PAN dan Partai Ummat adalah aset persyarikatan. PKB, PPP, PBB dan PKS adalah aset politik umat Islam. PDIP dan PSI adalah sasaran dakwah Islam. Begitulah sunatullah politik berjalan.
ما لا يدرك كله لا يترك كله
”Jika tidak didapati seluruhnya, jangan tinggalkan seluruhnya.”
Nasihat bagus dari para ulama agar kita bersabar dan tidak gampang ambil sikap yang tidak bijak karena nafsu berlebih. Agar tidak meninggalkan semua.
Bukankah Islam Kaffah membutuhkan proses untuk mencapai tujuan akhir.
Dunia adalah proses yang tidak pernah berhenti begitu pula dengan dakwah tak pernah ada kata selesai atau final.
PAN dan Partai Ummat harus besar bersama-sama bukan sebaliknya kecil bersama atau mati bersama-sama.
Keduanya adalah hasil ijtihad. Bukan sesuatu yang harus dipertentangkan apalagi saling mematikan. Jika benar pahalanya dua jika salah pahalanya satu.
Keduanya kita dukung dan kita doakan bersama dapat menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan dalam konteks amar ma’ruf nahi munkar, bisa saja keduanya berbeda jalan, tetapi tetap dalam satu niat yang sama: agar telur tidak dalam satu keranjang.
Politik begitu dinamis. Berubah cepat seiring dengan kepentingan yang menyertai. Siapa bisa ramal kehendak politik. Selebihnya adalah tawakal: kekuasaan dan kemuliaan hanya milik Allah. Akan diberikan kepada siapapun dan dicabut dari siapapun. Sandaran teologis kekuasaan ini yang harus dipegang teguh agar semua bernilai ibadah.
Proklamator Ir. Soekarno berkata, ”Negara tak bisa tegak sendirian, Indonesia bukan negara agama tertentu, golongan tertentu, ras tertentu, suku tertentu atau bahasa tertentu, kita akan bangun negara buat semua.”
Kita sedang tidak memilih presiden negara Islam Indonesia, melainkan Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan segala kebhinekaanya.
Mungkin Mu’awwiyah RA bisa menjelaskan, mengapa bisa diberi kemampuan mengalahkan Sayidina Ali RA membangun dinasti bani umayyah selama delapan abad lebih, berkuasa dengan berbagai kelebihan dan kekurangan.
Potongan pernyataan Nabi SAW semoga bisa menjadi renungan, betapa pentingnya menaruh telur di banyak keranjang, ”Mereka semuanya akan dibenamkan dari yang pertama sampai yang terakhir, kemudian nantinya mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat mereka.” (HR. Bukhari No. 2118 dan Muslim No. 2884, dengan lafazh Bukhari). (*)
Nurbani Yusuf, Penulis adalah Pegiat Komunitas Padhang Makhsyar