antar agennya selesai. Akan tetapi AS masih ingin memastikan kepentingannya aman dengan membiarkan perseteruan antara al-Burhan dan Hemmedti.
Untuk memperpanjang usia konflik, AS menggerakkan proksinya terlibat. UEA memasok bantuan persenjataan kepada RSF. Sedangkan Mesir dan Qatar membantu di pihak SAF.
Bagi AS, nyawa penduduk sipil Sudan yang notabenenya mayoritas muslim tidaklah berharga. Demi untuk memuluskan kepentingannya, berapapun banyak nyawa yang harus dikorbankan, AS tidak peduli. Dengan kata lain, konflik Sudan harus dibayar mahal dengan pembantaian terhadap penduduknya.
RSF sendiri setelah berhasil memasuki el-Fashier Darfur Utara, dalam hitungan tidak kurang dari 3 hari telah membantai 2000 rakyat sipil. Kekejaman ini akan terus berlanjut hingga pada titik AS yang akan mengendalikannya sebagai penolong.
Kepentingan AS di Darfur adalah menghilangkan pengaruh Inggris, memberantas gerakan-gerakan pemberontak sipil yang dipengaruhi Inggris, membelah Darfur dan AS ingin menguasai tambang emas Darfur terbesar di Afrika, di samping ada Uranium.
Sepertinya AS tidak akan memilih jalur sipil-pemerintahan. AS akan memilih jalur militer-keamanan. Pasalnya, jalur sipil-pemerintahan akan memberikan peluang pada Inggris dan Uni Eropa mengintervensi melalui sipil. Sentimen penggulingan al-Bashir adalah corak militeristik pemerintahannya. Oleh karenanya dapat dipahami bila AS sangat berkepentingan untuk memberantas gerakan-gerakan perlawanan yang diduga mendapat intervensi Inggris.
Konflik antara Al-Burhan dan Hemmedti dibuat seolah nyata. Urgen konflik keduanya dijadikan sebagai kendaraan untuk menaikkan citra AS sebagai pengontrol Sudan dari intervensi pihak lain.
Kembali pada Umat Islam
Realitas konflik berkepanjangan di Sudan dan negeri-negeri Islam lainnya, menunjukkan bahwa bangsa-bangsa imperialis hanya peduli dengan kepentingan nasionalnya sendiri. Bangsa-bangsa imperialis seperti AS, Inggris, Zionis Israel, dan lainnya, tidak segan-segan mengorbankan jutaan rakyat sipil demi terwujudnya kepentingan-kepentingannya.
Konflik Sudan ini telah membuka topeng-topeng palsu para penguasa dan pejabat negeri-negeri Islam yang sejatinya adalah agen dan antek imperialis. Baik Al-Burhan maupun Hemmedti adalah antek AS.
Di tahun 2020, Abdul Fattah al-Burhan sebagai panglima SAF menandatangani Abraham Accord untuk menomalisasi hubungan Sudan dengan Israel. Al-Burhan juga bertemu dengan Netanyahu. Tentunya ini bisa berkelindan dengan upaya Israel untuk mengirim komandan Hamas dipindahkan ke Sudan. Dengan kata lain, Kementerian Luar Negeri Israel lebih bermitra dengan SAF. Sedangkan inteligen MoSSAD lebih melakukan negosiasi dengan RSF.
Tidak ada lagi pemimpin-pemimpin umat hari ini yang tulus membela kaum muslimin,bukan penguasa pengkhianat. Umat Islam dikorbankan oleh kepentingan-kepentingan sesaat ditempuh dengan berkhianat.
Berbeda dengan seorang Khalifah. Adalah Khalifah Umar bin Khattab Ra yang sangat perhatian dengan rakyatnya. Beliau pernah memanggul sendiri sekrung gandum untuk diberikannya kepada rakyat yang membutuhkan. Begitu pula prestasi yang diraih oleh Khilafah umat Islam. Adalah Rakyat Homs di Syam lebih membela pasukan Islam daripada pasukan salib yang seagama dengan mereka. Inilah bentuk keadilan dan keamanan dari kekuasaan Islam.
Bahkan semenjak dibebaskan oleh Sholahuddin al-Ayyubi di tahun 1187 M, Palestina menjadi bumi yang ramah dan aman bagi pemeluk 3 agama besar yakni Islam, Nasrani dan Yahudi. Berbeda saat ini ketika Palestina diduduki Zionis Yahudi atas ijin AS. Palestine menjadi sengsara dan menderita.
Wahai kaum muslimin, ketahuilah hanyalah Khalifatul Muslimin yang akan membebaskan umat ini dari semua bentuk penindasan dan pengkhianatan. Tentunya Umat harus menyambut seruan untuk menegakkan kembali benteng sejati Umat Islam yakni al-Khilafah al-Islamiyyah. Mari kita jadikan AS dan Inggris dipermalukan dan diusir dari Sudan oleh Sang Khalifah.
Malang, 3 November 2025