Prof. Dr. Ir. Adhi Dharma Wibawa, S.T., M.T: Menyibak Sinyal Otak, Meretas Jalan Inovasi Neuroteknologi

Prof. Dr. Ir. Adhi Dharma Wibawa, S.T., M.T: Menyibak Sinyal Otak, Meretas Jalan Inovasi Neuroteknologi

MAKLUMAT – Senyum Prof. Dr. Ir. Adhi Dharma Wibawa, S.T., M.T, merekah saat menyapa audiens di Balai Senat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Rabu (27/8/2025). Pada hari itu, ia resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-266 ITS sekaligus profesor pertama dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK). Lelaki kelahiran Surabaya, 5 Mei 1976, itu tampil dengan penuh keyakinan, mengusung tema orasi yang unik sekaligus futuristik: Pemanfaatan Sinyal Otak untuk Menunjang Inovasi Neuroteknologi bagi Kemajuan Bangsa.

Adhi Dharma Wibawa (dua dari kiri) bersama keluarga usai prosesi Pengukuhan Profesor ITS. Foto:Dok Humas ITS

Adhi mengawali uraian dengan fakta mengejutkan. Otak manusia, katanya, memiliki sekitar 170 miliar sel yang mengatur seluruh aktivitas hidup. Aktivitas itu menghasilkan sinyal listrik yang berdenyut setiap detik. Dengan teknologi electroencephalogram (EEG), sinyal halus itu dapat ditangkap dari permukaan kepala. “Sinyal yang tertangkap dapat kita olah untuk memahami respons otak manusia secara lebih mendalam,” ujar Adhi seperti dilansir laman ITS.

Sebagai alumnus Teknik Elektro ITS, Adhi menempuh jalur riset yang tak biasa. Ia memadukan keahlian teknik dan kesehatan untuk memahami denyut tersembunyi dari otak. Ia menyusun pendekatan komputasional terintegrasi, terdiri dari tiga tahap: pra-pemrosesan untuk mereduksi gangguan, ekstraksi fitur multilevel untuk menangkap karakteristik sinyal, dan representasi visual untuk menginterpretasi kondisi otak.

Metode itu membuat risetnya berbeda. Ia tidak berhenti pada pengolahan sederhana, melainkan mengintegrasikan berbagai domain analisis. Pada tahap ekstraksi, ia menyoroti fitur waktu seperti mean, fitur frekuensi berupa power spectral density, hingga kompleksitas sinyal lewat entropi. “Dengan teknik ini, kondisi mental seperti stres atau kelelahan otak bisa terdeteksi lebih akurat,” tutur ayah dua anak itu.

Baca Juga  ITS Kukuhkan Lima Guru Besar Baru, Target Masuk Top 300 Dunia pada 2030

Sinyal Otak

Adhi menegaskan, pemanfaatan sinyal otak membuka cakrawala luas di bidang kesehatan. Hasil penelitiannya berpotensi membantu deteksi dini epilepsi, memantau kualitas tidur, hingga menunjang rehabilitasi pasien stroke. Tenaga medis juga bisa terbantu dalam mengambil keputusan lebih cepat dan tepat. “Teknologi ini dapat hadir sebagai mitra dokter dalam menjaga kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Namun, Adhi tidak berhenti di ranah klinis. Ia melihat aplikasi sinyal otak juga bisa menembus dunia bisnis. Dalam bidang neuromarketing, sinyal otak konsumen dapat mencerminkan respons emosional terhadap suatu produk. Informasi itu berharga bagi pelaku usaha dalam merancang strategi pemasaran. “Gelombang otak memberi kita data langsung tentang perasaan konsumen,” katanya.

Visinya meluas hingga pendidikan dan psikologi. Sebagai Ketua Tim Pendirian Program Studi Teknologi Kedokteran ITS, ia mendorong agar ilmu pengolahan sinyal otak berkembang menjadi payung riset multidisiplin. Ia ingin temuan laboratorium terwujud menjadi solusi nyata bagi masyarakat. “Harapan saya, riset ini tidak hanya menjadi laporan akademis, tetapi menjelma menjadi aplikasi yang membantu kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.

Dalam perjalanan akademiknya, Adhi memposisikan riset sinyal otak sebagai bagian dari misi besar: membangun daya saing bangsa melalui inovasi neuroteknologi. Ia menautkan kontribusinya pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama poin ke-3 tentang kehidupan sehat dan poin ke-9 mengenai industri, inovasi, dan infrastruktur.

Dari Surabaya, Adhi meneguhkan langkahnya. Ia merajut keilmuan elektro dan kedokteran menjadi simpul baru pengetahuan. Di balik layar alat EEG yang sering ia demonstrasikan, ia menyimpan keyakinan bahwa pemetaan sinyal otak akan membuka pintu inovasi yang melampaui batas-batas disiplin.***

Baca Juga  Oktober Momentum Bersejarah, Suli Da'im: Anak Muda Jangan Apolitik
*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *